FKH USK Siap Jadi Pusat Riset Satwa Liar Dunia Di Aceh

  • Bagikan
Para pemateri dan peserta, foto bersama usai kuliah Umum Strategi Penguatan Edukasi dan Riset Konservasi Satwa Liar Berbasis Konsep One Health, yang berlangsung di Auditorium FKH USK, Darussalam-Banda Aceh. Rabu (18/10) lalu.Waspada/Ist
Para pemateri dan peserta, foto bersama usai kuliah Umum Strategi Penguatan Edukasi dan Riset Konservasi Satwa Liar Berbasis Konsep One Health, yang berlangsung di Auditorium FKH USK, Darussalam-Banda Aceh. Rabu (18/10) lalu.Waspada/Ist

BANDA ACEH (Waspada): Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, menyatakan siap untuk menjadi Pusat Riset Satwa Liar Dunia di Aceh.

Hal ini disampaikan sejumlah pembicara, dalam kuliah Umum Strategi Penguatan Edukasi dan Riset Konservasi Satwa Liar Berbasis Konsep One Health, Melalui Sinergi dengan Para Pemangku Kepentingan di Aceh, yang berlangsung di Auditorium FKH USK, Darussalam-Banda Aceh, Rabu (18/10) lalu, dalam rangka memeriahkan HUT 63 FKH Universitas Syiah Kuala.

Hadir dalam kegiatan, Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al Haythar, Plt Direktur Konservasi Keanegaragaman Hayati dan Sumberdaya Genetik KLHK drh Indra Exploitasia M.Si, Ketua Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) Dr H Rahmat Shah, Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala Prof Dr Ir Agussabti MSi, yang ditunjuk sebagai pembicara dalam acara tersebut.

FKH USK Siap Jadi Pusat Riset Satwa Liar Dunia Di Aceh

Hadir juga Rektor Universitas Syiah Kuala, pengiat Lembaga konservasi, peneliti, dosen, instansi pemerintah, praktisi dokter hewan yang terhimpun dalam PDHI cabang Aceh, Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI), serta para alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala lainnya.

Dalam kesempatan itu, Dekan FKH USK drh Teuku Reza Ferasyi M.Sc PhD mengatakan, kuliah umum ini terselenggara dalam rangka HUT 63 FKH USK, sebagai bukti peran Perguruan Tinggi, dalam menyikapi masalah Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya melalui makanan (foodborne), udara (airborne) dan kontak langsung dengan hewan yang sakit.

Teuku Reza menambahkan, hubungan manusia, satwa liar dan lingkungan, dapat digambarkan di bawah konsep One Health. Konsep ini lebih menekankan kemanunggalan kesehatan manusia, kesehatan satwa, kesehatan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan lingkungan.

Maka dalam hal ini, para pemangku kepentingan terkait satwa liar diharapkan mampu mencegah, mendeteksi dan merespon, serta melaporkan setiap ancaman penyakit infeksi emerging dan zoonosis di hot spot area. Khususnya di daerah-daerah yang masih memiliki banyak kawasan koservasi satwa liar. “Kami mengajak pemangku kepentingan, untuk sepaham dalam penerapan konsep mendukung Penguatan Edukasi dan Riset Konservasi Satwa Liar Berbasis Konsep One Health,” ujarnya.

Wakil Rektor 1, Prof Dr Agussabti MSi, mengapresiasi atas terselenggaranya kuliah umum ini. USK sebagai salah satu di wilayah sumatera berstatus PTNBH nasional dan berkelas internasional. Inovasi-inovasi penelitian USK, harus mengangkat koservasi satwa liar, sebagai salah satu kekuatan yang dimiliki Kawasan Leuser, termasuk Aceh didalamnya, lebih digaungkan di kancah internasional.

Apresiasi serupa juga disampaikan Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al Haythar, atas terselenggaranya kuliah umum ini. USK katanya, khususnya penelitian FKH, harus terus menjaga kelestarian alam di Aceh. Riset-riset di kawasan Leuser, harus menjadi rujukan peneliti dunia. “Kami yakin, USK bisa berbuat banyak dalam pelestarian satwa liar di Aceh. Bukan hanya hutan dan isinya saja, Aceh juga memiliki laut yang juga harus dilirik, sebagai kawasan riset. Leuser merupakan paru-paru dunia, yang harus kita lestarikan,” katanya.(b21)

  • Bagikan