Merasa Paling Hebat

  • Bagikan
Merasa Paling Hebat

Oleh: Dr Nada Sukri Pane

“…Aku lebih baik dari Adam. Engkau Ciptakan aku dari api, sementara dia diciptakan dari tanah” (QS. Al-A’raf: 12)

Merasa paling hebat ini digambarkan dalam kisah saat iblis menolak diperintahkan Allah bersujud kepada Nabi Adam. Itulah penyakit yang menurut Imam Al Ghazali dalam Bidayatul Hidayah disebut ujub-merasa mulia dan besar diri, dan berkencerungan untuk meremehkan dan merendahkan orang lain.

Ada beberapa cara untuk terhindar dari dari penyakit hati ini. Pertama, ingat mati. Setiap yang hidup pasti akan mati karena tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Jadi, untuk apa merasa paling hebat, toh besok juga mungkin akan mati. Karena; “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” (QS. Ali Imran: 185). “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah” (QS. Al-Qashash: 88).

Kedua, ada Langit di atas Langit. Ketika merasa diri paling hebat, maka yakinkan hati bahwa ada banyak orang di luar sana lebih hebat lagi, lebih kaya, lebih tinggi jabatannya. Jika kita anggota DPR, ada menteri yang lebih tinggi. Jika kita menteri, ada presiden yang lebih hebat. Jadi urungkan hati untuk merasa lebih hebat, karena di atas Langit ada Langit. Bahwa Matahari tak pernah membanggakan diri.

Ketiga, banyak dosa. Jika diri merasa memiliki banyak dosa, niscaya tak akan berani merasa diri paling hebat. Takutlah kepada Allah atas semua dosa yang pernah dilakukan. Tak akan mampu merasa hebat karena dosa yang mengantungi menyurutkan langkan tampil merasa paling hebat. Caranya ingat kembali dosa masa lalu dan masa sekarang yang pernah dilakukan sekecil apapun.

Keempat, hanya titipan. Tanyakan dulu kepada diri sendiri, siapa pemilik harta tersebut. Pastikan harta, tahta, anak hanya titipan dari Allah. Yang namanya titipan akan di ambil kembali kapan saja oleh sang pemilik; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al-Munaafiqun: 9).

Kelima, kuasa Allah. Allah berkuasa dan dapat merubah segala sesuatu yang tedapat di Dunia ini. Firman Allah; “Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Mahamengetahui lagi Mahakuasa” (QS. Ar Rum: 54).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah berkata penuh ibrah, “Jika Allah Ta’ala membukakan untukmu pintu shalat malam, jangan memandang rendah orang yang tertidur. Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa sunnah, janganlah memandang rendah orang yang tidak berpuasa, jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, maka jangan memandang rendah orang lain yang tidak berjihad. Imam Syafii berkata; “Pendapatku boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa jadi salah namun berpeluang benar.”

Siapa yang tak kenal dengan Qarun. Menurut sejumlah riwayat, ketika Qarun memamerkan harta kekayaannya, ia menggunakan pakaian yang sangat mewah, jumlah harta benda yang dibawanya harus diangkut oleh 60 ekor unta, dengan didampingi sebanyak 600 orang pelayan yang terdiri atas 300 laki-laki dan 3000 orang perempuan. Saat itu, Qarun juga dikawal sebanyak 4000 orang dan diiringi oleh sebanyak 4000 binatang yang ternak yang sehat.

Kesombongan Qarun itu tampak ketika ia mengatakan bahwa harta yang diperolehnya karena ilmu yang dimilikinya. Karena kesombongannya itulah, Allah mengazabnya; “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)” (QS. Al Qashash: 81).

(Guru SMAN 16 Medan, Alumni Doktor PEDI UIN SU)

  • Bagikan