Tidak Hanya Nilai, Lulusan SWA Juga Dibekali Portofolio Akademis

  • Bagikan

JAKARTA (Waspada): Berbicara tentang kelulusan, banyak orang masih beranggapan bahwa nilai yang dicapai adalah satu-satunya hal yang penting. Meski nilai merupakan cara yang terukur untuk menentukan seberapa banyak ilmu yang dikuasai. Ada sisi lain yang sama pentingnya dengan nilai, sesuatu yang disebut dengan portfolio akademis.

“Universitas mencari para pembawa perubahan—siswa-siswi yang mampu menyeimbangkan antara kesuksesan akademis yang diwakili dengan nilai dan perbuatan yang nyata di lingkungan atau komunitas sekitarnya,” ujar Deddy Djaja Ria, Sinarmas World Academy General Manager, dalam acara perayaan kelulusan para siswa Sinar Mas World Academy (SWA), Sabtu (28/5/2022).

Ketika membahas mengenai portofolio, kita membicarakan mengenai hasil yang didapatkan atau dirasakan secara langsung. Atau sederhananya, portfolio adalah realisasi bukti di bidang yang ditekuni.

Dalam dunia yang sedang berkembang ini, kata-kata “saya akan melakukannya” sudah kalah meyakinkan dengan kata-kata “saya sudah melakukannya”.

“Ada rasa percaya yang lebih kuat kepada seorang yang telah membuat sesuatu, dibandingkan dengan orang lain yang hanya baru ingin membuat sesuatu,” imbuh Deddy.

Para siswa SWA, kata Deddy, belajar berdasarkan proyek bersama. Banyak riset yang dilakukan para siswa, dengan bimbingan para guru dan kolaborasi antar siswa, membuat siswa mampu memahami alam dengan baik.

Salah seorang siswa yang lulus, Kyra Hendarmin Husen, misalnya. Kyra berhasil diterima di Cornell University jurusan Rekayasa Biologi, beserta beberapa universitas unggulan dunia lainnya.

Dimulai di kelas 9, Kyra telah mendedikasikan waktunya yang dipicu oleh keingintahuannya mengenai alam. Kekagumannya pada bagaimana cara alam bekerja dan keinginannya untuk melindungi alam dan lautan menggerakkannya untuk berkolaborasi dengan teman sekelasnya dan pihak sekolah untuk menulis sebuah manuscript mengenai solusi berbasis biologi untuk menanggulangi pencemaran plastik menggunakan bakteri.

Dengan bimbingan pihak sekolah, ia juga memimpin beberapa proyek riset di bidang biologi bersama rekan-rekannya dan bahkan melanjutkan riset laboratoriumnya di rumahnya pada masa pandemi.

Serupa dengan Kyra, Rania Wanandi, yang juga diterima di Cornell University jurusan Lingkungan & Pelestarian Alam, menunjukkan minatnya untuk belajar tentang pelestarian lingkungan sejak kelas 10. Saat itu, ia menjadi salah satu dari 30 pemenang IB MYP Student Innovator, bersama dengan dua rekannya, Yu Tung Lee (Chris) dan Leon Noah Hariyanto.

Rania yang memiliki perhatian pada polusi plastik, melakukan riset mengenai bagaimana salah satu jenis jamur bisa mengurai plastik. Hasil dari penguraian ini juga memiliki potensi menjadi alternatif bahan agrikultur dan bahkan bahan makanan.

Memiliki visi yang sama dengan Rania, Chris juga menyelidiki peluang untuk memanfaatkan plastik menjadi hal lain yang berguna. Menggunakan pendekatan yang berbeda, Chris, yang tertarik dengan cabang biologi sintetis, mengombinasikan penguraian plastik oleh bakteri dengan pembangkit listrik. Proyek ini memiliki tujuan untuk memanfaatkan kembali sampah plastik untuk menjadi sumber energi listrik.

Chris telah diterima dan mendapat tawaran beasiswa dari Hong Kong University of Science and Technology jurusan Bioteknologi & Bisnis. Ia juga diterima di National Taiwan University jurusan Ilmu Biomedik.

“Tidak hanya soal sains, teknologi dan lingkungan. Ilmu yang terkait seni juga mendapat perhatian serius di SWA,” ujar  Deddy.

Di angkatan tahun ini, ada Tiffany Audrey Yuswardy. Seorang seniman muda dari SWA yang diterima di Parsons, School of the Art Institute of Chicago, dan Pratt Institute dengan beasiswa total sebesar USD 247,000—semuanya di jurusan Ilustrasi. Menurut QS World University Rankings, ketiga perguruan tinggi ini masuk ke peringkat 10 besar perguruan tinggi jurusan seni di seluruh dunia.

Dalam perjalanannya, Tiffany mengekspresikan dirinya melalui berbagai macam karya seni, dari lukisan (tradisional dan digital), patung, hingga animasi.

Dalam Personal Project miliknya di kelas 10, Tiffany memutuskan untuk memanfaatkan minat dan bakatnya di bidang seni untuk menyebarkan gagasan mengenai kesehatan mental untuk para generasi muda melalui sebuah animasi pendek. Lewat karyanya ini, ia ingin memberikan pesan pada sesama generasi muda untuk menjadi berani terbuka pada keluarga, guru, dan lingkungannya jika mereka memiliki masalah terkait kesehatan mental.

Di kelas 11, Tiffany kembali membuat sebuah animasi dan karyanya ini memenangkan peringkat pertama di kompetisi internasional bertajuk Covid-19 World Student Film Festival. Kali ini ia menceritakan mengenai kegiatan dirinya sehari-hari di masa karantina, di mana segala sesuatu terasa tidak pasti.

Membahas talenta seniman, Leon, yang sebelumnya sempat disebutkan turut memenangkan pendanaan dari IB MYP Student Innovator 2020. Ia mendapat ide unik untuk menghubungkan seni, budaya, dan teknologi. Leon memiliki kekhawatiran akan kelestarian bahasa dan tradisi Jawa. Ia termotivasi untuk mengembangkan aplikasi untuk mengajar bahasa Jawa yang diberi nama “Siji” yang dalam bahasa Jawa artinya “satu”.

Menggunakan basis program iOS, Leon memiliki tujuan untuk terus melestarikan bahasa dan tradisi Jawa dengan seluruh karakter dan seni di dalamnya. Proyeknya saat ini masih dalam tahap pengembangan dan kita berharap untuk segera dapat melihatnya di App Store.

Leon yang berencana untuk terus mengejar minatnya di bidang seni dan desain telah diterima di Savannah College of Art and Design, Academy of Arts San Francisco, The One Academy, California College of Arts, dan Universitas Pelita Harapan.

“Perjalanan sukses setiap lulusan SWA merupakan motivasi terbesar pihak sekolah untuk terus meningkatkan pengajaran yang dapat memaksimalkan potensi setiap siswa-siswinya. Sinarmas World Academy tidak sabar untuk kembali bertemu dengan para lulusan 2022 bertumbuh dan berhasil di satu dekade yang akan datang,” tandas Deddy. (J02)

  • Bagikan