Menembus Perubahan Taraf Hidup Dengan Potensi Tambak Ikan Air Tawar

  • Bagikan
Menembus Perubahan Taraf Hidup Dengan Potensi Tambak Ikan Air Tawar

BLANGPIDIE (Waspada): Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), terletak di bagian barat Provinsi Aceh, yang menghubungkan lintasan koridor barat, berbatasan langsung dengan laut lepas (Samudera Hindia). Kabupaten ini menjadi hilir dari sungai-sungai besar, serta mempunyai topografi yang sangat fluktuatif. Mulai dari datar (pantai), hingga bergelombang (gunung dan perbukitan).

Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten induk Aceh Selatan, yang resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2002 lalu ini. Kabupaten ini memiliki banyak sebutan. Diantaranya, Nanggroe Breuh Sigupai, Bumoe Teungku Peukan, Bumi Persada, Tanoh Mano Pucok, Bumi Cerana, Alue Malem Diwa dan lainnya. Berbatasan ke utara dengan Kabupaten Gayo Lues, ke selatan dengan samudera Hindia, ke Barat dengan Kabupaten Nagan Raya dan ke timur dengan Kabupaten Aceh Selatan.

Kabupaten yang secara geografis terletak pada 96034’57”–970 09 ’19” Bujur Timur dan 3034’24”-40 05’37” Lintang Utara, dengan luas wilayah 1.882,05 Km2 atau 188.205,02 Ha, terbagi menjadi 9 Kecamatan, 23 Mukhim dan 152 Desa, dengan jumlah penduduk 153.067 jiwa (database 2021) ini, sebagian besar penduduknya terdiri dari pedagang, petani, pekebun, nelayan dan petani tambak.

Dari pengrajin tambak ikan air tawar, daerah Pahlawan Teungku Peukhan ini mencatat, total produksi budidaya ikan air tawar di daerah itu terhitung dari Januari hingga Juni 2022, mencapai 435 ton (persemester). “435 ton hasil produksi itu, meliputi budidaya ikan air tawar di kolam, ikan air payau di tambak dan diperairan umum,” ungkap Chalid Hardani, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Abdya, Senin (19/12).

Dari data lapangan dinas yang dipimpinnya, Chalid menguraikan, jumlah produksi ikan air tawar mencapai 435 ton persemester tersebut, berasal dari 2995 petani aktif yang membudidaya ikan air tawar. Baik budidaya di kolam, di tambak, di sawah, maupun di perairan umum, dalam wilayah itu. “Sebagian hasil produksi ini, dipasarkan oleh pedagang ke Medan, Sumatera Utara. Sebagiannya lagi, disuplai ke rumah-rumah makan yang ada di Abdya,” sebutnya.

Menurut Chalid, produksi ikan air tawar diperoleh petani budidaya sebanyak 435 ton persemester (enam bulan), atau setara 870 ton/tahun itu, masih tergolong kecil dibandingkan potensi budidaya ikan air tawar di Abdya seluas 1.746 hektare, ditambah lagi budidaya ikan air payau seluas 783 hektare. “Lahan kita cukup luas. Hanya saja pemamfaatannya masih kurang. Dari Januari hingga Juni 2022 ini, kita mencatat baru sekitar 1.231 hektar lahan yang sudah dimanfaatkan,” ujarnya.

Chalid mengatakan, kurangnya pemamfaatan lahan untuk kolam budidaya ikan air tawar dan tambak budidaya ikan air payau tersebut, diduga akibat masyarakat pemilik lahan terkendala dengan kurangnya modal usaha. “Kita sangat memahami hal itu. Kurangnya modal merupakan kendala dasar. Dimana, proses pembuatan kolam dan tambak budidaya ikan ini, harus mengunakan excavator (beco), tentu butuh biaya besar,”katanya

Dalam kesempatan itu, Chalid juga menguraikan, budidaya tambak ikan air tawar, merupakan potensi yang sangat menjanjikan, dalam meningkatkan perekonomian, untuk merubah taraf hidup kea rah yang lebih baik. Usaha dimaksud katanya, didukung dengan kondisi alam yang sangat menjanjikan. Dimana, sumber air untuk kebutuhan budidaya kolam dan tambak di Abdya sangat melimpah. “Jika semua potensi lahan dimanfaatkan, kita pastikan geliat perekonomian masyatakat jauh meningkat,” urainya.

Terakhir Chalid mengatakan, jika masyarakat memiliki modal usaha dan mau berusaha, budidaya ikan air tawar adalah upaya yang dijamin dapat memperbaiki taraf hidup. “Kami percaya, asalkan kita mau berusaha, Insya Allah Tuhan bersama kita,” demikian Chalid Hardani. WASPADA.id/Syafrizal

FOTO : Kepala DKP Abdya, Chalid Hardani. Waspada/Syafrizal

  • Bagikan