Lembu Punya Susu, Sapi Punya Nama Mencuat Di Gelanggang Silat Pelintau Tamiang

  • Bagikan
Lembu Punya Susu, Sapi Punya Nama Mencuat Di Gelanggang Silat Pelintau Tamiang
Sanggar Silat Pelintau Tamiang. Waspada/Muhammad Hanafiah

SENI budaya tradisi silat Pelintau Tamiang pada tahun 2019 sudah ditetapkan oleh Pemerintah RI sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

Seni budaya silat Pelintau Tamiang dilengkapi dengan gerakan silat Songsong, tebas rebah dan tari Inai atau tari Piring dan pemain musik pengiring memainkan alunan alat musik gendang, biola dan accordion.

Sejak zaman tempoe doeloe perkauman etnik Tamiang tetap memakai seni budaya silat Pelintau untuk menyambut tamu pada acara pesta pernikahan (perkawinan) dan menyambut tamu-tamu pejabat penyelenggara tugas negara yang melakukan kunjungan kerja di Pemkab Aceh Tamiang.

Namun, menurut pantauan Waspada, pada roda Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang yang dipinpin (Alm) Drs H Abdul Latief dan Wabup H Awaluddin, seni budaya Silat Pelintau tetap diberdayakan dalam acara penyambutan tamu penyelenggara negara yang berkunjung di Aceh Tamiang.

Selanjutnya, seni budaya Silat Pelintau Tamiang tidak pernah lagi diberdayakan untuk penyambutan tamu dari luar daerah Aceh Tamiang yang melakukan kunjungan kerja di Pemkab Aceh Tamiang.

Sedangkan pada acara pesta pernikahan, Seni budaya Silat Pelintau dan diikuti pantun yang merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang beberapa tahun yang lalu sudah ditetapkan oleh  Unesco  masih sering dipakai untuk menyambut tamu rombongan pengantin.

Lembu Punya Susu, Sapi Punya Nama Mencuat Di Gelanggang Silat Pelintau Tamiang
Atraksi Silat Pelintau Tamiang menggunakan toya. Waspada/Muhammad Hanafiah

Namun kini mucul  saling Klaim terkait Festifal Silat Pelintau Tamiang yang diselenggarakan di Lapangan Tribun Pemkab Aceh Tamiang mulai mencuat di Kabupaten Aceh Tamiang pasca pelaksanaan festifal tersebut yang sudah berlangsung pada Sabtu (3/12/2022).

Eksesnya ,munculah pribahasa lama yang sudah mengakar di  Aceh Tamiang atau di perut Bumi Muda Sedia  yaitu “ Lembu Punya Susu, Sapi Punya Nama”

Pasalnya,Bagian Humas Setdakab Aceh Tamiang pada Minggu(4/12/2022) menyiarkan releas yang menyatakan demi menjaga eksistensi nilai-nilai dan tradisi budaya yang telah  berkembang sejak lama di Aceh Tamiang ,khususnya adat budaya yang ada di Negeri Muda Sedia,Sabtu (3/12/2022) Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang menggelar Festifal Silat Pelintau.

Beredarnya releas dari Bagian Humas  Pemkab Aceh Tamiang yang diduga terindikasi   berita hoax tersebut  telah membuat Ketua Dewan Kesenian  Kabupaten Aceh Tamiang,Tengku Nuriza Auliatami,S.S,M.Si  angkat bicara kepada Waspada, senin (5/12/2022)

Ketua DKA  Aceh Tamiang itu membantah sinyalemen yang klaim dari Pemkab Aceh Tamiang  yang menyatakan acara Festifal Silat Pelintau yang digelar oleh Pemkab Aceh Tamiang.

“Mana ada Pemkab Aceh Tamiang yang menggelar acara tersebut seperti yang diklaim oleh Pemkab Aceh Tamiang , ” tegas Auliatami.

Menurut Auliatami, dalam rangka melaksanakan amanat UU Pemajuan Kebudayaan, Sanggar Seni Pencak Silat Pelintau Tamiang menggelar “Festival Silat Pelintau 2022”.

Dia juga memaparkan, Agenda yang ditujukan untuk penyelamatan budaya tradisional ini menampilkan 1000 Sumber Daya Manusia baru pendekar silat pelintau yang terdiri dari siswa jenjang SD, SMP, SMA, hingga SLB.

Ketua Panitia Festifal  Silat Pelintau  2022, Muhammad Hanafi,S.Pd dan Ketua DKA Aceh Tamiang  juga menyatakan ,sebagai penyelenggara kegiatan, fihaknya  telah mempersiapkan kegiatan ini sejak bulan Juni.

Menurut Panitia , Kegiatan ini bertujuan untuk membagikan pengetahuan mengenai silat pelintau Tamiang kepada generasi muda,supaya  silat pelintau tidak punah dan tetap dilestarikan kedepannya.

Muhammad Hanafi menyebutkan,  Kegiatan yang disponsori oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI serta Dewan Kesenian Kabupaten Aceh Tamiang ini, menjadi wadah pelestarian silat pelintau dengan cara yang telah ada  kajian didalam sanggar.

Ketua DKA Kab. Aceh Tamiang menegaskan  bahwa strategi sanggar dalam penyelamatan kebudayan sudah sangat tepat. Hal ini dikarenakan sanggar melakukan pengembangan SDM di jenjang-jenjang usia muda.

“Sanggar sudah sangat tepat dalam mengambil keputusan untuk bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tamiang terkhusus Bidang Kebudayaan dan Bidang Pendidikan Dasar serta Cabang Dinas Pendidikan Aceh. Sekolah itu pabriknya SDM, jadi sudah selayaknya pengembangan kebudayaan itu ermuara pada  satuan Pendidikan. Karena sangat baik untuk memberi pengalaman jangka Panjang kepada siswa bahwa melestarikan kebudayaan adalah hal yang menyenangkan dan wajib dilakukan,”ungkap Auliatami.

Kami juga,imbuh Auliatami, berharap agar Silat Pelintau masuk kedalam pelajaran muatan local ataupun ekskul sekolah-sekolah di Lingkungan kabupaten Aceh Tamiang.

Lembu Punya Susu, Sapi Punya Nama Mencuat Di Gelanggang Silat Pelintau Tamiang
Atraksi Silat Plintau Tamiang menggunakan pisau dan pedang. Waspada/ Muhammad Hanafiah

Pantauan Waspada, Sabtu (3/12), Festival Silat Pelintau 2022 ini dibuka oleh Bupati Aceh Tamiang, H. Mursil, SH.,M.Kn. yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Aceh Tamiang, Drs. Abdul Muthalib.

“Silat pelintau Tamiang menonjolkan keindahan serta seni bela diri bagi orang Tamiang tempo dulu. Filosofi pelintau juga lahir dari kearifan lokal dan pengalaman masyarakat terhadap alam sekitarnya untuk memapah kehidupan” tegas  Drs. Abdul Muthalib dalam sambutannya.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Drs. Fitra Arda, M.Hum., yang diwakili oleh Fariani, S.Sos dalam sambutan yang dibacakan oleh Fariani, S.Sos., Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan menyampaikan rasa bangga dan mengucapkan apresisasi yang sebesar-besarnya kepada komunitas budaya dalam hal ini Sanggar Seni Pencak Silat Pelintau Tamiang yang telah berusaha dan berupaya melaksanakan kegiatan ini.

“Saya bangga dengan kreatifitas generasi muda saat ini, terutama terhadap panitia dari kegiatan festival silat pelintau 2022 ini yang telah berupaya melaksanakan kegiatan ini dengan segenap kemampuannya dan tentunya juga dengan pendampingan penuh dari Penggiat Budaya Kemendikbudristek RI untuk wilayah kerja Kabupaten Aceh Tamiang serta dukungan dan fasilitasi dari pemerintah, dalam hal ini dari fasilitasi Dana Stimulah program Dana Indonesiana dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek. Dan hal ini patut dicontoh oleh kelompok masyarakat lainnya/komunitas budaya, sanggar seni supaya harapan kita terhadap kelestarian budaya bangsa dapat terwujud,” ucap Fitra dalam pidatonya. *Muhammad Hanafiah

  • Bagikan