Setahun, Kasus Penembakan Ridho Di Martubung Belum Terungkap

  • Bagikan

BELAWAN (Waspada): Sudah setahun, kasus penembakan yang mengakibatkan tewasnya Muhammad Ridho Ghufa, 37, warga Jalan KL Yos Sudarso Km 14,5 Kelurahan Besar, Kecamatan Medan Labuhan di depan SPBU Martubung yang terjadi Minggu 28 Maret 2021 sekira pukul 02:00 hingga Jumat (4/3) belum terungkap.

Keluarga korban berharap agar pihak Kepolisian dari Polda Sumut dan Polres Pelabuhan Belawan bersikap profesional dan secepatnya mengungkap kasus pembunuhan tersebut.

Rawiyanto (foto), 45, abang kandung Ridho kepada Waspada, Jumat (4/3) berharap agar pihak Kepolisian serius mengungkap kasus penembakan yang dilakukan oleh dua orang tak dikenal (OTK) tersebut.

“Tanggal 28 Maret 2021 nanti, kasus penembakan ini genap setahun namun sampai sekarang pihak Kepolisian belum berhasil mengungkap kasus ini. Saya berharap kasus ini secepatnya diungkap sehingga akan diketahui apa motifnya dan siapa aktor intelektual di balik kasus penembakan ini,” ujar Rawiyanto.

Rawiyanto menambahkan, sejumlah saksi sudah diperiksa dan pihak Kepolisian telah menyita selongsongan peluru kaliber 9 mm yang diduga dari senjata organik aparat dan 1 unit sepedamotor Yamaha King sebagai barang buktinya. Bahkan, ada juga rekaman kamera CCTV yang memperlihatkan aksi kedua pelaku penembakan tersebut.

“Saya berharap kasus penembakan adik saya jangan dihentikan atau ditutup. Pelaku penembakan harus segera diungkap dan ditangkap,” desak Rawiyanto.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ridho ditembak oleh dua pria tak dikenal saat sedang mengetes sepedamotor yang akan melakukan balap liar di Jalan KL Yos Sudarso Km 13 depan SPBU Martubung.

Saat sedang menghidupkan mesin sepedamotor milik temannya, tiba-tiba dua pria tak dikenal mengendarai sepedamotor mendekati korban. Setelah berada di dekat korban, seorang pelaku mengeluarkan senjata api dan menembak bagian belakang kepala korban hingga tembus ke kening.

Korban Ridho diketahui sebagai pengurus remaja masjid di lingkungan tempat tinggalnya. Ridho juga aktif menentang keberadaan lokasi judi dan lokasi berbau maksiat di kawasan tempat tinggalnya, bahkan selalu hadir dalam aksi protes keberadaan lokasi judi.

“Dulunya, adik saya joki balap liar. Setelah beberapa tahun belakangan ini, almarhum meninggalkan hobinya itu dan aktiv dalam kegiatan masyarakat dan pengurus remaja masjid,” tutur Ridho. (m27)

  • Bagikan