Berhenti Dari Guru, Sukses Jualan Bakso

  • Bagikan
Zaky, pedagang bakso pentol di depan UIN Syahada Padangsidimpuan sedang melayani pembeli./Waspada/Mohot Lubis.
Zaky, pedagang bakso pentol di depan UIN Syahada Padangsidimpuan sedang melayani pembeli./Waspada/Mohot Lubis.

Guru adalah pekerjaan yang baik dan sangat mulia di mata masyarakat, bahkan gelar pahlawan tanpa tanda jasa disematkan pada guru. Namun tidak semua orang mampu bertahan, apalagi menjadi seorang guru honorer.

Agar mampu bertahan hidup, banyak guru honorer yang berfikir panjang untuk mencari pekerjaan tambahan mengingat pendapatan sebagai guru honorer jauh dari cukup, apalagi bagi yang sudah berkeluarga dan punya anak.

Bahkan, ada yang sampai berhenti dan banting setir ke profesi lain sebagaimana yang dilakukan Zaky, 39, guru honorer salah satu SD Negeri di Padangsidimpuan. Zaky beralih profesi jadi pedagang bakso pentol di depan UIN Syahada Padangsidimpuan, tepatnya di trotoar Jalan HT. Rizal Nurdin, Kelurahan Sihitang, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

Zaky yang akrab disapa bang Zaky, akhir September 2023 mengatakan, memutuskan berhenti dari guru honorer di salah satu SD Negeri di Padangsidimpuan dan beralih menjadi pengusaha bakso pada tahun 2016.

Keputusan ini diambilnya karena gaji dari guru honorer tidak cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Sebab, setiap bulannya dia hanya menerima honor Rp300 ribu dan itupun diterima sekali tiga bulan.

“Dulu, saya guru honorer di SD Negeri 1 Padangsidimpuan yang penghasilannya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari keluarga,” katanya.

Berhenti Dari Guru, Sukses Jualan Bakso
Waspada/Mohot Lubis

Setelah berhenti sebagai guru honorer, Zaky mencoba mencari peruntungan berjualan bakso pentol dengan bermodalkan uang tabungan istrinya, Yuni, 35. Ilmu untuk membuat bakso pentol dipelajari Zaky dari YouTube.

Ayah dari 5 anak ini mengisahkan, perjuangannya dalam menggeluti usaha yang dirintisnya tersebut tidaklah mulus, namun penuh tantangan dan cobaan. “Banyak lika-liku yang dialami saat berjualan bakso pentol. Terkadang tidak balik modal dan ada kalanya untung besar,” tuturnya.

Cobaan yang dirasakan sangatlah banyak dalam merintis usaha, tapi itu semua tidak mematahkan semangatnya. Sehingga membuahkan hasil begitu bagus dan dapat mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik saat ini.

“Sekarang omset saya dalam satu hari bisa mencapai Rp1 juta per gerobak, dengan modal Rp500 ribu saja,” sebut zaky yang sudah 7 tahun berjualan bakso pentol di dekat pintu masuk kampus UIN Syahada Padangsidimpuan.

Zaky mengaku sangat bersyukur karena memberanikan diri banting setir dari guru honorer ke pedagang bakso. Saat ini Zaky telah memiliki 3 gerobak sehingga dia merasa bangga pada diri sendiri karena telah mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain.

Di balik keberhasilan yang diraih, ucapnya, tentu ada kendala yang dirasakan, yaitu cuaca yang tidak mendukung dan libur panjang anak sekolah dan mahasiswa. Omset yang didapat bisa berkurang sampai 40 persen.

Usaha yang diberi nama Bakso Pentol Bang Zaky ini, buka mulai dari pukul 11:00 sampai pukul 17:00 WIB, dengan hara Rp5 ribu per mangkok. Jajanan bakso pentol bang Zaky sudah dikenal di kalangan mahasiswa UIN Syahada Padangsidimpuan.

Ditanya mengenai target ke depannya, Zaky menuturkan ingin menambah gerobak yang lebih banyak lagi, agar bisa memperbanyak lapangan kerja bagi orang lain. “Saya belum berniat buka kios, cukup jualan pakai gerobak saja,” ujar Zaky. WASPADA.id/Mohot Lubis

  • Bagikan