Kolang Kaling, Dambaan Saat Ramadan Tiba

  • Bagikan
Pembeli menawarkan buah kolang kaling yang dijual di Pasar Takjil Kota Idi, Kab. Aceh Timur, Selasa (12/3). Waspada/H. Muhammad Ishak
Pembeli menawarkan buah kolang kaling yang dijual di Pasar Takjil Kota Idi, Kab. Aceh Timur, Selasa (12/3). Waspada/H. Muhammad Ishak

KOLANG KALING mulai langka di sejumlah daerah di Aceh, termasuk di Kabupaten Aceh Timur. Meskipun langka, namun selama Ramadan umat Islam tetap mendamba buah. Terbukti, selama dua hari Kolang Kaling laris manis di Kota Idi dan sekitarnya.

Kelangkaan buah kolang kaling tidak menyurutkan langkah pedagang musiman dalam menjajakannya. Agar tetap tersedia di pasaran, pedagang jauh sebelum Ramadan sudah memesan dari berbagai distributor di dalam dan luar daerah Aceh Timur.

Seperti Ramadan sebelumnya, pedagang musiman Ramadan kali ini sebagian kolang kaling didatangkan buah kolang kaling dari Provinsi Sumatera Utara. Rata-rata, kolang kaling yang dipasarkan di Aceh, termasuk Aceh Timur bukan asli kolang kaling Aceh.

Kendati demikian, kolang kaling tetap menjadi pilihan umat Islam untuk membuat aneka menu hidangan berbuka, seperti kolak dan sop buah. Untuk mendapatkan kolang kaling tidak terlalu sulit, karena hampir setiap pedagang musiman ikut dipasarkan.

“Di Aceh Timur, kolang kaling sudah mulai langka, tapi selama ramadan tetap didamba umat Islam sebagai pelengkap menu berbuka, karena kolang kaling ini dapat dijadikan minuman sejenis es buah, jus dan kolak,” kata Mardiah, Pedagang Kolang Kaling di Pasar Takjil Kota Idi, Aceh Timur, Rabu (13/3).

Harga di pasaran, lanjut Mardiah, buah kolang kaling disana berkisar antara Rp10.000 – Rp12.000 per kilogram. Harga jual mengikuti harga beli dari distributor Rp8 ribu-Rp10 ribu per kilogram. “Jadi harga jual sudah pasti di atas modal,” timpa Mardiah.

Harga ini terkadang berubah, sesuai dengan modal, seperti Ramadan tahun lalu harga jual kolang kaling pada akhir Ramadan mencapai Rp20 ribu per kilogram, karena permintaan tinggi dan pasokan minim.

“Sejak awal hingga pertengahan Ramadan, pedagang kolang kaling mengaku mampu menghabiskan 7-10 kilogram buah kolang kaling setiap hari. Namun dia yakin seiring perjalanan Ramadan minat pembeli akan meningkat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya,” timpa Rohani, pedagang lainnya.

Diketahui, buah kolang kaling sering disebut buah atap. Buah yang menjadi cemilan populer masyarakat Aceh itu bentuknya lonjong, kenyal dan serta berwarna putih. Tampilan seperti itu membuat kolang kaling sangat menarik ditambah lagi dengan kandungan air yang lumayan banyak.

Para pedagang berlomba-lomba menjual glibbertjes (bahasa Belanda), karena selama ramadhan menjadi menu favorit umat Islam untuk santapan berbuka. Kadar air yang dikandung dalam buah kolang kaling mencapai 93 persen. Buah itu juga memiliki kandungan protein sebesar 0,69 gram serta kandungan karbohidrat sebesar 4 gram.

Buah kolang kaling juga kaya akan kandungan potassium, besi, kalsium, vitamin A, B, C dan juga gelatin. Bentuk buah kolang kaling terlihat unik dan cocok sebagai pelengkap es buah. Rasanya lezat dan mengandung gizi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, seperti didalamnya terdapat kandungan mineral seperti potassium, ion dan kalsium.

Kesemuanya bermanfaat memperlancar proses metabolisme serta membuat tubuh menjadi segar, apalagi ketika dijadikan campuran es buah dan cendol. Dari sejumlah sumber, buah kolang kaling manfaatnya untuk memperkuat tulang, karena dalam setiap 100 gram kolang kaling mengandung 91 mg kalsium.

Manfaat lain buah kolang kaling sebagai makanan diet, karena dalam 100 gram mengandung 0,69 gram protein, karbohidrat sebanyak 4,0 gram, kadar abu sebanyak 1 gram dan serat kasar sebanyak 0,95 gram.

Kemudian, kolang kaling juga bermanfaat sebagai obat radang sendi, sebab mengandung zat galaktomanan. Lalu, buah kolang kaling juga kaya dengan kandungan serat yang dapat bermanfaat untuk pencernaan. WASPADA.id/H. Muhammad Ishak

  • Bagikan