Museum Kereta Api Hejaz, Jejak Kerajaan Ottoman Di Arab Saudi (Bagian 1)

  • Bagikan
Museum Kereta Api Hejaz, Jejak Kerajaan Ottoman Di Arab Saudi (Bagian 1)
MUSEUM: Muhammad Ishak, Wartawan Harian Waspada, berfoto di depan Museum Kereta Api di Madinah, Arab Saudi. Waspada/Ist.

Laporan Haji: Muhammad Ishak

MUSEUM Kereta Api Hejaz terletak di Al Ula, Madinah, Arab Saudi. Di dalamnya menampilkan sejumlah bagian dari jaringan kereta api Ottoman yang pernah melintasi kawasan barat Arab Saudi atau Hijaz. Pembangunan proyek monumental itu diusulkan Kesultanan Ottoman di Abad ke-20.

Sebagian jemaah haji dan umrah silih berganti akan mendatangi museum tersebut. Beberapa bagian dari peninggalan stasiun Al-Ula masih terlihat utuh. Ketika masih beroperasi, Kota Madinah dan Damaskus, pernah terhubung dengan jaringan rel kereta api. Jejak transportasi darat itu kini dapat dilihat di Hejaz Railway Museum, Madinah.

Dalam kesibukan sebagai Petugas Media Center Haji (MCH) PPIH Arab Saudi, Penulis sempat mengunjungi kesana. Pagi hari tidak ramai jemaah yang mengunjunginya, karena suhu udara pasca puncak haji kurang bersahabat, bahkan mencapai 46 derajat celcius.

Untuk mencapai titik museum, pengunjung hanya butuh waktu 10-15 menit dari Masjid Nabawi, karena hanya berjarak 2 kilometer. Meskipun awalnya sempat dikutip SR5 untuk biaya retribusi, namun belakangan masuk ke museum digratiskan alias tidak dipungut biaya.

Beberapa penjaga terlihat duduk sambil memantau pengunjung melalui layar CCTV. Beberapa petugas MCH juga ikut mengabadikan gambar-gambar sejarah stasiun kereta api itu dalam bahasa Arab. “Agak sepi, karena pagi menjelang siang. Biasanya ramai setelah asar,” kata salah seorang penjaga dalam bahasa Inggris.

Penjaga tidak memperbolehkan masuk ke dalam stasiun, karena ketika itu stasiun sedang dilakukan renovasi untuk dijadikan sebagai lokasi wisata. “Katanya sih tidak boleh masuk ke dalam, karena bagian stasiun dalam renovasi,” kata Muhajir, mukimin asal Aceh Timur di Madinah, Arab Saudi.

Bukan hanya di lantai pertama, namun lantai juga menjadi sasaran kunjungan tim MCH 2023 ini. Bahkan sejumlah senjata tajam zaman dahulu ikut dipajang di sana, seperti pedang. Bahkan senjata api laras panjang dan pendek juga dapat disaksikan langsung.

Dari celah jendela dan pagar tampak dua lokomotif yang pernah beroperasi tahun 1990-an. Tetapi kini kedua lokomotif telah dirombak menjadi restoran yang unik. Perubahan museum ternyata belum selesai, karena material proyek masih berserakan.

Kabarnya, dalam stasiun museum itu juga akan dilengkapi dengan kids zone sebagai arena permainan anak. Tujuannya, sektor pariwisata nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara. Terbukti, Kerajaan Arab Saudi telah mencanangkan Saudi Vision 2030. Hejaz Railway Museum diharapkan nantinya akan menjadi destinasi andalan Arab Saudi.

Beberapa sumber menyebutkan, jaringan rel kereta api itu dibangun tahun 1900 dan selesai dibangun tahun 1908. Kedatangan perdana kereta di Madinah, 1 September 1908. Rel tersebut pernah menghubungkan kawasan Damaskus (Syria) dengan Madinah (Arab Saudi) dengan jarak 1.320 kilometer.

Pada masa itu, kereta api tersebut menjadi satu-satunya alat transportasi umum yang dimanfaatkan oleh jamaah haji dari Syria, Yordania, Pakistan, Irak, dan Turki. Sebelum kereta api tersebut beroperasi, perjalanan menuju Arab Saudi butuh waktu sekitar 40 hari menggunakan unta dengan melintasi gunung dan gurun pasir.

Tetapi setelah kereta api beroperasi, perjalanan makin singkat. Hanya lima hari. Awalnya sempat muncul rencana untuk memperpanjang jaringan rel hingga menjangkau Makkah. Namun, perang dunia pertama membatalkan rencana prestisius tersebut. Beberapa stasiun dan jaringan rel hancur akibat perang. Kereta api tersebut akhirnya benar-benar berhenti beroperasi pada 1921.

Tahun 1983 pengelolaan Hejaz Railway Station diserahkan pada lembaga bernama Antiquities and Museum Agency. Lalu pada tahun 1998, Gubernur Madinah Prince Abdul Majeed bin Abdulaziz meresmikan dimulainya proyek restorasi stasiun tersebut. Proyek tersebut dikendalikan oleh Saudi Commission for Tourism and Antiquities (SCTA). Saat itulah stasiun itu diubah menjadi museum.

Kini, museum kereta api itu menjadi satu dengan kantor Al Madina Al-Munawara Antiquities. MCH Daker Madinah juga mengunjungi kantor dua lantai tersebut yang memamerkan foto-foto Madinah masa lalu. Ada pula aneka batu-batuan asli Madinah yang dikumpulkan dari berbagai masa, seperti translucent quartz yang mirip berlian, harrie stone, pink quartz, dan flint stone.

Madinah punya banyak batu unik. Hal itu disebabkan kota suci itu dikelilingi perbukitan. Selain menjadi saksi sejarah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Madinah memang menyimpan potensi arkeologis yang bernilai seni. “Muda-mudahan renovasinya ini segera selesai, sehingga ke depan jemaah dapat menikmati suasana museum yang indah nan megah itu.

  • Bagikan