Sahabat Dunia Akhirat

Oleh Dr Nada Sukri Pane

  • Bagikan
<strong>Sahabat Dunia Akhirat</strong><strong></strong>

Seseorang itu menurut adat (tabiat) temannya, maka hendaklah seseorang darimu memperhatikan siapakah yang menjadi temannya” (HR Abu Daud)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persahabatan sama pentingnya dengan menjaga kesehatan tubuh serta mendapatkan asupan makanan yang baik. Memiliki pertemanan yang kompak dapat menjaga kesehatan otak, menambah wawasan serta memperkaya pilihan hidup lebih baik. Sahabat membantu kita dalam mengatasi stres, menambah wawasan serta mengundang rezeki.

Mencari sahabat janganlah berdasarkan kepentingan sesaat, tetapi demi kemaslahatan bersama yang abadi, maslahat di Dunia Akhirat. Menurut Shaffer (2005), pertemanan diartikan sebagai sebuah hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi.

Hendaklah kita harus pandai memilih sahabat yang memberikan manfaat positif. Karena jika kita berteman denga orang yang tidak baik maka kita terbawa sifat buruk tersebut.

Dalam suatu musyawarah kecil, tanpa sengaja Abu Dzar menta’yir (menjelekkan) Ibu Bilal Bin Rabbah. Hal ini diadukan Bila kepada Rasul. Kemudian Rasul menegur Abu Dzar. Wahai Aba Dzar, apa dengan ibunya engkau menta’yirnya? Sungguh pada dirimu ada kejahiliyaan.” Abu Dzar sontak menangis, dan berkata. “Wahai Rasulullah, mintalah kepada Allah agar mengampuniku.”

Sambil menangis, dia keluar dari masjid menemui Bilal yang sedang berjalan dan menarik ujung jubah Bilal. Kemudian dia membaringkan kepalanya sampai pipinya menempel ke tanah dan berkata, “Wahai Bilal. Demi Allah, aku tak akan mengangkat kepalaku sampai engkau menginjaknya dengan kakimu. Engkau adalah orang yang mulia dan aku orang yang hina!”

Hal ini membuat Bilal menangis. Dia mengangkat tubuh sahabatnya, mencium pipinya dan berkata, “Demi Allah, aku tak akan menginjak wajah yang pernah sujud kepada Allah.” Beruntunglah orang-orang yang memiliki sahabat berhati mulia. Hasan Al-Bashri berkata “Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat,” (Miftah El-Banjary: ‘Al Zuhud’).

Persahabatan tulus ikhlas semata karena Allah bukan sekedar langgeng di dunia, tapi sampai kelak di hari akhirat. Orang yang bersahabat saling mencintai dalam suka dan duka akan dikumpulkan bersama di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda; “Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Diriwayatkan bahwa apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, lalu mereka tidak menemukan sabahat-sahabat yang selalu bersama mereka dahulu di dunia, maka bertanyalah mereka tentang sahabat-sahabat itu kepada Allah. ”Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di Dunia shalat bersama dengan kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami.?

Mendengar permohonan hamba tersebut, kemudian Allah berfirman, ”Pergilah ke Neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarah” (HR Ibnul Mubarak, dalam kitab Az Zuhd). Demikianlah arti sebuah sahabat Dunia Akhirat. Bahkan sahabat dapat mengeluarkan teman karibnya dari Neraka.

Sahabat itu adalah orang-orang di sekitar kita yang berinteraksi dengan kita. Keberadaan mereka dapat mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan kita kepada yang baik dan buruk. Bertemanlah dengan orang baik, niscaya dia akan memebawamu kepada takwa. “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa” (Q.S. Az-Zukhruf: 67).

(Guru SMAN 16 Medan, Alumni Doktor PEDI UIN SU)

  • Bagikan