Sukses Hilirisasi Hasil Riset, AII Kembali Digandeng BPDP Kelapa Sawit

  • Bagikan
Sukses Hilirisasi Hasil Riset, AII Kembali Digandeng BPDP Kelapa Sawit

BOGOR (Waspada): Setelah berhasil melakukan hilirisasi terhadap 13 hasil riset, Asosiasi Inventor Indonesia (AII) berhasil kembali dipercaya Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk melakukan valuasi dan komersialisasi terhadap 38 hasil riset lewat Program Grand Riset Sawit (GRS). Proses valuasi sudah dilakukan sejak Oktober 2022 hingga Oktober 2023.

“Dari 38 invensi, AII menilai ada 19 invensi yang potensial untuk ditindaklanjuti secara mendalam sepanjang 2023 ini. Termasuk technology readiness level (TRL)-nya,” kata Ketua Umum AII, Prof Didiek Hadjar Goenadi kepada wartawan, di Bogor, Kamis (9/3/23).

Hadir dalam kesempatan itu, Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim dan Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto.

Didiek menyebutkan, ada 7 dari 13 invensi yang dinilai layak dikomersialisasikan dan berhasil menggaet investor. Tujuh invensi tersebut telah mendapat letter of intent (LoI) atau surat minat dari pihak industri.

Tujuh invensi itu, disebutkan, antara lain teknologi produksi pupuk bio SilAc; teknologi produk makanan dan minuman menggunakan emulsifier mono-diasil gliserol; serta teknologi produksi furfural dan asam levulinat dari biomassa sawit dan teknologi smart machine vision berbasis pencitraan multi-spektral untuk sortasi dan grading tandan buah segar kelapa sawit.

Selain itu masih ada invensi terkait teknologi produksi bioplastik dari TKKS; teknologi sintetis, formulasi dan aplikasi foaming agent dari minyak sawit untuk pemadan kebakaran; dan teknologi lemak calcium sebagai suplemen pakan ternak sapi perah.

“Untuk sisa 6 teknologi hasil riset yang telah mencapai TRL=7, namun belum berhasil mendapat surat minat dari industri akan dimasukkan dalam materi riset yang akan difasilitasi komersialisasinya pada tahap selanjutnya,” ucapnya.

Proses valuasi dilakukan tim ahli AII yang memiliki kepakaran dalam komoditi kelapa sawit. Sehingga hasilnya bisa dipercaya. Invensi yang sudah dapat calon mitra pun akan dikawal AII agar proses komersialisasinya berlangsung lancar.

“Hal itu selaras dengan kerja dari AII, yaitu mempertemukan inventor dengan kalangan Industri; membina para calon inventor; dan promosi strategis kegiatan inventor,” tuturnya.

Soal 38 invensi yang divaluasi tahun ini, lanjut Prof Didiek, ada 19 invensi yang dinilai layak dikomersialisasi dan 19 invensi lain masih memerlukan kajian mendalam oleh para inventornya, terutama menyangkut analisis tekno ekonomi, efisiensi proses produksi dan juga kesiapan teknologinya (TRL).

Ke-19 invensi yang akan divaluasi mencakup aspek-aspek lingkungan, seperti pemanfaatan limbah (10 invensi), produk baru berbasis minyak sawit (5), pasca panen (3) dan budidaya (1).

Direktur Penyaluran Dana BPDPKS,
Zaid Burhan Ibrahim menyebut, anggaran yang digelontorkan pihaknya dalam kerja sama ini berasal dari pungutan ekspor kelapa sawit. Selain untuk membiayai penelitian, anggaran itu digunakan juga untuk bebrepa hal seperti peremajaan sawit rakyat, selisih insentif biodisel serta pengembangan SDM berupa beasiswa anak petani buruh sawit.

Kegiatan lainnya adalah penelitian dan pengembangan dengan proposal penelitian mencapai 115 per tahun. Jumlah itu hasil seleksi dari 738 proposal usulan. Program terbesar untuk mandatori biodiesel.

Zaid menyebutkan dana yang dikelola lembaganya pada 2023 mencapai Rp5,4 triliun. Dana tersebut bisa saja bertambah hingga puluhan triliun rupiah seiring dengan meningkatnya ekspor sawit. Sedangkan tahun lalu, dana yang dikelola sebesar Rp35 triliun.

Saat ini, lanjut Zaid, kelapa sawit mendapat perhatian besar karena volume ekspornya terbesar di dunia. Tapi kondisi itu harus dibarengi dengan upaya keberlanjutan.

“Harus ada upaya menjaga keberlanjutan dalam ekspor kelapa sawit. Jangan sampai nanti meredup seperti cengkeh, kopi atau kakao,” pungkas Zaid. (J02)

  • Bagikan