Dia lahir di Kota Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat. Wanita asli ranah minang ini usianya tak lagi muda, dibilang renta, iya, rapuh, benar, sepuh, apalagi, uzur, mendekatilah, bayangkan saja, cucunya aja udah tujuh. Iya kepala tujuh tepatnya.
Tapi melihat fisiknya, saya, anda, dan siapapun pasti tak akan percaya, jauh berbanding terbalik dengan usianya, wow, masih tampak seperti gadis baru mekar. Tak terlihat guratan dan keriput sebagaimana nenek seusianya.
Tutur bahasanya lembut menghanyutkan, gaya berbicaranya tegas berwibawa, sorot matanya menyejukkan hati, senyumnya membawa kedamaian, dan hijabnya modis persis gadis masa kini. Meski terlahir jauh dari pusat Ibukota Indonesia, tapi wanita ini mampu bersaing di kancah Nasional maupun Internasional.
Di tahun 1967 saja, mantan santri Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang ini sudah ‘menginvasi’ dan menancapkan kukunya di Pulau Jawa dengan mengawali pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Jurusan yang diambilnya tak tanggung-tanggung, Prodi Farmasi. Hebatnya, wanita hobby travelling ini lulus dengan predikat terbaik tahun 1975, amazing.
Tak cukup sampai di situ, ibu tiga anak ini merupakan lulusan apoteker terbaik ITB tahun 1976 dan sukses memperoleh Kalbe Farma Award. Dia juga menjadi wanita pertama yang menerima Gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dari Institut Teknologi Bandung.
Sederet prestasi lainnya telah ditorehkan, seperti, Penerima Penghargaan Tokoh Perubahan Republika 2016, Penerima Entrepreneur Awards 2016 dari IAI, Penerima Ganesha Innovation Championship Awards 2015 dari ITB, dan Penerima Penghargaan Minangkabau Award 2015.
Wanita ini pula menyabet Anugerah Charta Peduli Indonesia 2014, CEO Inovatif untuk Negeri (Majalah Gatra tahun 2013), dan Ganesa Wirya Jasa Utama dari ITB 2013.
Dia merupakan pendiri raksasa kosmetik asli Indonesia, Paragon Technology and Innovation dengan produk Wardah, Make Over, Emina, dan Kahf. Namanya mungkin tak setenar kosmetik racikannya yang telah mendunia hingga sejajar dengan produk kecantikan terkenal lainnya.
Dr (HC) Dra Nurhayati Subakat, Apt, Dialah satu dari 100 tokoh wanita paling berpengaruh dalam sepanjang sejarah Indonesia. Kendati hanya bertemu dalam Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch IV dalam situasi zoom meeting, banyak sekali ilmu dan inspirasi diperoleh dari satu di antara dua perempuan Indonesia masuk dalam daftar 25 pebisnis wanita yang memiliki dampak besar di dunia bisnis Asia versi majalah Forbes 2018 ini.
Sosok yang akrab disapa Bu Nur ini membuka tabir rahasia kunci keberhasilan dan kesuksesan bisnisnya dalam enam nilai yang ditanamkan keluarganya sejak kecil. Ialah, Iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi, suportif, motivatif, visioner, serta peduli lingkungan dan masyarakat. Enam falsafah ini katanya harus dipegang teguh dan diaplikasikan sepanjang hidup serta ditularkan kepada anak cucu dan sepuluh ribu karyawannya.
Lebih spesifik lagi, Nurhayati menegaskan Pendidikan merupaka kunci utama merubah nasib seseorang. Tanpa pendidikan, pola fikir, teknik dan gaya kepemimpinan, semangat berkreasi, dan inovasi akan tertinggal jauh dengan kompetitor. Apalagi saat ini persaingan sangatlah ketat dibarengi dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat.
Menurut wanita penerima ESQ Award tahun 2018, ada lima core values nilai inti membantu gurita bisnisnya hingga menjadi perusahaan yang bermanfaat, bertumbuh, dan berkelanjutkan dengan kebermaknaan dalam setiap prosesnya.
Pertama, Ketuhanan, meyakini keberadaan dan kekuasaan Tuhan YME, kedua Kepedulian dengan menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan kasih sayang, dan ketiga selalu rendah hati sembari menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Keempat, Ketangguhan dalam menjalani hidup dengan penuh suka cita dan daya juang tinggi, dan kelima, Inovasi, selalu mengembangkan hal baru yang lebih baik untuk memenuhi dan melampaui harapan pelanggan.
Pendidikan pula katanya merupakan kunci membangun sumber daya manusia berkualitas karena menurutnya, sebuah organisasi hanya akan sebesar orang-orang di dalamnya. Untuk itu, salah satu misi dari PT Paragon ucapnya mendukung pendidikan anak bangsa.
Sehingga salah satu pilar CSR PT Paragon Corp ialah komitmen pendidikan di samping kesehatan, pemberdayaan perempuan, dan lingkungan. Pendidikan tutur penerima Anugerah Kepemimpinan Perempuan Indonesia 2015 ini, merupakan fondasi pembangunan sebuah bangsa. Paragon tuturnya berkomitmen untuk turut memajukan pendidikan di Indonesia melalui program-program seperti pelatihan guru, pemberian beasiswa, parenting, perbaikan sarana-prasarana, hingga pengembangan leadership.
Tahun 2018 sebutnya, Paragon meluncurkan Wardah Inspiring Teacher bersama 1.800 guru siap memberi inspirasi untuk negeri. Sedangkan di kampus, Inspiring Lecturer Paragon sejak 2021 dengan program Paragon Internship Program (Magang), Paragon Joint Research (Riset bersama kampus), Paragon Scholarship (Beasiswa Paragon), Novo Club (Wadah pengembangan mahasiswa), Paradesa Inspirasi (Desa percontohan), Paragon Innovation Fellowship (Entrepreneur), Paragon Master Class (Micro Credential 20 SKS), serta Wardah Parenting Movement, Program Generasi Relawan, dan Jaringan Penggerak Pendidikan Semua Murid Semua Guru.
Khusus untuk wartawan, ada pula beasiswa yakni Fellowship Jurnalisme Pendidikan yang dimotori oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan dengan nakhoda wartawan senior, Nurcholis Basyari. Masih banyak lagi program pendidikan yang digerakkan Paragon dan sangat banyak hal inspiratif yang bisa digali dari wanita hebat ini. Tapi kata kunci yang paling penting darinya ialah, “Pendidikanlah yang mampu memperbaiki jalan hidup seseorang, memutus mata rantai kemiskinan, dan dapat mengubah nasib seluruh bangsa”.
Terimakasih Bu Nur atas dedikasinya terhadap bangsa yang telah mengharumkan nama Indonesia ke penjuru dunia dan juga sebagai penyampai pesan perdamaian antarbangsa melalui produk kecantikan. Atas perjalanan panjang dan dedikasimu, engkaulah yang layak disebut Ibu Kartini masa kini. Semoga hari esok sinar terang akan menumbuhkan jutaan Nurhayati lainnya yang senantiasa menginspirasi dan memotivasi.
*Rasudin Sihotang.
