Incor, Ikan Digandrungi Di Madina Hampir Punah

  • Bagikan
Setelah dicari di Pasar Lama Panyabungan, Kamis (9/3) pagi, hanya ditemukan setumpuk kecil ikan incor (termasuk sebagian siating, satu habitat). Waspada.id/Irham Hagabean Nasution
Setelah dicari di Pasar Lama Panyabungan, Kamis (9/3) pagi, hanya ditemukan setumpuk kecil ikan incor (termasuk sebagian siating, satu habitat). Waspada.id/Irham Hagabean Nasution

APA itu incor? Ternyata, ini: ikan kecil yang sangat digandrungi warga Mandailing Natal, yang belakangan hampir punah.

Incor hidup di air tawar. Dijadikan lauk, incor biasanya diasampode atau digulai. Banyak orang doyan makan nasi dengan lauk incor, dilengkapi rebusan pakai sambal tuktuk. Maknyos…! Makannya pun sangat lahap, kepedasan, berkeringat.

Persoalannya, kalaupun kepingin makan incor, cobalah cari pagi-pagi di Pasar Panyabungan. Pagi-pagi, jangan kesiangan. Kadang ada, kadang tidak. Kalau kesiangan sudah hampir pasti kehabisan..

Waspada.id melakukan pengecekan di Pasar Lama Panyabungan, Kamis (9/3), ternyata memang susah mencarinya. “Manombo do adong (kadang ada), on maia (cuma ini),” ujar salahseorang pedagang menunjukkan setumpuk kecil ikan incor.

Itulah kondisinya sekarang. Mencari incor di sejumlah sungai di Madina, itu bukan hal mudah. Di Aekpohon, misalnya, mencari ikan incor justru seperti mustahil. Langka.

Adalah Drs Parlin Lubis, MSi, kandidat doktor ilmu lingkungan Universitas Negeri Padang, yang melihat fenomena ini kemudiaan menyingsingkan lengan baju. Hasil penelitian diharap menjadi sumbangsih kepada daerah.

Incor, Ikan Digandrungi Di Madina Hampir Punah
Drs Parlin Lubis, MSi, Mangatas Tua Nasution, ST dan Syahren Hasibuan. Waspada.id/Irham Hagabean Nasution

Diskusi informal dilaksanakan di Panyabungan, kemarin, melibatkan Mangatas Tua Nasution, ST (Sekretaris Disperindag Madina) dan Syahren Hasibuan, yang berpengalaman lebih 10 tahun mencari ikan dan banyak tahu seputar ‘perilaku’ ikan di Aekpohon (sekarang jurnalis merangkap seniman dan pekerja sosial tanpa dibayar).

“Kalau di sungai masih ditemukan incor, itu pertanda bahwa lingkungan perairan dan sekitarnya masih terjaga. Tapi jika incor sudah tidak ditemukan, itu pertanda lingkungan perairan sudah tidak terjaga,” ujarnya.

Bisa jadi, lanjut Parlin, telah tercemar karena faktor alam dan faktor manusia. Incor termasuk jenis ikan yang memiliki kebiasaan spesifik, dan cara penangkapannya juga dilakukan secara spesifik juga. Tidak sama dengan jenis ikan lainnya

Parlin Lubis berharap, bagaimana agar ikan incor ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, sehingga keberlanjutan ikan incor ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi maupun untuk peningkatan ekonomi rumah tangga.

“Untuk itu, harus kita pikirkan bersama. Jika jumlah populasi ikan lebih sedikit dari jumlah konsumsi, sementara kita tidak pernah memikirkan bagaimana melakukan domestikasi, maka dapat dipastikan lama kelamaan ikan akan punah,” ujarnya.

Dijelaskan, setelah melihat kondisi sekarang, ada upaya mencegah kepunahan incor. Itulah yang sedang diteliti, bagaimana caranya incor bisa hidup di luar habitatnya.

Parlin sedang melakukan serangkaian penelitian kemudian merumuskan disertasi berjudul Konsep Strategik Konservasi Ikan Incor (Nemacheilus Fasciatus).

Hasil penetian ini, akan diserahkan kepada organisasi perangkat daerah (OPD) bersangkutan di Madina, sebagai sumbangsih kepada daerah.

Parlin mengungkapkan, incor memang sudah hampir punah, sehingga perlu dilakukan upaya konservasi, bisa dengan cara menetapkan zonasi penangkapan.

“Dan bisa dengan cara domestikasi (budidaya di luar habitat alam). Incor saat ini termasuk jenis ikan endemik (ikan langka),” ujar Parlin Lubis.

Kandidat doktor ilmu lingkungan ini mengungkapkan, incor adalah bagian dari keanekaragaman ikan air tawar yang harus kita lestarikan.

“Maka, perlu dilakukan kajian terhadap lingkungan abiotik, biotik dan culture (lokal wisdom) masyarakat,” ujar Drs Parlin Lubis, MSi.

Sedangkan Syahren Hasibuan mengungkapkan, dulu, sangat mudah ditemukan incor di Aekpohon. “Ya, waktu saya masih sekolah, saya sering nyambi cari ikan di Aekpohon untuk dikonsumsi. Tapi sekarang, susah mencarinya,” ujarnya.

Sempat dibahas, kenapa ikan incor sangat digandrungi warga Mandailing Natal? Memang, masih perlu pengkajian lebih lanjut.

“Menutut saya, ikan incor digandrungi karena sangat bersih, hidup di air bersih dan jernih, nyaris tanpa duri,” ujar Syahren Hasibuan.

Dijelaskannya, incor di hilir Aekpohon susah didapat meskipun ada di hulu, sebab aek pohon di hilir habibat incor sudah rusak dan batu besar sudah sangat jarang ditemukan.

Karena itu, potensi Mandailing Natal ini berkeinginan dikembangkan, apalagi ikan incor sangat digandrungi warga Madina saat kekayaan hayati Madina dikhawatirkan punah.

Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Madina Mangatas Tua Nasution, ST mengungkapkan, jika potensi ini dapat dikembangkan, insya Allah akan membawa kemaslahatan bagi masyarakat luas, khususnya warga Madina.

“Kita berkeinginan mengembangkan potensi ini. Semoga hasil penelitian menjadi sumbangsih untuk daerah. Mudah-mudahan, UMKM bisa lebih diberdayakan. Insya Allah,” ujar Mangatas.

WASPADA.id/Irham Hagabean Nasution

  • Bagikan