Liga Antar Kampung

  • Bagikan
Liga Antar Kampung
PELANTIKAN Menpora Dito Ariotedjo oleh Presiden Joko Widodo, 3 April 2023. Waspada/Setkab RI

LEGA mendengar ketegasan Menpora Dito Ariotedjo usai dilantik Presiden Joko Widodo, 3 April 2023, tetap menjalankan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dicanangkan Zainudin Amali, Menpora sebelumnya.

Kesinambungan pelaksanaan kegiatan berdasarkan program kendati berganti pejabat sangatlah langka di negeri ini. Terkadang kita hanya bisa terkesima jika terjadi pergantian figur berganti pula program, namun tujuan tak pernah sampai. Kadang kita harus bersyukur bergantinya program semakin mendekatkan kita kepada tujuan, setidaknya arah jalannya menjadi benar.

Desain Besar Olahraga Nasional pada intinya berkeinginan menguatkan sendi-sendi keolahragaan nasional di tiap lini masyarakat secara sistemik membentuk budaya baru sejalan dengan berkembangnya prilaku ke arah ekosport industries. Sport Fever mewabah di tiap lapisan melalui olahraga tradisional sebagai kearifan lokal dan olahraga prestasi.

Dari masyarakat yang demam olahraga atau menjadikan olahraga sebagai kebutuhan sekunder setelah kebutuhan primer papan, sandang, makan, ibadah, logikanya akan mudah mencari atlet potensial serta budaya baru ini tentu mendorong langkah ke ekosport industries.

Nah, lebih melegakan lagi ketika Menpora Dito mensitir pesan Presiden Joko Widodo yang menginginkan pertandingan olahraga dilaksanakan secara masif di sekolah sekolah, ada pertandingan antar sekolah.

Sangat sederhana keinginan Presiden akan tetapi hal sederhana ini mengacu dan justru menguatkan eksistensi DBON (Desain Besar Olahraga Nasional). Saking sederhananya hal ini, bahkan tidak seorangpun merasa pertandingan olahraga di sekolah dan antar sekolah telah lama hilang di permukaan negeri ini. Alhamdulillah di Ramadhan penuh berkah ini Presiden Joko Widodo mengingatkan semuanya melalui Menpora Dito.

Pertandingan olahraga di sekolah dan antar sekolah tentu tidak boleh dbayangkan seperti kompetisi antar klub, kecamatan atau kabupaten sebagaimana halnya kompetisi pada olahraga prestasi. Melainkan pertandingan berbagai cabang olahraga sesuai kearifan lokal dan cabang pilihan yang diikuti para siswa (baca: bukan atlet) mengisi ekstra kurikuler yang padat, menjadi budaya dan kebutuhan, tentu saja dari sini tidak menutup kemungkinan munculnya bakat bakat olahraga terpendam, tetapi setidaknya sudah membenamkan diri dalam kesadaran hidup sehat di kalangan anak anak dan remaja.

Sekian lama negeri ini kehilangan pertandingan bola kasti antar regu saat sebuah kelas melaksanakan praktek olahraga. Susah menemukan sekolah yang melaksanakan pertandingan bola kasti antar kelas ketika Hari Jadi Sekolah, HUT Proklamasi, Hari Pendidikan Nasional dan lainnya.

Padahal bola kasti sangat sederhana dari pembiayaan; cukuplah ada bola, pemukul dan area. Akan tetapi nilai dan dampak yang dialirkannya sangat dahsyat seperti kerjasama, speed, harmonisasi, feeling, keputusan, kewaspadaan dan lainnya di samping terbangunnya kebugaran fisik.

Betapa saat ini realita gang motor, kelompok jalanan, komunitas yang kehilangan arah tidak bisa dipersalahkan begitu saja sebab hal ini bukan penyebab melainkan akibat hilangnya media untuk merefleksikan diri, berekspresi serta mempertontonkan ego remaja mereka; tidak ada media yang serta merta ada bagi mereka untuk membuktikan atau mencari jatidiri justru derasnya kemajuan digitalisasi informasi membuat mereka gamang.

“Untuk kalangan rakyat kita laksanakan Liga Antar Kampung,” cetus Menpora Dito mensitir pesan Presiden Joko Widodo.

Nah, terkepung sudah. Liga Sekolah dan Liga Kampung tentu saja bakal mengurung dinamika remaja. Jika ini berjalan digerakkan institusi pemerintahan di tiap lini kegiatan, maka lembaga formal olahraga tradisional seperti KORMI akan leluasa menjalankan program kegiatan tentu dengan menyesuaikan jadwal dan bentuk kegiatan. InsyaAllah demam olahraga akan terwujud di luar kegiatan pokok dan ibadah.

Kampung-kampung yang belakangan ini “canggung” oleh berbagai pergeseran nilai seperti berubahnya lahan tanaman padi, holtikultura, tanaman keras menjadi kebun kelapa sawit, hilangnya ruang publik terbuka, tujuan industri menggantung, kerusakan infrastruktur, derasnya budaya asing seiring pesatnya kemajuan tehnologi informasi, niscaya akan terbasuh ketebalan rasa canggung massal itu dengan hadirnya Liga Antar Kampung yang diatur sedemikian rupa tidak terbentur dengan tugas utama warga, ibadah dan tidak merusak kebutuhan sosial lainnya.

Liga Antar Kampung tentu saja berklasifikasi usia, warga biasa atau atlet serta cabor tradisional dan prestasi diformulasikan secara apik sehingga semua lapisan seolah menjadi atlet atau Pahlawan Olahraga Kampungnya. Indah bah!

Dengan demikian maka cabang olahraga prestasi akan mendapatkan wilayah yang semakin kondusif. Selamat datang Ekosport Industries, Semoga. •Nurkarim Nehe/F

  • Bagikan