G 30 S/PKI

  • Bagikan
G 30 S/PKI

Oleh Arfan Adha Lubis, SH., MH & Dr Asman Siagian, SH., MH

Patut diwaspadai jangan sampai antek-antek PKI menyusup ke lembaga pemerintahan. Walhasil berupaya melakukan rekayasa sejarah. Ini sangat berbahaya, terlebih bagi generasi muda yang tidak mengetahui sejarah bangsanya

Setiap tanggal 30 September, bangsa ini diingatkan peristiwa kelam digoreskan PKI 58 tahun lalu. PKI secara keji membunuh tujuh pahlawan revolusi. Enam jenderal plus satu kapten meregang nyawa mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara.

Sejarah hitam tragedi berdarah itu dikenal dengan Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI). PKI melakukan penghianatan terhadap NKRI dan bertujuan menggantikan Pancasila dengan paham komunis.

Pemberontakan PKI 1965 dipimpin DN Aidit dan Letkol Untung, juga mempunyai misi menggulingkan pemerintahan yang dipimpin Presiden Soekarno. PKI dalam menjalankan aksinya kerap melakukan propaganda, pemutarbalikkan fakta dan fitnah. Salah satu fitnah keji tersebut dengan mengatakan di tubuh TNI AD terdapat Dewan Jenderal yang berupaya menggulingkan kedudukan Presiden Sukarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi. Padahal PKI lah dalang dibalik peristiwa kudeta berdarah 30 September.

PKI merupakan partai politik dibentuk 23 Mei 1914 plus dibubarkan 12 Maret 1966. Terbentuknya PKI berawal dari organisasi Indische Social Democratische Vereniging (ISDV).

Pada kongres ISDV di Semarang, Mei 1920, nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun menjadi ketua serta Darsono sebagai wakil. Tahun 1924 diadakan kongres Komintern kelima, hasil kongres pengubahan nama menjadi PKI https://www.kompas.com/stori/read/2021/read/05/02/205652579/pki-asal-usul-pemilu-pemberontakan-tokoh-dan-pembubaran.

Kudeta Berdarah

Kudeta berdarah yang dilakukan PKI tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, mengakibatkan 3 jenderal tewas ditembak mati di rumahnya; Letjen Ahmad Yani, Mayjen S. Parman, dan Brigjen DI. Panjaitan. Sedangkan Mayjen R. Suprapto, Mayjen MT. Haryono, Brigjen Sutoyo Siswodiharjo dan Lettu Pierre Tandean, dibawa ke Lubang Buaya, disiksa dan dibantai secara keji (Arfan Adha Lubis & Redyanto Sidi, G. 30 S/PKI, Rubrik Opini Waspada, Jumat, 1/10/2022, Hal. B3).

Kebiadaban PKI menunjukkan betapa berbahayanya ideologi komunis, yang menghalalkan segala cara mencapai tujuannya. Paling biadab menculik, membunuh ribuan bahkan puluhan ribu Umat Islam, ulama, pimpinan TNI AD, tokoh-tokoh 1945 serta orang-orang dianggap bersebrangan dengan perjuangan PKI.

Dalam eskalasi perjuangan PKI, menganggap Umat Islam serta TNI merupakan musuh terbesar, untuk mewujudkan tujuannya menjadikan Indonesia negara komunis seperti China plus bekas negara Uni Soviet. Sejatinya memang Umat Islam beserta TNI merupakan garda terdepan sekaligus pengawal Pancasila, Konstitusi UUD 1945 dan NKRI.

Awas Arus Pembelokan Sejarah

Tajuk Rencana Waspada, Senin, 1/10/2022, Hal. B3, “Umat Islam Jangan Lupakan Sejarah Hitam Kebiadaban PKI.” Tajuk rencana Waspada memberikan warning khususnya Umat Islam, untuk mewaspadai fenomena yang mengatakan PKI merupakan korban, plus bukan dalang di balik peristiwa berdarah 30 September 1965.

Itu namanya pemutar balikan fakta, sekaligus pembelokkan arus sejarah.! Faktanya ribuan Umat Islam, ulama, santri, tokoh-tokoh 1945, serta anggota TNI dianggap loyal terhadap Pancasila, UUD 1945 dan NKRI, menjadi korban kebiadaban PKI. Mereka dibunuh dengan cara-cara sangat biadab.

Manuver-manuver pemutar balikan fakta seperti ini, patut diwaspadai seperti pesan Tajuk Rencana Waspada, Senin, 1/10/2022. Bisa jadi mereka merupakan antek-antek PKI mencoba melakukan manuver-manuver baru memuluskan tujuannya. Sebab propaganda busuk plus pemutarbalikkan fakta merupakan karakter PKI melakukan aksinya.

Patut pula diwaspadai jangan sampai antek-antek PKI menyusup ke lembaga pemerintahan. Walhasil berupaya melakukan rekayasa sejarah. Ini sangat berbahaya, terlebih bagi generasi muda yang tidak mengetahui sejarah bangsanya.

Untuk itu pemutaran kembali film G 30 S/PKI dewasa ini sangat krusial. Notabene sebagai pembelajaran sejarah bagi generasi muda, untuk mengetahui perjuangan sejarah bangsanya sekaligus mengetahui berbahayanya komunis yang ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara, terutama menghapuskan Sila I Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pancasila sebagai dasar negara harus tetap dipertahankan, karena sejatinya Pancasila merupakan nilai-nilai jati diri bangsa Indonesia. Pancasila digali dari nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius bangsa Indonesia. Esensi nilai-nilai Pancasila seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan telah ada dan hidup mengkristal dalam peri kehidupan nenek moyang kita jauh sebelum Indonesia berdiri dan merdeka.

Penutup

Bung Karno mengatakan jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah). Tujuannya kita tidak kehilangan identitas diri dalam kehidupan berbangsa plus bernegara. Bagi generasi muda menimbulkan semangat, rasa cinta tanah air, dengan mengetahui sejarah bangsa, sehingga membawa Indonesia menjadi bangsa besar dengan ideologi Pancasila, UUD 1945, NKRI, plus Bhineka Tunggal Ika. Semoga!

Penulis adalah 1.Alumni FH-UMSU, 2.Dosen FH-UNPAB.

  • Bagikan