Tafakur Al Khathib Al Baghdadi: Muhadits Dan Mu’arikh Abad Ke-4 Hijriah Dari Baghdad

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Al Khathib Al Baghdadi: Muhadits Dan Mu'arikh Abad Ke-4 Hijriah Dari Baghdad

Imam al Khathib al Baghdadi memiliki nama lengkap Abu Bakar Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Dhabith Ibn Ahmad Ibn Mahdi al Syafi’i. Beliau biasa dikenal dengan nama imam al Khathib al Baghdadi ( الخطيب البغدادي ). Nama imam al Khathib al Baghdadi sangat mudah diingat oleh para penggemar ilmu sejarah Islam, karena nama beliau melekat pada nama kitab yang berjudul Tarikh Baghdad (sejarah Baghdad) atau kitab Madiinat al Salam (kota damai) yang terdiri atas 23 jilid.

Selain itu, imam al Khathib al Baghdadi adalah ulama yang ahli dalam bidang hadits (muhadits) dan juga sejarawan (mu’arikh) Islam yang mumpuni. Beliau lahir di desa Hanikiya di bahagian Selatan Baghdad pada tanggal 24 Jumadil Tsani tahun 392 Hijriah(10 Mei 1002 M). Imam al Khathib al Baghdadi wafat di Baghdad pada tanggal 7 Dzulhijjah 463 Hijriah (5 September 1071 M) dalam usia 71 tahun, setelah ia mengalami masa pengasingan selama satu tahun di Sur Lebanon.

Beberapa saat sebelum wafat, imam al Khathib al Baghdadi menyedekahkan hartanya senilai 200 dinar beserta kitab-kitab karyanya kepada fakir miskin dan ulama untuk modal mengembangkan ilmu (Lihat imam Ibnu Hajar al Asqalani, Nuzhah al Nathr, Saudi Arabia, al Nukat Ali Ibn Hasan Dar al Jauzi, 1982, halaman, 45 – 51). Imam al Khathib al Baghdadi pernah meninggalkan kota Baghdad menuju ke Damaskus pada saat terjadinya pemberontakan Jenderal Basasiri dari Turki yang menggulingkan kekuasaan khalifah al Qa’im dari dinasti Abbasiyyah. Imam al Khathib al Baghdadi berdiam di Damaskus selama 8 tahun dan beliau mengisi hari harinya di Damaskus dengan mengajar di Masjid Bani Umayyah.

Pada awalnya, imam al Khathib al Baghdadi pada saat berumur 11 tahun, belajar hadits kepada ahli hadits yang bernama syekh Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rizqi yang terkenal dengan sebutan imam Rizquwaih (320 – 412 H). Pengembaraan ilmunya dalam bidang hadits mulai intens ia lakukan sejak ayahnya meninggal dunia dan ia pada saat itu berusia 20 tahun. Kota pertama yang didatanginya untuk mendalami ilmu hadits dan hadits adalah kota Basra, lalu dilanjutkan ke Naisapur, Ray, Amol, dan Isfahan. Imam al Khathib al Baghdadi baru kembali ke Baghdad pada tahun 1028 Masehi.

Kemudian ia melanjutkan perjalanan ilmiahnya ke Levant sambil ia menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Imam al Khathib al Baghdadi sangat beruntung, karena ia dapat mengambil hadits dan belajar ulumul hadits dari ulama terkemuka tentang itu di zamannya, yaitu imam Abu Nu’aim al Isfahani, syekh Abu Bakar al Barqani, imam al Lalaka’i, syekh al Abdawi, dan Karima Binti Ahmad Bin Muhammad al Marzawiyya. Imam al Khathib al Baghdadi sempat pula mendalami ilmu fikih kepada imam Abu Ishaq al Isfarayini, Abu Thayyib al Thabari, al Mawardi, dan syekh Abu al Hasan Bin al Mahamili.

Ahli hadits dari madzhab Hanbali yang bernama Ibnu ‘Aqil mengatakan bahwa al Khathib al Baghdadi banyak menulis tentang hadits dan ilmu hadits serta ahli hadits yang tidak terbantahkan pada zamannya. Menurut imam ahli hadits kota Baghdad pada masa itu yaitu imam al Mu’taman al Sajihi mengatakan bahwa setelah imam al Daraquthni, kota Baghdad dalam hal hadits dan ilmu hadits telah dipadai dengan kehadiran imam al Khathib al Baghdadi. Imam al Dzahabi mengatakan bahwa imam al Khathib al Baghdadi adalah seorang ulama ahli hadits yang produktif dalam menulis kitab, ada 80 buah kitab besar yang beliau tulis dalam bidang hadits, di antaranya kitab Syaraf Ashab al Hadits, kitab al Jami’ Li Akhlaqi al Rawi Wa Adab al Sami’, kitab al Iqtidha’ al ‘Ilmi al ‘Amali, kitab al Sabiq Wa al Lahiq Fi Taba’udi Ma Baina al Rawiyaini ‘An Syaikhi Wahid.

Imam al Khathib al Baghdadi bermadzhab Syafi’i dan mempelajari madzhab Syafi’i di kota Baghdad dari ulama ulama Syafi’iyah di masjid Abdullah Ibn Mubarak di bawah asuhan imam Abu Hamid Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ahmad al Isfihani. Imam al Khathib al Baghdadi juga belajar fikih Syafi’iyah kepada imam Abu Bakar Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ghalib al Khawarizmi yang masyhur dengan panggilan imam al Barqani. Imam al Khathib al Baghdadi memiliki karya besar dalam bidang ilmu hadits yaitu kitab al Kifayah Fi ‘Ilmi al Riwayah ( الكفاية في علم الرواية).

Kitab ini terdiri atas 457 halaman, di antaranya membahas tentang kehujahan hadits, musthalahat al muhadditsin, tahamul wa al ‘ada’, kaidah kaidah dalam menerima atau menolak suatu riwayat. Dan yang dipandang baru dari kitab al Kifayah Fi ‘Ilmi al Riwayah imam al Khathib al Baghdadi adalah adanya pembahasan secara spesifik tentang pembagian hadits menjadi mutawatir dan ahad. Kitab-kitab lain yang ditulis oleh imam al Khathib al Baghdadi di antaranya adalah kitab Taqyid al ‘Ilm, kitab al Sabik Wa al Lahik, kitab al Mu’tanif Fi Takmilat al Mu’talif Wa al Mukhtalif, kitab al Asma’ al Mubhama Fi al Anba’ al Muhkama, kitab al Bukhala(orang orang bakhil), al Faqih Wa al Mutafaqqih(ahli fikih dan orang yang belajar fikih), kitab Manaqib al Syafi’i, kitab al Muttafaq Wa al Muttaraq (nama perawi yang nampak serupa), kitab al Rihlah Fi Thalab al Hadits (perjalanan mencari hadits), kitab Riwayah al Shahabah ‘An al Tabi’i (uraian para sahabat dari seorang tabi’in), kitab al Tabyin Li Asma’ al Mudallisin (pengungkapan nama nama orang yang menyembunyikan sumber hadits), dan lain lainnya (Lihat imam al Khathib al Baghdadi, Tarikh Madiinat al Salam (Tarikh Baghdad) Wa Dhaiilih Wa al Mustafad, Jilid, 2, Beirut : Dar al Fikri, 1981, halaman 114).

Ayah dari imam al Khathib al Baghdadi bernama Abu al Hasan adalah seorang khathib di desa Darzijan Baghdad. Di samping itu, Abu al Hasan adalah seorang qari’ dengan bacaan khusus Hafsh al Kattani. Imam al Khathib al Baghdadi dididik keras oleh ayahnya Abu al Hasan untuk senantiasa menjaga kehormatan diri dan bermurah hati.

Abu Zakaria al Tibrizi mengatakan, bahwa imam al Khathib al Baghdadi sangat sering bersedekah dan paling sedikit sedekahnya senilai 5 dinar Mesir. Dan imam al Khathib al Baghdadi pernah menolak hadiah 300 dinar Baghdad yang diberikan kepada beliau, karena hadiah itu diberikan dengan cara yang tidak berakhlak. Beberapa murid dari imam al Khathib al Baghdadi di antaranya adalah imam Abu al Walid al Baji, syekh Ibnu Makula, syekh Ibnu ‘Aqil, imam Abu Ya’la Bin al Farra’, imam Ibnu Asakir, imam Ibnu al Sam’ani, imam Ibnu Dubaythi, imam al Humaidi, imam Ibnu Najar, imam al Dzahabi dan lain lainnya.

Menurut imam al Dzahabi, karena dakwahnya yang cemerlang, imam Abu Bakar Ahmad Bin Ali dijuluki dengan panggilan al Khathib al Baghdadi. Banyak ilmu yang diwariskan oleh imam al Khathib al Baghdadi sebagai seorang ulama besar dari madzhab Syafi’i pada era abad ke-4 Hijriah tersebut.

Semoga generasi penerus Islam tetap bersemangat untuk meneruskan ilmu-ilmu tentang Islam yang diwariskan itu. Sehingga manfaatnya akan terus terasa oleh umat Islam sepanjang masa. Dan imam al Khathib al Baghdadi juga terus mendapatkan pahala jariyah atas semua ilmu yang telah diajarkannya, sampai tegaknya hari berbangkit kelak. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan