Pimpinan Dayah QAHA, T. Jamal Al Hakmar: “Jangan Diam, Bahaya Besar Sedang Mengintai Aceh”

  • Bagikan

“Baru-baru ini, Kapolsek Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, mengamankan belasan remaja karena terlibat tawuran bersenjata tajam. Kondisi ini sangat miris, remaja berusia belia terindikasi terlibat beberapa aksi di Lhokseumawe, yang meresahkan masyarakat, dan aksi mereka dinilai mengganggu. Ini merupakan sinyal, Aceh dalam bahaya besar.”

KEPADA Harian Nasional Waspada, Rabu (1/2) siang, Pimpinan Dayah Qur’an Hafiz (QAHA), T Jamal Al Hakmar, khawatir, aksi yang dilakukan oleh beberapa remaja adalah sinyal kalau Aceh sedang dalam intaian bahaya besar.

Untuk mencegah kegiatan serupa terulang di Bumi Tanah Rencong khususnya di Kota Lhokseumawe, pendidikan akhlak (agama) merupakan pondasi paling kokoh untuk melindungi ummat manusia, generasi penerus bangsa dari berbagai hantaman akhir zaman di era modernisasi.

“Salah satu sebab lumpuhnya tatanan kehidupan dalam masyarakat, rusaknya tatanan dalam keluarga itu bermuara pada tidak baiknya regenerasi yang ditinggalkan. Makanya, di akhir hayatnya, Rasulullah SAW mengulang kalimat ummati…ummati…ummati,” sebutnya.

Kondisi kenakalan remaja seperti ini, sebut Jamaluddin Abdul Qadir, membuat semua orang prihatin. Betapa tidak, anak-anak yang harusnya seumuran mereka sedang menempuh pendidikan khususnya pendidikan agama, malah mereka terlibat aksi tidak terpuji dan perilaku yang sangat buruk.

“Ini menjadi sinyal bahwa generasi Aceh dalam bahaya besar, krisis moral dan krisis akhlak yang melanda generasi Aceh bisa menjadi ancaman lebih dahsyat daripada tsunami Aceh 2004. Jika kita melihat pergaulan dan style anak Aceh ini sudah jauh dari kearifan lokal yang sebenarnya, Mereka itu seakan-akan sangat bebas melakukan berbagai hal tanpa ada upaya apapun untuk mengakhiri semua permasalahan ini,” sebutnya.

Semestinya, kata Waled, begitu sapaan akrabnya, anak-anak tersebut, harusnya dirangkul dengan baik, dibina dan diberikan edukasi yang baik, tentang bagaimana mereka harus memposisikan diri ditengah-tengah masyarakat.

“Kalau mereka tidak dibina dan dibiarkan begitu saja dengan cemoohan, itu akan membuat mereka tidak baik dalam mengambil sikap ditengah-tengah kehidupan masyarakat, dan bahkan mereka akan melakukan aksi lebih berbahaya lagi,” khawatirnya.

Lebih jauh Waled Jamal mengakan, jika dipelajari lebih mendalam, game online dan bermedia sosial, bukanlah sebab utama, rusaknya moral anak bangsa, khususnya anak anak generasi Aceh.

“Ada nilai budaya ya mulai hilang di Aceh. Jauh sebelumnya, setelah shalat maghrib, tidak ada aak di bawah umur keluar rumah keluyuran. Mereka berada di rumah masing-masing dan diaengai oleh orang tuanya. Atau mereka berangkat ke balai pengajian. Dulu begitu di Aceh,” katanya.

Kondisi sekarang, kata dia lagi, para remaja tidak mengenal waktu dalam berkeliaran, tidak ada waktu batasan malam untuk pulang, tidak ada batasan dalam berkomunikasi, dan bahkan seakan-akan tak ada satupun yang mereka takuti dan mereka segani, dan ini menunjukkan akhlak generasi Aceh dalam bahaya.

“Meskipun kondisi ini tidak menimpa kepada seluruh generasi Aceh, namun ancaman ini harus dianggap serius dan harus menjadi tanggung jawab kita bersama,” ajaknya.

Jauh sebelum kondisi ini terjadi, Islam telah mengingatkan kita, Allah telah mengatakan dalam Alquran QS Attahrim ” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”

Artinya, kata Waled, Alquran menyampaikan bahwa wajibnya menjaga keluarga dari api neraka (dari berbagai kejahatan) dan Rasulullah Saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, menyebutkan. “Setiap bayi yang lahir itu suci bagaikan fitrah.”

“Ini merupakan jawaban, apabila terjadi kehancuran moral generasi, maka ayahnya-lah orang pertama yang bertanggung jawab, ayahnya orang pertama yang harus di salahkan, karena ketidak pedulian orang tua terhadap pengawasan dan pendidikan anaknya,” teganya.

Terakhir, Pimpinan Dayah QAHA ini mengatakan, kasus tawuran bersenjata tajam di Lhokseumawe, pemerintah setempat harus hadir dan menyelesaikan masalah dengan serius.

“Pemerintah mesti membuat sebuah regulasi dan solusi menyangkut dengan keselamatan generasi bangsa. Mayarakat juga tidak boleh berdiam diri melihat fenomena tidak baik ini. Oemeont dan mayarakat harus bersa-sama mengambil tindakan, agar mereka menjadi generasi yang tepat untuk kita titipkan Islam dan bangsa ditangan mereka,” demikian Waled Jamal. (Maimun Asnawi).

Pimpinan Dayah QAHA, T. Jamal Al Hakmar: "Jangan Diam, Bahaya Besar Sedang Mengintai Aceh"
  • Bagikan