Laut Madina Hancur

  • Bagikan
Laut Madina Hancur

APA jadinya, kalau laut kita nyaris ‘kiamat’? Nah, kekhawatiran amat sangat pun mengumbar ke permukaan. Laut menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk nelayan kecil.

Laut Madina Hancur
Dewi Budiati Teruna Jasa Said, Aktivis lingkungan, praktisi sosial dan praktisi kemanusiaan yang juga Ketua Dewan UKM Indonesia Sumatera Utara, menunjukkan terumbu karang hancur. Waspada.id/dok

Adalah Dewi Budiati Teruna Jasa Said, praktisi sosial dan praktisi kemanusiaan serta aktivis lingkungan, yang tidak saja mengimbau, juga mengiba-iba kepada pemerintah agar memperhatikan kondisi laut kita, laut Madina, Laut Sumut, yang berkorelasi dengan kondisi masyarakat khususnya nelayan tradisional.

Dalam kunjungan di Pulau Ringawan, Desa Sundutantigo, Kec. Batangnatal, Kab. Mandailing Natal, beberapa waktu lalu, Dewi Budiati dan rombongan melakukan serangkaian survei. Informasi ini diperoleh waspada.id melalui FB, kemarin.

Ada dua hal mengejutkan ditemukan, tentu saja sangat berharga untuk masukan kepada pemerintah. Penelitian lanjutan perlu dilakukan, kemudian mengambil kebijakan untuk kemaslahatan masyarakat.

Pertama, ditemukan rumput laut berserakan di perairan Pulau Ringawan, yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk kemakmuran rakyat, khususnya nelayan kecil, yang saat ini tidak dapat apa-apa dari laut yang sedang tidak ‘ramah’ akibat laut mulai rusak.

Padahal, rumput laut komoditas unggulan, yang bila dikelola dengan benar, bisa menjadi solusi berbagai persoalan dihadapi masyarakat, khususnya nelayan tradisional.

Laut Madina Hancur
Ditemukan dua hal sangat mencengangkan: ditemukan rumput laut berserakan di perairan Pulau Ringawan dan terumbu karang hancur. Waspada.id/dok

Dewi Budiati Teruna Jasa Said yang juga Ketua Dewan UKM Indonesia Sumatera Utara mengungkapkan keprihatinannya melihat kondisi laut saat ini.

Ya, siapa sih tidak terhenyak melihat dengan mata kepala sendiri Pulau Ringawan yang indah, sedang dalam kondisi mencemaskan? “Terumbu karang tempat penyemaian telur ikan dan lain-lain, lihat ini: banyak terumbu karang hancur,” ujarnya seraya menunjukkan laut kita dalam ancaman.

Karena, lanjut Dewi, pukat trawl itu — pukat mesin ada blower di bawah itu — biasanya menghajar terumbu-terumbu karang, sehingga banyak terumbu karang rusak.

“Kalau terumbu karang habis, tidak tertutup kemungkinan kita kehilangan ikan dan berbagai biota laut,” ujarnya

Saat ini, lanjut Dewi, mungkin ada berapa ratus mungkin sudah hilang, salahsatunya ubur-ubur laut, bintang laut, kuda laut. “Ini sudah jarang sekali ditemukan. Mungkin, LIPI perlu melakukan penelitian tentang laut di Sumatera Utara,” ujarnya.

Laut Madina Hancur

Dewi memperlihatkan terumbu karang berserak di pinggir pantai dibawa ombak. Semestinya, lanjut dia, pemerintah lebih maksimal memperhatikan supaya nelayan kita merana, malah kita berkeinginan nelayan kita kaya.

“Terumbu karang tempat bertelurnya ikan. Ada ribuan, malah jutaan telur ikan. Kalau terumbu karang hancur, ikannya habis. Itulah yang dialami nelayan kecil,” ujar Dewi Budiati.

Aktivis lingkungan, praktisi sosial dan praktisi kemanusiaan ini mengungkapkan, dia hanya bisa mengimbau, mengiba-iba kepada pemerintah agar lebih care untuk hal kecil bagi orang kecil yang dampaknya sangat luar biasa besarnya. Mudah-mudahan saja.

WASPADA.id/Irham Hagabean Nasution

  • Bagikan