Tafakur Hawa Nafsu Dan Hedonisme Pragmatis (Perspektif Hukum Islam)

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan

Seorang filosof bangsa Greek (Yunani Kuno) bernama Plato yang lahir pada tahun 427 SM, di dalam bukunya Politeia mengatakan, “Perilaku baik adalah inner strength (kekuatan batin) yang dapat menginspirasi orang lain.”

Melalui pernyataannya itu, Plato ingin menyampaikan agar setiap orang, hendaknya mengaplikasikan kebaikan di dalam hidupnya dan menjauhi segala keburukan, termasuk hedonisme. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone, yang berarti kesenangan.

Sementara hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Hedonisme juga berarti pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi dan immateri sebagai tujuan utama dalam hidup (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Hedonisme sering dikaitkan dengan foya-foya dan pelampiasan yang dapat mendatangkan kenikmatan sesaat.

Collins Gem Dictionary menyebutkan bahwa hedonisme merupakan sebuah doktrin yang menyampaikan, bahwa kesenangan adalah hal yang paling penting di dalam kehidupan. Collins Gem Dictionary juga menyebutkan bahwa hedonisme merupakan paham yang dianut oleh seseorang yang mencari kesenangan hidup semata.

Sisi minor yang ditimbulkan oleh hedonisme pragmatis adalah munculnya sifat sifat negatif seperti egois, konsumtif, hidup tanpa perencanaan, cendrung sombong dihadapan orang lain, boros, instant, pemalas, koruptif, hipokrisi, pelampiasan hawa nafsu buruk, foya foya, pola berfikir sempit dan berbuat mubazir.

Pada sisi yang lain, Alquran di dalam surat al Nazi’at, ayat 40-41 menyebutkan, “Dan adapun orang orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya, dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat kembalinya.”

Di dalam ayat di atas, Allah Swt menegaskan, bahwa rasa takut kepada Allah Swt dengan segala Kemaha-BesaranNya dan hawa nafsu buruk yang dapat dikendalikan, akan dapat mengantarkan hamba Allah untuk dapat masuk ke dalam surga. Hedonisme adalah bahagian dari hawa nafsu buruk yang terlarang untuk dilakukan oleh hamba Allah yang beriman.

Di dalam Islam, mengikuti hawa nafsu buruk hukumnya haram, karena Allah Swt melarang para hambaNya yang beriman mengikuti hawa nafsu buruknya. Hal itu tertulis dengan jelas di dalam Alquran surat Shad ayat 26 berikut ini, “Janganlah kamu ikuti hawa nafsu (buruk), karena hawa nafsu (buruk) itu, akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”

Dalam Alquran, ada 38 ayat yang berbicara tentang hawa nafsu, 25 ayat bermakna hawa nafsu yang konotasinya negatif atau bermakna salbiyah. Sedangkan sisanya yaitu 13 ayat memiliki makna yang berbeda (positif). Di dalam hadits riwayat imam al Tirmidzi, Nabi Saw ditanya tentang apa yang membuat banyak orang masuk ke dalam surga, maka Nabi Saw menjawab, Taqwa kepada Allah Swt dan akhlaq yang baik.

Kemudian Nabi Saw kembali ditanya apa yang membuat orang banyak masuk ke neraka, maka Nabi Saw menjawab mulut dan kemaluan. Sebagai hamba Allah yang beriman, kita harus berhati-hati dan menjaga diri. Jalani hidup dengan bertaqwa dan berakhlaq baik. Jagalah mulut kita dari memakan makanan yang haram. Berhati hatilah dalam bertutur kata. Ikuti nasihat Nabi Saw, yaitu “berkatalah yang baik atau diam.”

Jagalah pula kemaluan, agar tidak melahirkan dosa yang membebani kehidupan dunia dan akhirat. Syekh Ibnu Atha’illah Al Sakandariy (wafat 709 H) di dalam kitabnya al Hikam mengatakan, لا يخرج الشهوة من القلب الا خوف مزعج او شوق مقلق (Tiada yang dapat mengusir syahwat dari hati, kecuali rasa takut yang menggetarkan atau rasa rindu yang menggelisahkan).

Dalam surat Fusilat ayat 8, Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang telah beriman dan beramal shalih, bagi mereka pahala yang tidak terputus.” Iman dan amal shalih bagaikan mata rantai yang yang saling berkait. Mark Twain mengatakan, Kindness is a language which the deaf can hear and the blind can see (Kebaikan adalah bahasa yang bisa didengar si Tuli dan bisa dilihat si buta).

Hidup kita di alam dunia ini begitu singkat, jika kita gagal menjalani kehidupan sebagai hamba yang baik, maka akan memperoleh kerugian dalam kehidupan di alam Barzakh dan di alam akhirat.

Oleh karena itu, jauhilah semua hawa nafsu buruk dan tinggalkanlah perilaku hedonisme pragmatis, karena hal tersebut haram hukumnya di dalam ajaran Islam. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan