Program Sekolah Inklusi Di Pidie Dinilai Tidak Jalan

  • Bagikan
Ketua Ikatan Persaudaraan Disabilitas (IPDP) Kabupaten Pidie, Sulaiman saat menerima Waspada di kedimanya, Selasa (15/8). Waspada/Muhammad Riza
Ketua Ikatan Persaudaraan Disabilitas (IPDP) Kabupaten Pidie, Sulaiman saat menerima Waspada di kedimanya, Selasa (15/8). Waspada/Muhammad Riza

SIGLI (Waspada): Keberadaan sekolah inklusi di Kabupaten Pidie dinilai jalan ditempat. Guru perlu ditambah dan ditatar kembali dalam mendidik siswa berkebutuhan khusus.

“ Sekolah inklusi di Pidie hanya namanya saja, akan tetapi untuk kegiatan belajar-mengajarnya tidak jalan” demikian Sulaiman, Ketua Ikatan Persaudaraan Disabilitas (IPDP) Kabupaten Pidie mengatakan, Selasa (15/8).

Menurut Sulaiman, ada beberapa faktor pelaksanaan pendidikan inklusi di Kabupaten Pidie menghadapi kedala. Diantaranya minimnya guru. Meskipun gurunya ada, akan tetapi mereka pengetahuannya dan keterampilannya terbatas dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus.

Sarana dan lingkungan sekolah yang belum sepenuhnya aksesibel bagi anak berkebutuhan khusus juga menjadi kendala. Selain itu, sebut dia pemahaman dan sikap yang merata dikalangan masyarakat tentang pendidikan inklusi juga menjadi faktor utama tidak jalannya program pendidikan inklusi di daerah itu. “ Kenapa tidak jalan, karena kesedian guru. Kalaupun ada, mungkin jumlahnya sangat minim guru yang mampu mengajar di sekolah inklusi” katanya.

Menurut Sulaiman, mestinya pemerintah dalam hal ini penting untuk terus melakukan sosialisasi atau semacam penetaran terhadap para guru yang mengajar di sekolah inklusi. Sebab, siswa disabilitas adalah anak yang mengalami ketidak mampuan dalam melaksanakan fungsi tertentu, disebabkan karena adanya “ketunaan” pada aspek perkembangan tertentu.

Kondisi ini sering disebut dengan istilah anak berkelainan, anak luar biasa, atau anak berkebutuhan khusus (ABK). “ Jadi menurut saya, penting dilakukan pemahaman atau semacam sosialisasi terhadap guru. Karena ada kasus, di dalam ruang kelas sekolah inklusi. Ada anak berkebutuhan khusus belajar sendiri atau dipisahkan ruang kelas dengan anak atau siswa non disabilitas. Inikan tidak inklusi” katanya.

Menurut Sulaiman, pendidikan inklusi itu seharusnya memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapat pendidikan tanpa memandang kondisi anak. Hal ini memungkinkan peserta didik berkebutuhan khusus bersekolah di sekolah reguler.

” Ingkuli ini berbaur. Arti kata, belajarnya satu ruangan sama, bermain bersama tidak pisah-pisah. Jika dipisah-pisah berate eklusif, sama sajakan mereka seperti belajar di sekolah luar biasa ” katanya.

Menurut dia, belajar disekolah luar biasa hanya 40 persen mata pelajarannya dan selebihnya kebanyakan bermain. Artinya belajar itu sangat kurang. Sebenarnya banyak yang diharapkan dari sekolah inklusi ini. Ketika anak-anak yang berkebutuhan khusus ini belajar dari dasar bersama siswa yang non disabilitas, ini mereka dapat mengikuti pelajaran yangs ama dengan anak-anak yang nondisabilitas.

Kemudian, anak-anak disabilitas itu bisa menghilangkan minder, karena selama ini anak-anak disabilitas itu mindernya sangat luar biasa. Konon lagi mereka belajar dan mainya sesama disabilitas. Dengan demikian stigma bahwa disabilitas itu harus dikhususkan, harusnya dihilangkan.

“ Makanya harapan kami dari kaum disabilitas yang ada di Pidie semoga kedepannya betubetul ada pendidikan yang inklusi di Pidie. Ini penting agar anak-anak disabilitas di Pidie dapat menjadi harapan keluarga dalam menatap masa depan sama dengan anak-anak non disabilitas” pungkasnya (b06)

  • Bagikan