Tafakur Al Adzkar Al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid Al Abraar: Kitab Kumpulan Dzikir Karya Imam Al Nawawi

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Al Adzkar Al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid Al Abraar: Kitab Kumpulan Dzikir Karya Imam Al Nawawi

Kitab al Adzkar al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid al Abraar ( كتاب الاذكار المنتخبة من كلام سيد الابرار ) adalah kitab turats atau klasik yang berisi kumpulan dzikir karya imam Muhyiddin Abi Zakaria Yahya Bin Syaraf al Nawawi al Dimasyqi al Syafi’i ( الامام محيي الدين ابي زكريا يحي بن شرف النووي الدمشقي الشافعي ). Kitab ini di antaranya telah diterbitkan di Beirut oleh penerbit al Maktabah al ‘Ashriyyah, pada tahun 1435 Hijriah (2014 M).

Kitab al Adzkar ini terdiri atas 413 halaman, dimulai dari halaman pengantar (المقدمة) dilanjutkan dengan penjelasan tentang kitab al Adzkar al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid al Abraar, di halaman, 7 sebagai kitab perhiasan kebaikan, syi’ar pilihan dan kitab yang dapat membuat seorang hamba menyibukkan diri di dalam do’a-do’a dan dzikir-dzikir yang diutamakan untuk diamalkan pada malam dan siang hari ( هذا كتاب حلية الابرار و شعار الاخيار في تلخيص الدعوات و الاذكار المستحبة في الليل و النهار ).

Selanjutnya pada halaman, 8 dari kitab al Adzkar tersebut, dijelaskan secara singkat tentang imam Muhyiddin al Nawawi sebagai mu’alif atau penulis kitab al Adzkar dengan judul Tarjamah al Imam al Nawawi ( ترجمة الامام النواوي ). Dalam pembahasan Tarjamah al Imam al Nawawi diulas tentang nama lengkap imam Muhyiddin al Nawawi. Imam Muhyiddin al Nawawi lahir dan wafat di Desa Nawa (نوي) yang terletak di negeri Damaskus.

Beliau lahir pada bulan Muharram tahun 631 Hijriah. Imam Muhyiddin al Nawawi mengabdikan umurnya sepanjang hidup untuk ilmu syari’at Islam, sampai akhirnya beliau wafat pada tanggal 24 Rajab tahun 676 Hijriah dalam usia 45 tahun, tanpa meninggalkan keturunan dikarenakan belum sempat menikah.

Kemudian, imam Muhyiddin al Nawawi sejak tahun 649 Hijriah pindah dari desa Nawa ke distrik Rawahibiyah kota Damaskus untuk mendapatkan ilmu yang lebih luas dari syekh Kamal Ibnu Ahmad. Selain itu, imam Muhyiddin al Nawawi juga berguru kepada syekh Abdul Aziz Bin Muhammad al Anshari, syekh Zainuddin Bin Abdul Da’im, syekh Imaduddin Bin Abdul Karim al Harasatani, syekh Zainuddin Abul Baqa, syekh Khalid Bin Yusuf al Maqdisi al Nabalusi, syekh Jamaluddin Ibn al Shairafi, imam Taqiyuddin Bin Abul Yasri, syekh Syamsuddin Bin Abu Umar dan lain-lainnya.

Imam Muhyiddin al Nawawi khusus belajar tentang fikih hadits (pemahaman hadits) kepada syekh al Muhaqqiq Abu Ishak Ibrahim Bin Isa al Muradi al Andalusi. Beliau belajar fikih secara khusus kepada syekh al Kamal Ishak Bin Ahmad Bin Utsman al Maghribi al Maqdisi, syekh Syamsuddin Abdurrahman Bin Nuh dan syekh Izzuddin al Arbili. Adapun murid-muridnya di antaranya adalah al Khatib Shadruddin Sulaiman al Ja’fari, syekh Syihabuddin al Arbadi, imam Syihabuddin Bin Ja’wan, syekh Alauddin al Athar, dan lain-lainnya. Adapun murid yang banyak mengambil hadits dari imam Muhyiddin al Nawawi adalah syekh Ibnu Abi al Fath dan imam al Mazi.

Di samping itu, imam Muhyiddin al Nawawi menulis kurang lebih 50 buah kitab besar dalam berbagai bidang, di antaranya di dalam bidang hadits adalah kitab al Arba’in al Nawawiyah( الاربعين النووية ), Riyadhusshaalihin ( رياض الصالحين )، al Minhaj Syarah Shahih Muslim ( المنهاج في شرح صحيح مسلم )، al Taqrib Wa al Taysir fi Ma’rifat Sunan al Basyir al Nadzir ( التقريب و التيسير لمعرفة سنن البشير النذير ).

Di dalam bidang fikih imam Muhyiddin al Nawawi menulis kitab Minhaj al Thalibin Wa ‘Umdatu al Muftin Fi Fiqhi al Imam al Syafi’i ( منهاج الطالبين و عمدة المفتين في فقه الامام الشافعي ), Raudhatu al Thalibin ( روضة الطالبين ), al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab ( المجموع شرح المهذب ), Matnu al Idhah Fi al Manasik ( متن الايضاح في المناسك ). Karya imam Muhyiddin dalam bidang bahasa ‘Arab di antaranya adalah kitab Tahdzib al Asma’ Wa al Lughah ( تهذيب الاسماء و اللغات ).

Dalam bidang akhlaq, dzikir dan do’a di antaranya kitab, al Tibyan Fi Adab Hamalah al Qur’an (التبيان في اداب حملة القران ), al Adzkar al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid al Abraar ( الاذكار المنتخبة من كلام سيد الابرار ), Bustan al ‘Arifin ( بستان العارفين ).

Di samping itu, imam Muhyiddin al Nawawi juga menulis kitab Tahdzib al Asmaa’ ( تهذيب الاسماء ), Ma Tamas Ilaihi Hajah al Qari Li Shahih al Bukhari (ما تمس اليه حاجة القاري لصحيح البخاري ), Tahrir al Tanbih ( تحرير التنبيح ), Adab al Fatwa Wa al Mufti Wa al Mustafti ( اداب الفتوي و المفتي و المستفتي ), al Tarkhis Bi al Qiyam ( الترخيص با القيام لذوي الفضل و المزية من اهل الاسلام ) dan masih banyak kitab kitab imam Muhyiddin al Nawawi yang lainnya.

Ulasan pertama imam Muhyiddin al Nawawi di dalam kitab al Adzkar adalah tentang ikhlas dan niat yang baik pada semua amalan zahir dan amalan batin ( فصل في الامر با الاخلاص و حسن النيات في جميع الاعمال الظاهرات و الخفيات ).

Dalam penjelasan tentang hal tersebut di atas, imam Muhyiddin al Nawawi pertama mengutip ayat al Qur’an, surat al Bayyinah, ayat, 5 berikut ini : ما امرو ا الا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء. Artinya, Mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah kepada Allah dengan ikhlas dalam (menjalankan) agama lagi dengan lurus.

Imam Muhyiddin al Nawawi juga menjelaskan dari apa yang beliau terima melalui atsar Abdullah Bin Abbas tentang ikhlas dan niat yang baik yaitu sebagai berikut: بلغنا عن ابن عباس رضي الله عنهما انه قال انما يحفظ الرجل على قدر نيته.

Artinya, telah sampai kepada kami dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai keduanya, adalah dia (Ibnu Abbas) berkata, Seseorang hanyalah mendapatkan pemeliharaan (amal) menurut ukuran niatnya. Imam Muhyiddin al Nawawi juga menuliskan bahwa ada juga yang mengatakan, و قال غيره انما يعطى الناس على قدر نيتهم.

Artinya, Hanyasanya diberikan kepada manusia(balasan amal mereka) menurut ukuran niatnya. Selanjutnya imam Muhyiddin al Nawawi menjelaskan tentang ikhlas dan niat yang baik, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Ali Fudhail Ibn ‘Iyadh berikut ini : روينا عن السيد الجليل ابي علي الفضيل بن عياض رضي الله عنه قال ترك العمل لاجل الناس رياء و العمل لاجل الناس شرك و الاخلاص ان يعافيك الله منهما.

Artinya, telah meriwayatkan kepada kami dari al Sayyid al Jalil Abi ‘Ali al Fudhail Ibn ‘Iyadh, semoga Allah meridhainya, ia berkata, Meninggalkan amal karena manusia adalah riya, dan beramal karena manusia adalah syirik, jika kamu beruntung mendapatkan pemeliharaan Allah dari keduanya, itulah ikhlas (Lihat imam Muhyiddin al Nawawi, al Adzkar al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid al Abrar, Bairut, al Maktabah al ‘Ashriyyah,1435 H.,( 2014 M), halaman, 11-12).

Imam Muhyiddin al Nawawi menjelaskan di dalam kitab al Adzkar halaman 13, bahwa sebagaimana dzikir itu mustahab (diutamakan), maka duduk di majelis-majelis dzikir juga mustahab atau diutamakan ( اعلم انه كما يستحب الذكر يستحب الجلوس في حلق اهله ). Apa yang disampaikan oleh imam Muhyiddin al Nawawi itu, didasarkan kepada hadits Nabi Saw yang berasal dari Abdullah Ibnu Umar berikut ini : اذا مررتم برياض الجنة فارتعو قالوا وما رياض الجنة يا رسول الله قال حلق الذكر فان لله تعالى سيارات من الملاءكة يطلبون حلق الذكر فاذا اتوا عليهم حقوا بهم.

Artinya, jika kamu melewati kebun kebun surga, maka tempati dan nikmati olehmu. Para sahabat bertanya, wahai Rasulullah Saw apa kebun surga itu? Rasulullah Saw menjawab, yaitu majelis majelis dzikir, karena Allah memiliki malaikat yang berkeliling yang selalu mencari majelis majelis dzikir. Jika mereka (malaikat) datang ke tempat itu, mereka (malaikat) duduk bersama sama orang yang berdzikir itu (Lihat imam Muhyiddin al Nawawi, al Adzkar al Mustakhabah Min Kalaam Sayyid al Abraar, halaman, 12).

Selanjutnya imam Muhyiddin al Nawawi menuliskan hadits Nabi Saw riwayat imam Muslim dari Abu Sa’id al Khudriy dan Abu Hurairah berikut ini : لا يقعد قوم يذكرون الله تعالى الا خفتهم الملاءكة و غشيتهم الرحمة و نزلت عليهم السكينة و ذكرهم الله تعالى فيمن عنده.

Artinya, tidak ada satu kaum pun yang duduk duduk sambil berdzikir kepada Allah, melainkan para malaikat datang mengelilingi dan menaungi mereka. Mereka diliputi dengan rahmat, ketentraman turun menyelimuti mereka dan Allah menyebut mereka dihadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya (Lihat imam Muhyiddin al Nawawi, al Adzkar al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid al Abraar, halaman, 13).

Pada bahagian akhir dari kitab al Adzkar, imam Muhyiddin al Nawawi menuliskan hadits dari riwayat imam al Tirmidzi dari Abdullah Bin Abbas berikut ini ; احفظ الله تجده امامك تعرف الى الله فى الرخاء يعرفك فى الشذة و اعلم ان ما اخطاك لم يكن ليصيبك و ما اصابك لم يكن ليخطءك….و في اخره و اعلم ان النصر مع الصبر.

Artinya, jagalah baik baik (agama dan perintah Allah), niscaya kamu akan menemukan Dia (menuntun) di depanmu(mencurahkan hidayah). Kenalilah (ingat) Allah ketika senang, niscaya Allah akan memperhatikanmu di saat engkau susah. Ketahuilah bahwa sesuatu yang luput darimu niscaya tidak akan menimpamu, dan sesuatu yang menimpamu tidak akan luput darimu….pada akhir hadits disebutkan, Dan ketahuilah bahwa kemenangan itu ada pada kesabaran, kelapangan itu ada bersama kesempitan, dan kemudahan itu ada bersama kesukaran (Lihat imam Muhyiddin al Nawawi, al Adzkar al Muntakhabah Min Kalaam Sayyid al Abraar, halaman, 335-337).

Demikian luasnya samudera ilmu itu, semoga Allah Swt senantiasa memberikan tambahan ilmu kepada kita dan menganugrahkan pahala yang besar kepada imam Muhyiddin al Nawawi, serta kepada semua ulama yang telah berjasa dalam mengajarkan ilmu tentang Islam. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan