Dakwah Muhammadiyah Yang Berkemajuan

  • Bagikan

Dakwah bis-siyasah Muhammadiyah paling tidak menggunakan politik alokatif yang sering didengung-dengungkan Amin Rais pada masa Orde Baru dahulu. Politik alokatif juga dakwah dan tidak mesti mendirikan partai politik. Itulah salah satu ciri dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan itu

Ada dua seminar yang dilaksanakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) baru-baru ini. Tepatnya pada tanggal 30 Mei 2022, PPM menyelenggarakan seminar yang disebut sebagai kegiatan pra-muktamar ke-48. Seminar ini mengundang dua mantan ketua umum PP Muhammadiyah sebagai nara sumber yakni M. Amin Rais dan Din Syamsuddin.

Tak ketinggalan juga sekretaris PPM Abdul Mu’ti serta pakar lainnya baik pakar internal dan eksternal Muhammadiyah yang tampil sebagai pembicara dalam kegiatan seminar tersebut.

Perhelatan seminar ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan mengusung tema “Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah”.

Sedang subtemanya adalah: “Peran Muhammadiyah dalam Perdamaian Dunia”, “Dakwah Muhammadiyah dalam Kemanusiaan” dan “Internasionalisasi Pendidikan Muhammadiyah”.

Seminar ini bertujuan menghimpun pokok-pokok pikiran guna dijadikan sebagai salah satu materi pembahasan dalam muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo bulan November tahun ini.  Seperti diketahui, kepemimpinan PPM 2015 hingga sekarang, Muhammadiyah telah mencoba melebarkan sayap dakwahnya di manca negara.

Pertama, mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah yang disebut Pimpinan Cabang Intimewa Muhammadiyah (PCIM) yang ada di luar negeri. Data terakhir yang diperoleh dari majelis pustaka dan informasi PPM, sudah terbentuk PCIM di 23 negara di dunia termasuk di Amerika Serikat.

Kedua, mendirikan Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Malaysia dan Muhammadiyah Australia College (MAC) di Australia. Adapun izin pendirian UMAM di Malaysia telah diperoleh secara resmi dari Kementerian Pengajian Tinggi Kerajaan Malaysia tertanggal 5 Agustus 2021.

Sedang ijin operasional MAC di Victoria Australia telah diperoleh terhitung tanggal 21 Desember 2021 dari pemerintah Australia. Selain itu dalam seminar ini mencoba mempertegas peran Muhammadiyah di kancah internasional terutama dalam hal ikut serta menciptakan perdamaian dunia dan penanganan masalah kemanusiaan.

Meski Muhammadiyah telah mengambil bagian selama ini namun peran itu masih dilakoni insan Muhammadiyah secara personal. Ke depan mungkin akan terwujud kerja sama dan networking  Muhammadiyah secafa formal dengan lembaga-lembaga internasional yang bergerak di bidang perdamaian dunia dan kemanusiaan.

Dakwah Khusus

Sehari setelah seminar di UMS Surakarta, Lembaga Dakwah Khusus (LKD)-PPM juga menyelenggarakan sebuah seminar sekaligus bedah buku yang berjudul: ”Anak Panah Sang Pencerah: Dakwah Merambah Daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal)”.

Seminar ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) tanggal 31 Mei 2022 yang diawali paparan dari ketua LDK-PPM, Muhammad Ziad.

Sesuai dengan namanya, dakwah khusus ini menggarap medan dakwah yang lain dari pada umumnya. Objek dakwahnya adalah masyarakat yang berada pada komunitas tergolong 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal).

Disebut daerah 3T karena kriterianya jauh dari segalanya terutama kurangnya pelayanaan pendidikan dan kesehatan apalagi dakwah. Hingga kini kurang lebih 20 provinsi di Indonesia yang sudah tersentuh tangan manis LDK Muhammadiyah. Mulai dari provinsi yang ada di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, NTT, NTB, Kalimantan hinga provinsi paling timur, Papua.

Jika pemerintah selama ini memiliki program mengirimkan guru-guru khusus ke daerah 3T dengan biaya negara dan gaji guru-gurunya pun agak lumayan, maka Muhammadiyah mencoba mengambil bagian mencerahkan umat khusus di bidang pendidikan dan dakwah yang dananya bersumber dari pundi-pundi Muhammadiyah itu sendiri.

Tentu program LKD Muhammadiyah ini sekaligus membantu pemerintah guna melayani rakyat yang luput dari perhatiannya selama ini. Ada lagi komunitas khusus yang digarap LDK sebagai objek dakwah di luar dari 3T, yakni objek dakwah komunitas para tuna susila (pelacur), anak jalanan, dan anak yang terkena Narkoba di Surabaya.

Khusus objek dakwah yang satu ini lebih 400 orang PSK dan ex PSK telah menerima terpaan bimbingan agama. Dakwah bagi kaum LGBT dan anak yang sedang mencari identitas (pank) berada di kota Pasuruan dan Demak.

Sedang dakwah bagi anak-anak pemulung berada di kota Blitar. Semua objek dakwah khusus komunitas ini jangkauannya masih berlokasi di Jawa Timur. Mungkin di daerah lain akan diupayakan untuk menyentuhnya sebagai lahan dakwah yang baru baik yang tergolong daerah 3T maupun objek dakwah non 3T yang bisa jadi karakteristik komunitasnya berbeda-beda dengan yang lain.

Tantangan Para Da’i

Sungguh mengharukan ketika M. Ziad menceritakan suka duka para mujahid dakwah yang menjalankan tugas di lapangan. Misalnya, medan dakwah yang jauh ke pedalaman dan harus ditempuh dengan jalan kaki.

Kalaupun bisa daerah tertentu ditempuh dengan kendaran, belum tentu kenderaannya bisa sampai ke tujuan. Khusus di Kalimantan pernah juru da’inya terperosok dan kenderaannya masuk jurang. Syukur mereka masih hidup dan hanya mengalami luka ringan saja karena atas pertolongan Allah SWT.

Belum lagi daya tolak masyarakat karena curiga akan kehadiran mereka. Seringnya ancaman dan intimidasi yang mereka terima pada awal dakwah dimulai karena dituduh membawa agama yang baru.

Dakwah di tempat khusus ternyata tidaklah mudah seperti dakwah pada umumnya, selain medan dakwahnya unik masalah masyarakat pun turut juga ditangani. Seperti kasus di Papua ternyata bukan non muslim saja yang terkena HIV/AID tetapi ada juga umat Islam. Akhirnya dakwah bil lisan harus diiringi juga dengan bil-hal seperti halnya penanganan situasi darurat.

Berbeda tantangannya jika dibandingkan dengan objek dakwah komunitas PSK yang di Surabaya. Selain juru da’inya takut dituduh macam-macam, maka strategi dakwah bisa saja diubah interaksi dakwah dengan cara menitip materi dakwah kepada sasaran dakwah. Misalnya anak PSK menyampaikan dakwahnya kepada ibunya agar berhenti bekerja sebagai PSK.

Tidak bisa diungkapkan tantangan yang dihadapi para da’i secara keseluruhan dalam tulisan kecil ini. Yang jelas para da’i telah menunjukkan dedikasi yang tinggi untuk bangsa, negara dan agama.

Hanya orang yang ikhlas dan tidak cinta dunia yang bisa menjalankan dakwah seperti ini apalagi jika dibandingkan dengan honor yang tak sepadan dengan guru yang diangkat pemerintah di daerah 3T.

Tak pelak lagi para da’i ini disebut sebagai anak panak Sang Pencerah. Mereka ini merupakan cucu-cucu sang pencerah KH. Ahmad Dahlan yang bertindak sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna Muhammadiyah. Tiga jargon sekaligus doktrin spirit ini sudah sangat jarang di sebut-sebut di kalangan warga perserikatan Muhammadiyah.

Penutup

Itulah secuil yang terekspos dakwah Muhammadiyah di daerah 3T dan di daerah komunitas tertentu selain dakwah yang ada pada umumnya. Muhammadiyah akan tetap berdakwah baik dakwah bil-lisan, bi-hal dan bis-siyasah.

Khusus dakwah bis-siyasah Muhammadiyah paling tidak menggunakan politik alokatif yang sering didengung-dengungkan Amin Rais pada masa Orde Baru dahulu. Politik alokatif juga dakwah dan tidak mesti mendirikan partai politik. Itulah salah satu ciri dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan itu.

Pesanku kepada yang bernama Muhammadiyah, teruslah menebar kebaikan dan memberikan pencerahan kepada umat. Meski dirimu acapkali dibully belakangan ini dan tidak sedikit orang bersikap sinis memandang bodymu yang molek itu, tetaplah bersabar dan istiqamahlah dalam menjunjung tinggi kalam ilahi dan sabda-Nya. Laa takhof walaa tahzan, niscayalah Allah akan menolongmu sebagaimana firmannya dalam al-Qur’an surah Muhammad ayat 7.

Tantangan dakwah ke depan sudah pasti akan lebih dahsyat lagi. Misalnya, jika dakwah kepada komunitas perlacur dan judi sekarang ini masih bisa dihadapi secara face to face, namun mungkin besok atau lusa kita tidak bisa lagi dengan cara itu, karena praktek prostititusi dan judi sudah beralih ke transaksi online.

Berdakwahlah untuk dimengerti orang lain. Jangan berdakwah jika dakwah itu tidak bisa dicerna baik dakwah melalui lisan maupun tulisan. Semoga Allah melindungi kita semua…

Penulis adalah Guru Besar Unimed dan Wakil ketua PW Muhammadiyah Sumut.

  • Bagikan