Kalian Memang Keterlaluan

  • Bagikan

Kalian memang keterlaluan hingga sanggup membenci agama Islam hingga sampai ke ubun-ubun kalian. Seolah tak pernah baik penganut agama ini di mata kalian kecuali manusia penjilat

Kalian memang keterlaluan, mungkin itulah frasa yang paling pas ditujukan kepada para petinggi negeri ini. Di tangan merekalah langkah perjalanan bangsa dan negara ini semakin terpuruk disebabkan pengelolaan yang salah urus. Tampaknya segenap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara sudah mengarah ke situasi yang salah arah dan di persimpangan jalan.

Semua perangkat negara baik legislatif, eksekutif dan judikatif sudah berjaya dihipnotis secara berjamaah oleh para cukong politik yang meluluh-lantakkan tatanan demokrasi, politik, ekonomi, idiologi, pendidikan dan pertahanan keamanan sehingga tidak berdaya lagi berpihak kepada rakyat.

Hampir saban hari muncul statement kontrovesial para pemimpin yang memusingkan kepala dan demikian juga kebijakan yang merugikan rakyat. Akibatnya, rakyat semakin akrab dengan kesengsaraan, kemiskinan, ketidaknyamanan dan ketakutan.

Ibarat sebuah komputer, software bangsa dan negara ini butuh didefrag atau diinstall ulang. Kalau tidak, akan terbuka pintu fragmentasi besar-besaran dalam waktu tidak terlalu lama lagi.

Pengelolaan negara sudah di luar batas nalar yang sehat. Ibarat sebuah rumah, semua peralatan termasuk segala macam piring sudah hancur berantakan. Ibarat sebuah kapal posisinya sudah dalam keadaan SOS (save our souls) bahkan mau karam karena tatanan mercusuar sudah hampir tak berfungsi lagi. Masihkah kalian paksa rakyat tidak mau tahu dengan keadaan ini?

Bukan tidak banyak masukan berupa kritik, nasehat dan saran dari orang yang mencintai negeri ini, namun masukan itu tetap tidak kalian indahkan. Kalian dengan mantap mengamalkan pepatah: “anjing menggonggong, kafilah berlalu”.

Bersikukuh menganggap negeri ini sedang baik-baik saja, padahal rakyat sudah tahu bahwa negeri ini sedang di ujung tanduk menuju kehancuran. Rakyat kalian anggap tak lebih sekumpulan ayam yang berpenyakit ayan sehingga tak kalian dengar keluhannya

Tulisan ini sengaja dibuat dengan bahasa rakyat, sederhana dan awam karena selama ini pun kalian seolah tak nyambung dan tak sanggup mencerna bahasa yang terlalu ilmiah. Apakah karena kedunguan atau karena sengaja mengikuti nafsu serakah kalian, hanya Allah lah yang tahu.

Yang jelas rakyat sudah bosan, jenuh dan hampir putus asa melihat tingkah polah kalian. Oleh karena itu jangan kalian paksa rakyat tidak waras melihat drama pertunjukan kalian ini.

Politik

Baru saja kalian munculkan gonggongan perpanjangan jabatan presiden sehingga rakyat terperangah melihat perangai politik kalian. Entah jenis angpao apa yang menggoda kalian sehingga sanggup menginjak-injak konstitusi. Bukankah penundaan pemilu itu tidak dinamakan sebagai makar politik? Kalian yang menyuruh rakyat taat hukum tapi justru kalian yang buat contoh jelek tentang kepatuhan hukum.

Gonggongan penundaan Pemilu 2024 tampaknya sudah menjadi target kalian sejak dari awal. Gema perhelatan pemilu 2024 rupanya begitu menakutkan bagi kalian. Apakah karena proteksi masih perlu bagi oligarki atau karena ada agenda jahat lainnya yang belum rampung yang bisa lebih menyengsarakan rakyat.

Meskipun penundaan ini belum final, namun ketiga bos pengusung penundaan ini menjadi gol bunuh diri bagi partainya. Jebakan badman berhasil dengan mulus tanpa rintangan apa-apa. Itulah akibat pimpinan parpol yang sudah tersandera selama ini.

Menurut para pakar menunda pemilu jelas sebuah pembangkangan terhadap konstitusi sekaligus sebagai kejahatan demokrasi. Karena itu jangan kalian tipu lagi rakyat yang selama ini bulan-bulanan dibohongi dan dikhianati.

Meminjam kata LaNyalla Mattalitti, rakyat memang masih diam, tapi punya batas kesabaran. Namun jika sudah kelewatan bisa pecah revolusi sosial. Sementara Jusuf Kalla menyebut negeri ini akan ribut jika Pemilu 2024 diundur karena tidak taat konstitusi.

Hukum Dan Agama

Hukum pun kalian buat kayak mainan anak-anak sekaligus jadi alat kekuasaan, Kalian buat kebenaran jadi kesalahan, sementara kesalahan kalian ciptakan jadi kebenaran. Para ulama dan ustadz kalian tangkapi tanpa kesalahan yang jelas.

Pejabat lurus pun gencar kalian intip kesalahannya sementara yang jelas bersalah dan korupsi kalian tutupi dan lindungi. Yang paling menyakitkan adalah para syuhada KM 50 kalian bunuh tak obahnya seperti binatang tanpa berprikemanusiaan. Kalian memang sungguh keterlaluan.

Belum lagi soal adzan yang kalian analogikan dengan gonggongan anjing. Statemen nyeletik ini sungguh mengundang kemarahan umat. Azan itu bukan elegi kematian melainkan mengumandangkan kalimat takbir dan tauhid sekaligus mengundang orang untuk shalat.

Wajar jika umat marah karena tidak bisa disamakan dengan gonggongan anjing apalagi dengan nyanyian kidung yang sering dinyanyikan dalam tradisi Jawa kuno dan ritual Hindu. Entah apa salah azan ini hingga kalian sanggup membandingkannya dengan gonggongan anjing yang najis itu.

Islam kalian paksa harus bersalah, kalian tuduh radikal-radikul bahkan teroris tanpa rujukan yang jelas. Memanglah penganut sebuah agama itu harus radikal dalam arti ajarannya wajib diamalkan hingga ke akar-akarnya yang dalam bahasa Alquran disebut secara kaaffah (totally) (QS: 2: 208).

Belum lagi agama nak kalian pinggirkan dari negeri ini. Ormas Islam sekelas MUI hendak kalian bubarkan dan Muhammadiyah kalian gembosi karena taat asas dengan Pancasila.

Kalian putar-balikkan fakta seolah Islamlah yang anti Pancasila itu. Panji Islam dan kalimat tauhid seolah tidak bisa lagi dikibarkan dan dikumandankang di negeri ini. Kaum beragama kalian serang dan adu domba melalui buzzer peliharaan kalian. Keadaan hari ini benar-benar mirip dengan masa Sukarno yang mengusulkan pembubaran Masyumi dan HMI.

Baru saja keluar statemen Menag ketika membuka rapat kerja Ditjen Pendidikan Islam di Jawa Barat. Menteri menyebut setidaknya ada 11 persen dosen di Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) yang belum memiliki pola pikir moderat.

Beredar pula 180 orang daftar penceramah yang terindikasi intoleran dan radikal via WhatsApp (WA) sekaligus ajakan untuk tidak mendengarkan apalagi mengundang untuk ceramah. Salah seorang nama penceramah dalam daftar tersebut adalah ustadz Abdul Somad.

Tentu publik perlu tahu dasar dan rujukan yang digunakan dalam penentuan dan pemetaan dosen yang moderat dan yang tidak. Demikian juga para muballigh yang disebut terindikasi intoleran dan radikal.

Jangan-jangan ukurannya hanya karena melihat jenggotnya yang panjang, memakai peci lebai dan gamis, rajin sholat tahajjud dan lain-lain sebagainya. Sementara para ustadz yang dituduh intoleran dan radikal hanyalah karena mereka tetap istiqomah mengutarakan kebenaran agama yang dianutnya.

Semoga berita yang terakhir ini hoaks dan tidak berakibat langsung terhadap dinamika dakwah yang dijalankan para da’i di tengah-tengah umat.

Belum lagi soal yang salah cakap yang menyebut Tuhan bukan orang Arab seolah mensejajarkan Tuhan dengan makhluk ciptaanNya. Entah apa pula maksudnya harus kalian larang umat mendalami ajaran agamanya.

Bukankah dengan memahami agama secara mendalam manusia berpontensi jadi orang baik. Di mana logikanya orang yang mendalami agama justru semakin jahat. Hanya kaum komunis yang tak sudi agama menjadi tuntunan hidupnya dan menolak agama bersinar di permukaan bumi ini. Ketololan mana lagi yang kalian dustakan?

Kalian memang keterlaluan hingga sanggup membenci agama Islam hingga sampai ke ubun-ubun kalian. Seolah tak pernah baik penganut agama ini di mata kalian kecuali manusia penjilat.

Seolah penganut agama ini tak pernah berjasa dan berkorban dalam memperjuangkan dan merebut kemerdekaan. Kalian tahu tidak pekik takbir Allohu Akbar itu merupakan modal sipirit yang tidak ternilai harganya. Mungkin tanpa takbir ini para pejuang bangsa akan ciut ketika berhadapan dengan tentara Belanda.

Kalian mengusik agama dengan tuduhan radikal, intoleran, teroris dan sejumlah label stigma negatif semacam islampobia dan anti NKRI, tetapi ketika riak, simbol dan atribut komunis hadir di mana-mana, kalian justru diam. Kalian ciptakan Islam sebagai tertuduh yang harus dikerdilkan dan didangkalkan dengan jualan Islam Nusantara dan moderasi beragama.

Meminjam syair lagu ILIR 7:” entah salah apa agamamu hingga kau tega menyakitinya, entah syetan apa pula yang merasuki dirimu hingga kau membencinya.

Seolah kalianlah yang cinta Pancasila itu dengan pekikan “aku Pancasila, NKRI harga mati” yang dibungkus dalam jargon revolusi mental, padahal kalianlah oknum yang mengkhianati dan menodai Pancasila itu sendiri.

Tak lebih hanya lip service dan ucapan klise yang bermakna anti Pancasila. Jualan jargon dan konsep revolusi mental hanyalah untuk mengelabui rakyat. Sejatinya kalianlah yang tidak cinta Pancasila dan juga tidak cinta persatuan dan kesatuan di bawah naungan NKRI. WASPADA

Penulis adalah Guru Besar Unimed.

  • Bagikan