Stagflasi Membayangi Ekonomi Indonesia

  • Bagikan

Oleh Bachtiar Hassan Miraza

Harga bahan baku sumberdaya alam global naik dan memukul perekonomian negara yang memerlukannya yang sedang bangkit setelah pandemi Covid mereda. Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia mereka melambat, jumlah penganggur naik dan tingkat inflasi tinggi. Inilah yang disebut dengan stagflasi (stagflation)

Saat ini perekonomian Indonesia masih berjalan terkendali. Cadangan devisa secara perlahan memang menurun tapi masih tersisa dalam jumlah yang cukup (135 miliar US dolar) bagi mempertahan nilai tukar rupiah agar tetap stabil. Suku bunga acuan stabil berjalan dalam tingkat rendah (3,5%).

Ekspor berjalan dengan nilai tinggi yang memperkuat cadangan devisa dan memenuhi pembiayaan impor. Kenaikan nilai ekspor disebabkan oleh naiknya harga bahan baku sumberdaya alam tambang.

Itu sebabnya mengapa neraca perdagangan Indonesia dalam posisi surplus. Bergeraknya ekonomi sektor riil dan berkembangnya UMKM pascapandemi Covid memberi harapan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Yang dimasalahkan adalah jumlah utang pemerintah yang tetap bertahan pada posisi Rp 7.040. triliun. Saat ini dampaknya belum terasa. Namun dalam jangka panjang jika perekonomian berubah tumbuh negatif ia menjadi masalah.

Ditambah pula dengan tingkat pengangguran (sekitar 7%) dan jumlah rakyat miskin yang masih tinggi (sekitar 10%). Keterbatasan pasokan dalam negeri untuk konsumsi seperti kedele, gandum, daging sapi dan minyak goreng dsb dapat membikin harga harga terdorong naik.

Demikian juga dengan kebutuhan bahan baku bagi industri dalam negeri. Bahan baku industri manufaktur hendaknya tersedia cukup bagi membangun sektor riil berkelanjutan dan mempertahankan kesempatan kerja.

Pengendalian pemerintah terhadap perjalanan ekonomi dalam negeri dianggap lemah. Kebijakan yang bersifat trial and error menciptakan kondisi ekonomi tidak kondusif. Para menteri sudah memalingkan matanya pada pemilihan umum 2024.

Segala masalah di atasi dengan bantuan langsung tunai (BLT) bukan dengan kebijakan produktif. Padahal pemerintah mengalami kesulitan anggaran.

Indonesia menganut sistim ekonomi terbuka. Ketergantungannya dengan perekonomian global sangat tinggi. Ia berada dalam satu sistim yang saling pengaruh mempengaruhi. Perubahan ekonomi yang terjadi pada satu negara akan mempengaruhi ekonomi negara lain.

Ini sangat rentan dengan impor Indonesia karena ketergantungan impornya tinggi. Naiknya harga barang impor Indonesia bisa mendorong kenaikan harga dalam negeri dan mengundang masuknya inflasi (imported inflation).

Bahan baku maupun sebagian barang jadi (produk) masih diimpor. Kebijakan ekonomi mandiri seperti yang disuarakan oleh pemerintah yang lalu telah dilupakan.

Pascapandemi Covid negara negara luar yang merupakan mitra dagang Indonesia menghadapi inflasi. Tingkat inflasi berjalan diatas dari yang berjalan sebelumnya. Ini ancaman bagi impor Indonesia karena harga barang impor menjadi tinggi.

Suku bunga rendah dan inflasi tinggi terjadi di Amerika Serikat. Mereka tak berdaya membangun ekonominya sehingga inflasi terus naik. Ingatkah anda dengan kebijaksaan Tapering The Fed Amerika Serikat?

Di samping Amerika Serikat kebijakan ini juga mendorong naiknya suku bunga dinegara negara lain. Namun kebijakan inipun belum berhasil memulihkan perekonomian Amerika Serikat. Kemelut ekonomi global telah membawa sengsara bagi banyak negara.

Bahkan Srilangka sedang menghadapi kebangkrutan ekonomi. Diperkirakan ekonomi dunia akan mengalami inflasi tinggi yang diiringi dengan pelambatan jalannya ekonomi atau stagnan.

Pertumbuhan ekonomi berjalan lambat sehingga jumlah penganggur naik. Akibatnya inflasi naik. Sebenarnya inflasi tidak harus naik karena daya beli menurun karena naiknya jumlah penganggur. Tapi naiknya inflasi karena didorong oleh kenaikan harga bahan baku sumber daya alam.

Harga bahan baku sumberdaya alam global naik dan memukul perekonomian negara negara yang memerlukannya yang sedang bangkit setelah pandemi Covid mereda. Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia mereka melambat, jumlah penganggur naik dan tingkat inflasi tinggi. Inilah yang disebut dengan stagflasi (stagflation).

Kata ini terdiri dari kata stagnation dan inflation. Stagnation bermakna perekonomian macat dan inflasi berarti kenaikan harga harga. Pertumbuhan macat dan inflasi tinggi. Jika hal ini terjadi maka tingkat kesejahteraan masyarakat akan tertekan

Kemungkinan Indonesia terkena dampak stagflasi global sangat besar. Kekuatan ekonomi Indonesia hanya pada sumberdaya alam. Sektor riil dan pertanian/peternakan belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Nilai impor Indonesia cukup besar dan hampir menyamai nilai ekspor. Bahkan adakalanya lebih besar dari nilai ekspor. Kondisi ini memudahkan masuknya imported inflation yang mendorong harga harga dalam negeri menjadi mahal serta mengancam jalannya sektor riil (industri manufaktur).

Dengan demikian inflasi tinggi juga akan berjalan di Indonesia. Pendapatan masyarakat ditelan oleh kenaikan harga harga sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatpun turun. Jumlah rakyat miskin dan penganggur akan bertambah dan GDP Indonesia diperkirakan turun.

Kalau ini terjadi pembangunan ekonomi akan terlantar, pembayaran bunga utang, cicilan serta pelunasan utang akan terkendala. Suatu hal yang mengerikan kalau ini terjadi di Indonesia. Kemungkinan pemerintah menaikan pajak sangat besar karena pemerintah memerlukan uang. Semoga pemerintah dapat memperkecil dampaknya seminimal mungkin.

Penyelesaian masalah diharapkan pada Pemerintah yang terbentuk pada tahun 2024. Pemerintahan 2024 harus diisi oleh orang orang yang berkeahlian serta memiliki tanggung jawab tinggi lepas dari sifat amatir dan korupsi. Masalah ekonomi yang dihadapi sangat berat dan dapat berjalan lama.

Penyelesaian oleh pemeritah saat ini tidak diharapkan karena kemampauan mereka mengendalikan ekonomi lemah. Di samping itu semangat mereka juga lemah karena sudah memasuki akhir masa jabatan.

Stagflasi membayangi ekonomi Indonesia. Diharapkan pemerintah pusat dan daerah tekun membangun sektor pertanian dan peternakan bagi mencukupi kebutuhan dalam negeri Indonesia. Di samping itu kebijakan kebijakan yang dikeluarkan hendaknya kebijakan yang bersifat produktif yang mudah diaplikasikan.

Kecukupan bahan konsumsi sebagai benteng atas kemelut ekonomi yang berjalan. Masyarakat akan menjadi tenang jika kebutuhan mereka terpenuhi. Kebutuhan konsumsi diatas segala galanya. Terima kasih.

Penulis adalah Pemerhati Ekonomi, [email protected].

  • Bagikan