Di Tengah Laju Konversi, Tanaman Padi Tetap Jadi Primadona Petani Desa Tanjung Pasir

  • Bagikan
PETANI di Desa Tanjung Pasir, Kec. Pangkalansusu, sedang membajak sawah. Waspada/Asrirrais
PETANI di Desa Tanjung Pasir, Kec. Pangkalansusu, sedang membajak sawah. Waspada/Asrirrais

PRAKTIK alih fungsi lahan pertanian menjadi isu penting dalam perkembangan pertanian saat ini di Indonesia. Bagaimana tidak, praktik konversi lahan yang terjadi saat ini berdampak nyata berkurangnya luas areal pertanian.

Jika fenomena ini terus dibiarkan, tentunya akan berimplikasi menurunnya hasil produksi pertanian, terutama komoditas padi. Praktik konversi ini tentu tak bisa dibiarkan, sebab bisa mengancam ketahanan pangan dimasa depan.

Kalau di sejumlah daerah di Sumatera Utara, terutama di Langkat praktik alih fungsi lahan terus saja berlangsung, tapi tidak halnya bagi kalangan petani di Desa Tanjung Pasir, Kec. Pangkalansusu, Kab. Langkat. Petani di dasa ini tetap mempertahankan areal sawahnya.

Di sebagian daerah, mungkin tanaman pohon kelapa sawit menjadi tanaman primadona, tapi, tidak halnya bagi kalangan petani di desa ini. Malah, sebagian dari warga petani sengaja meneban pohon kelapa sawit miliknya untuk memperluas areal pertanian padi.

Luas areal pertanian padi di desa ini mencapai 600 hektare. Meskipun sistem pengairan areal pertanian masih mengandalkan tadah hujan, karena belum dibangunnya irigasi, akan tetapi produksi padi yang dihasilkan dari kerja keras petani secara kuantitatif jumlahnya signifikan.

Menurut sejumlah petani, hasil produksi padi per hektare-nya rata-rata mencapai 6 s.d 7 ton. Jika dikonversi dengan harga gabah Rp6.100 – Rp6.500/Kg, maka setiap hektare, para petani dapat mendulang rupiah mencapai Rp36 juta sampai Rp40 jutaan.

Petani di daerah ini hanya dapat melakukan penanaman selama dua kali dalam setahu. Kendala lain, jika memasuki musim kemarau panjang, bisa-bisa petani tidak dapat turun ke sawah, karena tanah areal pertanian kering kerontang dan sama sekali tak bisa ditanami.

Para petani di daerah agraris ini tak pernah lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Setiap masa panen, petani menyalurkan zakatnya. Kemudian, setiap panen petani mengumpulkan uang secara swadaya untuk perbaikan jalan kampung, karena tidak semua ruas jalan dapat tercover dengan dana desa.

Satu hal positif yang perlu diadopsi dari sikap solidaritas dan kepedulian warga di desa yang masuk nominasi desa terbaik di Kab. Langkat tahun 2023 ini, setiap bulan kepala dusun aktif memungut uang sumbangan dari masyarakat untuk dibagikan kepada para anak yatim piatu

Uang donasi yang terkumpul, selanjutnya diserahkan kepada Badan Kesejahteraan Anak Yatim Piatu (BKAYP) Amanah. Pemberian santunan untuk membantu meringankan beban anak yatim piatu ini sudah berlangsung dari tahun 2017 sampai dengan sekarang.

Kepala Desa Tanjung Pasir Faisal Rehza, ST, SH dalam perbincangan bersama Waspada, Rabu (24/4), menjelaskan jumlah anak yatim piatu di desanya mencapai 80 orang. Uang masyarakat yang terkumpul, setiap bulannya disalurkan kepada para anak yatim piatu dan sebagian lagi ditabung.

Uang tabungan tersebut, lanjut Faisal, bisa diambil untuk keperluan, misalnya untuk membeli keperluan sarana sekolah, termasuk jika ada anak yang butuh buat biaya khitanan. “Total uang donasi yang terkumpul dari sejak tahun 2017 kurang lebih mencapai Rp550 juta,” imbuh Faisal.

Tidak hanya anak yatim piatu, dana yang dihimpun dari warga desa yang berjumlah 4.323 jiwa atau 1400 kepala keluarga ini juga dimanfaatkan buat men-support modal usaha bagi pedagang mikro, termasuk membantu ternak kambing buat warga yang tak mampu.

Pada kesempatan itu, Faisal menambahkan, sebagai daerah yang termasuk lumbung padi, Dinas Pertanian Kab. Langkat pernah berjanji akan mengucurkan bantuan untuk kegiatan usaha pertanian dengan sarat, para petani dapat lebih meningkatkan hasil produksi.

Untuk meningkatkan hasil produksi gabah, Kades, termasuk para petani berharap kepada pemerintah agar membangun sarana irigasi agar para petani bisa meningkatkan masa tanam, dari selama ini hanya dua kali dalam setahun, menjadi tiga kali.

Saat ini, warga yang didukung oleh aparatur desa sedang intens mengembangkan wahana rekreasi yang diberi nama Wisata Bakul Tani. Lewat objek wisata baru ini diharapkan dapat menjadi roda penggerak bagi perekonomian masyarakat lokal.

Dalam urusan pelayan publik, desa yang tercatat pernah mendapat juara dua tingkat provinsi Sumatera Utara dalam penilaian Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pada tahun 2019 ini selalu memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam berbagai urusan.

Sosok Kades yang juga berlatar belakang sebagai petani ini mengaku tetap komit memberikan pelayanan yang terbaik buat kepentingan warganya. Bagi dia, pelayanan publik merupakan manifestasi dari pengabdian buat masyarakat. WASPADA.id/Asrirrais

  • Bagikan