Bedah Buku “Olahraga, Politik, Dan Perlawanan Soekarno Di Sabang

  • Bagikan

SABANG (Waspada): Acara bedah buku mengenai sisi politik dari ajang olahraga dibahas di Sabang, Provinsi Aceh.

Pemikiran dan jejak Bung Karno yang menjadikan olahraga sebagai alat diplomasi, masih relevan dan aktual untuk dilaksanakan pada masa kini.

Hal itu mengemuka dalam acara bedah buku berjudul “Olahraga, Politik, dan Perlawanan Soekarno” karya Dr. Abrar dan Dr. Syamsulrizal, di Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam, Sabtu (24/9/2022). Bedah buku turut dihadiri kedua penulis dan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Dr. Ir. Hasto Kristiyanto MM.

Dr. Abrar, salah seorang penulis buku menjelaskan alasan dirinya membuat karya itu. Menurutnya, Bung Karno adalah bapak bangsa dan founding father.

“Dan yang kedua, pemikiran Bung Karno bahwa olahraga menjadi salah satu alat diplomasi, dan itu masih relevan hingga saat ini. Misalnya Bung Karno membangun aliansi politik lewat olahraga. Dan ternyata itu langkah betul,” kata Abrar.

Selain itu, Abrar menilai bahwa ide-ide Bung Karno banyak dibahas dan diingat oleh warga negeri lain. Ironisnya, di negeri sendiri tak dihargai.

“Bung Karno di luar negeri selalu diangkat. Tapi kenapa kita sendiri tak angkat? Makanya itu menjadi salah satu motivasi saya menuliskan buku ini,” imbuh Abrar.

Hal senada disampaikan Dr. Syamsurizal. Ia mengatakan. peran dan kontribusi Bung Karno dalam olahraga, terutama dalam kaitan dengan politik, bisa hilang kalau tak ditelusuri dan dibukukan.

“Ini yang kami lakukan,” katanya.

Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa bagi Bung Karno, olahraga dapat membangun percaya diri bangsa dalam kerangka pembangunan fisik dan mental atau nation and character building.

“Revolusi keolahragaan bangsa Indonesia untuk membentuk manusia baru agar bangsa Indonesia berani melihat dunia dengan pikiran terbuka, berjalan di muka bumi secara tegak dengan kepercayaan diri yang tinggi, serta fisik dan mental yang kuat, dan melandasinya dengan dedikasi yang tinggi, prestasi yang gemilang, berperilaku dan berbudi pekerti yang luhur, terpuji dan terhormat sehingga dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain,” kata Hasto.

Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno tidak hanya memperhatikan pelaksanaan olahraga, namun juga menganggap olahraga sebagai urusan negara dan menetapkannya sebagai keharusan negara.

Selain itu, olahraga bagi Bung Karno merupakan alat pemersatu bangsa, dan antarbangsa terjajah. Bahkan menurut Soekarno, olah raga menjadi tolok ukur kekuatan dan kedaulatan suatu bangsa dan negara.

“Tidak heran apabila Bung Karno menggunakan olahraga sebagai instrumen penerapan sila nasionalisme dan internasionalisme di dalam membebaskan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dari kolonialisme dan imperialisme,” terang Hasto.

Sejarah dunia mencatat bahwa pada saat Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 1962 di Jakarta dengan menolak kehadiran atlet-atlet dari Israel dan Taiwan. “Itu sebagai bentuk solidaritas atas kemerdekaan bangsa Palestina dan dukungan terhadap Republik Rakyat Tiongkok,” kata Hasto.

Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Nabil Haroen yang akrab disapa Gus Nabil, memberi masukan agar diperbanyak dokumen pidato ataupun kebijakan Soekarno di bidang olahraga.

Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik ISBI Aceh, Dr. Wildan, buku ini diharapkan jadi literasi di bidang olahraga dan politik.

Sementara Ketua Program S3, Unsyiah, Prof. Rusli Yusuf, menyebut dimensi olahraga dan politik selayaknya bisa dilaksanakan dengan baik dan bisa pula diprediksi.

“Sering kali kita menafikan politik. Namun sejatinya politik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan,” sebut Prof. Rusli.

Menurut panitia, peluncuran buku sebagai bagian dari pemanasan menuju kesiapan Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024. (irw)

  • Bagikan