Siswa MIN 6 Aceh Timur, Koma Empat Bulan Pasca Kecelakaan

  • Bagikan
KOMA: Muhammad Alfarisi, menjaga anaknya yang terbaring koma di rumahnya di Gampong Grong-Grong Idi Cut, Darul Aman, Aceh Timur, Selasa (24/1). Waspada/M Ishak
KOMA: Muhammad Alfarisi, menjaga anaknya yang terbaring koma di rumahnya di Gampong Grong-Grong Idi Cut, Darul Aman, Aceh Timur, Selasa (24/1). Waspada/M Ishak

MUHAMMAD ALFARISI merupakan siswa kelas II/A Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6 Aceh Timur. Bocah yang memiliki hobi bermain sepakbola tersebut kini terbaring dalam posisi koma di rumah orangtuanya di Gampong Grong-Grong Idi Cut, Kecamatan Darul Aman, Kabupaten Aceh Timur.

Pria berusia delapan tahun itu koma setelah mengalami kecelakaan di Jalan Nasional Banda Aceh – Medan, persisnya di depan Lapangan Rencong Idi Cut, Oktober 2022 lalu. Meskipun telah mendapatkan tindakan medis dari RSUDZM Aceh Timur dan RSUZA Banda Aceh, namun korban belum kunjung sadar dari koma.

Saat itu, Muhammad Al Farisi bersama rekan-rekannya dalam perjalanan pulang sekolah. Tiba-tiba dihantam mobil yang sedang melaju saat bocah itu menyeberang jalan. Rekannya selamat, karena berbalik kanan saat melihat mobil melaju kencang dari arah Banda Aceh ke arah Medan.

Mulyana, ibu Muhammad Al Farisi mengisahkan, kondisi anaknya seperti masih koma. Siang dan malam harus dijaga. Tatapan bola mata anaknya itu membuat air mata sang ibu terus membasahi pipinya.

Diceritakan, Muhammad Alfarisi awalnya dilarikan ke RSUDZM Aceh Timur. Lalu dirujuk ke RSUZA Banda Aceh, untuk menjalani perawatan dengan jaminan BPJS dan PT Jasa Raharja. Selama dalam perawatan medis 2,5 bulan, keluarga bergantian menjaga Muhammad Alfarisi.

Mengingat biaya pendamping anaknya selama dirawat yang semakin membengkak, lalu keluarga memutuskan membawanya pulang ke rumah, lebih-lebih kondisinya tidak berubah. “Kondisi Muhammad Alfarisi, saat ini masih membutuhkan perawatan medis. Sesekali matanya dibuka dan tangannya juga sesekali ikut bergerak,” kata Mulyana.

Berdasarkan hasil konsultasi dengan petugas medis, lanjut Mulyana, anaknya dikabarkan sudah mulai sadar, namun tidak dapat merespon. Kelopak mata juga sudah terbuka, tetapi organ tubuh masih lemah, sehingga perlu asupan gizi yang cukup dan diberi tindakan fisioterapi dengan tujuan saraf organ tubuh lain bisa terangsang untuk bergerak.

“Dokter juga menyampaikan bahwa Muhammad Alfarizi, harus dibawa minimal sepekan sekali untuk pengecekan ke rumah sakit. Tapi karena tidak memiliki biaya yang cukup, sehingga kami terpaksa membaringkannya di rumah,” ujar Mulyana.

Sambil menangis, ibu Muhammad Alfarisi mengaku sama sekali tidak tega membaringkan anaknya tanpa tindakan medis, tapi untuk membawa si buah hati ke rumah sakit perlu biaya, mulai dari biaya perjalanan maupun biaya pendampingan selama dalam tindakan medis.

“Dia (Muhammad Alfarisi—red) hanya bisa terbaring di rumah. Tapi saya yakin Allah akan menyembuhkannya. Tidak ada yang mustahil, karena Allah yang maha melihat dan mendengarkan doa-doa hambanya yang lemah,” urai Mulyana.

Sejak peristiwa itu menimba Muhammad Alfarisi, Mulyana mengaku belum ada pihak manapun yang menjenguk dan melihat kondisi anaknya. “Kami berharap pemerintah dan orang-orang mampu untuk membantu dan memfasilitasi anak kami untuk sembuh, sehingga bisa kembali ke bangku belajar meraih cita-citanya,” demikian Mulyana.

WASPADA.id/M Ishak

  • Bagikan