Masalah Krisis Listrik Di Simeulue Dan Solusinya

  • Bagikan
Masalah Krisis Listrik Di Simeulue Dan Solusinya
Ketika listrik PLN padam, seorang dari sekian anak Simeulue harus belajar dengan lampu teplok, Minggu (26/2) malam. Waspada/Rahmad

Pelayanan kebutuhan listrik di Simeulue sejak Indonesia Merdeka, 17 Januari 1945 hingga kini masih jauhi dari yang diharapkan. Teranyar, malam padam sampai 5 jam.

Tak ayal di kala listrik mati di waktu Magrib dan momen penting lainnya. Umpatan karena jengkel sering terlontar dan “menggema” kemana-mana.

Bahkan bahasa tak pantas acap terekam saat dikonfirmasi Waspada pada banyak pelanggan PLN di sini. Rasa kesal dari penduduk sering jua muncul di media sosial.

Sepintas dalam kondisi “marah” semua itu rasanya wajar, meski sesungguhnya tak benar untuk diucap dari sisi apapun apalagi tahu persoalan sebenarnya.

Catatan Waspada, pembangunan fasilitas listrik oleh PLN di Simeulue pernah mengalami lompatan tinggi, saat Simeulue di bawah Pemerintahan Drs. Darmili dan Drs. Ibnu Abban GT. Ulma.

Masa itu yang awalnya listrik hanya ada di ibukota Kabupaten Simeulue, Sinabang, plus di beberapa ibukota kecamatan, itupun kecuali di Kota Sinabang hanya nyala pada malam hari.

Di akhir periode Darmili & Ibnu Aban GT Ulma yang disingkat DIA tahun 2007-2012, 90 persen lebih rumah di Simeulue terjangkau tiang listrik PLN.

Bahkan di akhir pemerintahan kedua putra terbaik Simeulue itu satu dari dua kini sudah tiada, Ibnu Aban (red-Almarhum) telah mengusul ke pusat dan menyiapkan lahan untuk Pembangunan Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk Simeulue.

Memang masa periode DIA fasilitas listrik di Simeulue belum sempurna. Ironisnya entah kenapa sejak itu nyaris tak ada penambahan sarana dan prasarana listrik PLN di sana.

Sayup-sayup awal pemerintahan generasi setelah DIA pernah ada kabar pembangunan PLTU akan ditender.

Sejatinya jika terwujud cukuplah bahkan lebih untuk memenuhi kebutuhan daya listrik di Simeulue yang sampai kini masih kurang banyak.

Sedihnya kabar baik itu hilang bak diseret derasnya arus bawah laut Simeulue. Terakhir kabar pembangunan PLTU Simeulue itu, geser ke kabupaten lain.

Satu waktu wartawan Waspada Simeulue, Rahmad dalam dalam posisi lain menghadap General Manager (GM) PLN Wilayah Aceh, Jefri Rosiadi pada awal September 2019 melaporkan byar pet di Simeulue.

Lalu akhir medio September 2019 tibalah satu unit mesin diesel kapasitas 1,2 MW di Pelabuhan Kolok Sinabang, Simeulue untuk menambah pasokan kekurangan daya penyebab seringnya byar pet (hidup mati) listrik di sana.

Alhamdulillah, setelah terkoneksi mesin back up itu dengan jaringan PLN hingga beberapa waktu lamanya listrik di Simeulue menjadi baik-baik saja. Belakangan kini masalah yang sama mulai muncul lagi.

Selasa (28/2) pagi, Manager PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Simeulue, Syahrul Zulputra di sela kesibukannya mengatasi masalah listrik Simeulue yang kompleks, memberikan luang untuk Waspada.

Pimpinan PLN Simeulue yang masih tergolong muda ini bercerita, sebelum dilakukan pemadaman listrik PLN secara bergilir, dia sudah berkirim surat kepada seluruh pelanggan baik melalui group Medsos maupun melalui jaringan pemerintah.

Ditohok lebih dalam oleh Waspada apa yang terjadi sehingga situasi kelistrikan di Simeulue akhir-akhir ini menjadi terkesan “ruwet”, dia pun dengan agak berat menjawab, banyak hal penyebabnya.

Maklum listrik di Simeulue berpembangkit mesin diesel. Generator generator PLN yang diandalkan itu pun sudah termakan usia kalau tak elok dibilang sudah uzur maklum keluaran tahun 70/80-an.

“Mungkin selama ini jika tidak baik maintenancenya, mesin-mesin itu sudah over heat dan sudah tidak bisa berfungsi lagi,” sebutnya.

Kemudian dia merincikan kendala yang sedang dihadapi saat ini, defisit kelistrikan di kepulauan Simeulue dampak dari 3 unit pembangkit yang ada mengalami gangguan.

“Dua unit di PLTD Lasikin, mesin Caterpillar (CAT) dan mesin SWD. Untuk mesin CAT sedang dalam penangan sedang, menunggu spare part pengganti dan upaya perbaikan teknisi dari PLN UID Aceh,” urai Syahrul.

“Mesin satu lagi, unit di PLTD Kampung Aie, mesin MTU yang ini sudah ditangani oleh teknisi dan sudah beroperasi kembali,” katanya.

Lalu, “Inilah kendala yang sedang dihadapi. Dengan keterbatasan yang ada di mana mesin setiap tahunnya harus ada overhaul juga terkadang ada kerusakan yang sifatnya tiba-tiba”.

Lantas katanya, jika terjadi kerusakan yang sifatnya tiba-tiba karena jauh di pulau, selain harus menjalani proses administrasi, berkirim surat dan memohon bantuan dari UP3 Meulaboh setelah setuju, baru dan harus pula menunggu pihak ketiga.

Misalkan katanya, untuk teknisi mesin Caterpillar harus dari Trakindo dan juga sperpartnya dari sana. “Bayangkan dari Medan ke Simeulue berapa hari baru sampai,” sebutnya.

Ditanya faktor lain yang membuat sering terganggu mesin pembangkit listrik di Simeulue, dengan nada bergetar, dia mengatakan, ini tapi merupakan kebijakan dari Pemerintah Pusat.

Sejak beberapa waktu lalu Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dipakai solar kini sudah beralih ke Bio Solar yang terdiri dari Bio Diesel. “Nah ini kan mesin dulu diciptakan dengan sistem pembakaran khusus solar tentu ketika beralih walau sudah diantisipasi, namun tetap ada tak pasnya,” jelasnya.

Katanya, Bio Solar itu paduan dari solar dan dari minyak sawit sehingga itu ada sedikit kekentalan yang membuat pembakaran “berulang” dan membuat mesin cepat panas, over heat. “Memaksa turbo bekerja ekstra,” jelasnya lagi.

Lalu ditanya untuk solusi permanen listrik di Simeulue, menurut Syahrul Zulputra yakni dengan membangun pembangkit listrik bertenaga besar dengan melibatkan pihak swasta.

“Pemerintah Simeulue harus segera mencari investor. Kita tidak bisa selamanya mengandalkan mesin diesel ini. Kita harus ada cadangan ke depan untuk sumber energi listrik dari alam, misalnya tenaga air, laut, uap dan lain-lain,” jelas Syahrul Zulputra.

Hal itu sendiri Ia sudah menyampaikan pada Bupati sebelumnyam namun katanya, tidak tahu kenapa sampai detik ini belum ada tanggapan apalagi tindak lanjut konkret.

Padahal menurut dia, pembangunan sumber daya listrik itu bisa menjadi investasi yang menghasilkan bagi daerah.

“Saat ini saja 25 persen total uang hasil pembayaran listrik dari pelanggan, disetor langsung jadi pendapatan atau ke kas keuangan Simeulue. PLN lah pemberi PAD terbesar di Simeulue ini,” tutupnya.

Rahmad

  • Bagikan