Ngabuburit Asik Di Kebun Kelengkeng Puangphet Bangun Purba

Wisata Edukasi Sambil Petik Buah

  • Bagikan
Penulis Edward Limbong saat memetik Kelengkeng Puangphet didampingi pemilik Muhammad Yahya Saragih. (Waspada/ist).
Penulis Edward Limbong saat memetik Kelengkeng Puangphet didampingi pemilik Muhammad Yahya Saragih. (Waspada/ist).

MASING-masing orang memiliki selera berbeda dalam menentukan menu buka puasa. Ada yang memilih hidangan dingin dan manis seperti aneka es hingga gorengan. Namun, sebenarnya ada pilihan hidangan buka puasa yang tidak kalah enak, yakni buah-buahan manis.

Lantas bingung mau cari lokasi ngabuburit buka puasa dengan buah-buahan manis ?. Jawabannya ada di Dusun III, Desa Sialang Buah, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deliserdang yaitu kebun Kelengkeng Puangphet milik Muhammad Yahya Saragih yang pertama ada di Sumatera Utara (Sumut).

Lokasinya mudah diakses, menggunakan mobil maupun sepeda motor dengan jaraknya dari Ibukota Kabupaten Deliserdang, Lubukpakam, sekitar 28,0 kilometer dengan jarak tempuh sekitar 48 menit perjalanan. Selain berwisata di kebun buah, bisa juga sebagai lokasi edukasi untuk anak-anak maupun orang dewasa yang ingin membudidayakan. Bahkan, juga bisa memetik sendiri buah Kelengkeng Puangphet yang ditanam ditanah seluas lebih kurang 1,5 Hektar ini.

“Kami membuka bila ada masyarakat datang sembari menunggu berbuka puasa atau istilah kerennya ngabuburit sambil petik buah Kelengkeng Puangphet langsung dengan harga Rp45.000/Kg untuk buah besar sedangkan buah sedang kita hargai Rp35.000/Kg. Kalau mau belajar pun kita akan ajari,” kata Muhammad Yahya Saragih, kepada Waspada, Sabtu (17/3) di lokasi.

Ngabuburit Asik Di Kebun Kelengkeng Puangphet Bangun Purba
Pemilik Kelengkeng Puangphet Muhammad Yahya Saragih berfoto bersama Ketua PWI Deliserdang Lisbon Situmorang dan lainnya usai memetik Kelengkeng Puangphet. (Waspada/Edward Limbong).

Yahya mengakui, konsep agrowisata memang akan dibukanya skala besar pada saat panen buah kedua. Tapi karena saat ini masa bulan suci Ramadhan. Dia pun tidak menutup bila ada warga yang datang dan memetik buah Kelengkeng Puangphet tersebut.

“Sampai hari ini dari total 264 pohon Kelengkeng Puangphet yang sudah dibuahkan ada 100 pohon dan buahnya yang sudah keluar lebih kurang 500 Kg. Jadi target 100 pohon untuk buah yang dikeluarkan 2,5 ton. Maka estimasi kita setiap pohon dapat menghasilkan 25 Kg,” ujar Yahya.

Lantas Yahya, menceritakan bagaimana dia memulai pertanian Kelengkeng Puangphet, dengan menyebutkan Kelengkeng Puangphet adalah varietas terbaru keluarga Kelengkeng Puang berasal dari Thailand.

“Kalau biasanya kita hanya kenal dengan Kelengkeng Puangray dan Puang tong, maka kini telah dikembangkan budidaya verietas unggulan bernama Kelengkeng Puangphet,” sebutnya.

Buah Kelengkeng Puangphet punya ciri khas daging yang tebal dan renyah. Hal ini karena kandungan air dalam buah sangat minim. Bahkan ketika dikupas, tak ada air yang menetes sedikit pun. Soal rasa, kelengkeng ini rasanya sangat manis. “Jadi saya, belajar dan ambil bibit Kelengkeng Puangphet di Semarang di Kecamatan Mijen selama tiga minggu dan belajar di YouTube agar dapat membandingkan,” ungkap Yahya.

Ukuran buah Kelengkeng Puangphet dijamin memuaskan yang menikmatinya. Soalnya ukuran buahnya cukup besar. Lebih besar ketimbang jenis Kelengkeng New Kristal. Selain itu, biji buahnya pun sangat kecil. “Jadi lebih puas kita menikmati buah kelengkeng ini. Di lahan saya ini dengan perawatan yang tak begitu sulit dan umur 2,8 tahun sudah bisa di panen,” sebutnya.

Yahya menjelaskan, cara menanam Kelengkeng Puangphet seperti pada umumnya kelengkeng lain, varietas terbaru ini bisa ditanam di lahan terbuka maupun dalam pot. Untuk jarak tanamnya yang sudah dicoba adalah 4m x 4m.

Jika melihat lokasi tempat pengembangan bibit pertama kali, yaitu Semarang, bisa disimpulkan bahwa Kelengkeng Puangphet bisa tumbuh baik di dataran rendah dengan suhu 210C hingga 320C.

Setelah pohon berumur sekitar dua tahun dua bulan sejak tanam, mulailah dilakukan pembosteran. Selang 3 minggu maka bunga mulai muncul. Dan, 5 bulan kemudian buah kelengkeng telah besar-besar dan masak dan siap panen. “Jadi perlu diketahui sistemnya ini, sistem pembuahan atau boster yang kita (manusia) memusimkan (membuahkan) bukan karena alam. Ini berbeda dengan duku, rambutan yang alam membuahkan,” sebutnya sembari menyebut interval waktu dari panen sebelumnya ke panen berikutnya kurang lebih selama 10 bulan.

Keberhasilan Yahya dalam membudidayakan Kelengkeng Puangphet sampai kepada sahabatnya Bupati Serdangbedagai (Sergai) H. Darma Wijaya atau yang akrab disapa Wiwik. Walaupun berbeda Kabupaten, Wiwik telah datang untuk memetik dan merasakan Kelengkeng Puangphet milik Yahya.

Bupati Sergai H. Darma Wijaya saat memetik Kelengkeng Puangphet didampingi Pemilik Muhammad Yahya Saragih. (Waspada/ist).
Bupati Sergai H. Darma Wijaya saat memetik Kelengkeng Puangphet didampingi Pemilik Muhammad Yahya Saragih. (Waspada/ist).

Dengan membawa rombongan Dinas Pertanian Sergai, momentum itu diposting Wiwik dalam akun Instagramnya (IG) pada 9 Maret 2024 atau sebelum Ramadhan. Bahkan Wiwik mengakui, Kebun Kelengkeng Puangphet itu dengan sebutan luar biasa dan diapun telah mencicipi kelengkeng ini, dengan mengatakan soal rasa sangat manis. “Ini kalau kita lihat, kulitnya tipis, dagingnya tebal, biciknya kecil. Emm, manis kali,” kata Wiwik saat merasakan nikmatnya Kelengkeng Puangphet itu.

Kehadiran Wiwik di lahan Kelengkeng Puangphet teryata memberi rasa bangga dan senang bagi Yahya. “Dikunjungi Bupati Sergai satu sisi sebagai sahabat pastilah senang dan beliau sebagai pejabat datang ke kebun ini dapat meningkat daya tarik ke masyarakat untuk datang ke kebun kita. Tentu ini untuk pengembangan multikultural jenis kelengkeng di berbagai Kabupaten/kota sebagai bentuk peningkatan ketahanan pangan. Ya, walaupun skala kecil tapi bisa menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tutup Yahya dengan mengajak memetik Kelengkeng Puangphet, kepada penulis. WASPADA.id/Edward Limbong

  • Bagikan