Tgk Yusran Hadi: “Jadikanlah Ramadan Terbaik Dengan Memperbanyak Ibadah”

- Aceh
  • Bagikan
Tgk Yusran Hadi: "Jadikanlah Ramadan Terbaik Dengan Memperbanyak Ibadah"

BANDA ACEH (Waspada): Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh Dr. Tgk. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA. mengingatkan dan mengajak umat Islam untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya yaitu dipertemukan dengan bulan Ramadan tahun ini dengan memperbanyak ibadah padanya.

Hal ini disampaikan oleh Tgk Yusran Hadi (foto) dalam ceramah Shubuh di Masjid Syuhada, Gampong Lamgugob, Banda Aceh, Kamis (14/03/24).

“Kita wajib bersyukur kepada Allah ta’ala atas pemberian nikmat-Nya yang besar ini yaitu dipertemukan kita oleh Allah ta’ala dengan bulan Ramadan tahun ini. Dengan demikian, kita masih diberi kesempatan oleh Allah ta’ala untuk meraih berbagai keutamaan yang disediakan oleh Allah ta’ala pada bulan Ramadan ini,” katanya.

Barangkali pada bulan Ramadan lalu, ibadah kita tidak maksimal dan tidak pula berkualitas (yaitu tidak sesuai petunjuk Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam). Karena ibadah tanpa mengikuti Sunnah Nabi shallahu ‘alaihi tidak akan diterima oleh Allah ta’ala. Maka, pada bulan Ramadan tahun ini kita diberi kesempatan oleh Allah ta’ala untuk memperbaikinya agar badah kita menjadi maksimal dan berkualitas sehingga kita dapat meraih berbagai keutamaan bulan Ramadan.

“Jadi, bersyukurlah orang-orang yang dipertemukan dengan Ramadan tahun ini. Betapa banyak orang-orang yang kita cintai (ayah, ibu, anak, istri, suami, keponakan, sepupu, mertua, guru, dan sahabat kita) tidak dipertemukan dengan bulan Ramadan tahun ini, karena mereka telah dipanggil oleh Allah ta’ala (meninggal dunia) untuk menghadap kembali kepada-Nya terlebih dahulu sebelum kedatangan bulan Ramadan. Padahal mereka merindukan pertemuan dengan bulan Ramadan untuk beribadah padanya dan mengharapkan berbagai keutamaannya. Namun Allah ta’ala tidak mengizinkan. Pada Ramadan tahun lalu mereka berpuasa, bersahur, berbuka puasa, shalat tarawih dan Witir, dan bertadarus bersama kita. Namun Ramadan tahun ini kita kehilangan orang-orang yang kita cintai.

Untuk itu, bersyukurlah kita diberi kesempatan dan kesehatan untuk beribadah pada bulan Ramadan ini. Sebahagian orang-orang kita cintai dipertemukan dengan bulan Ramadan, namun mereka tidak bisa beribadah pada bulan ini karena penyakit yang dideritanya. Mereka terbaring dirawat baik di rumah sakit maupun di rumahnya sendiri. Mereka tidak bisa berpuasa, shalat Tarawih, shalat Tahajjuj, shalat Witir dan tadarus Al-Qur’an. Padahal mereka ingin beribadah di bulan Ramadan ini. Namun Allah ta’ala tidak mengizinkan.

“Bersyukurlah kita menjadi hamba-hamba Allah yang terpilih dipertemukan dengan bulan Ramadan tahun ini. Barangkali kita lalai dalam ibadah di bulan Ramadan tahun yang lalu seperti tidak melakukan atau jarang melakukan shalat tarawih, shalat witir, tadarus Al-Qur’an dan bersedekah. Kita dilailaikan dengan pekerjaan dan kemewahan dunia. Bahkan kewajiban puasa ditinggalkan. Maka Allah masih sayang kepada kita dipertemukan bulan Ramadan tahun ini agar kita bertaubat dengan menghentikan maksiat, memaksimalkan ibadah kita dan memperbaiki segala kekurangan dan kelalaian dalam ibadah kita pada Ramadan tahun yang lalu.

Maka, jadikanlah Ramadan tahun ini sebagai Ramadan terbaik selama hidup kita dengan memperbanyak ibadah sesuai Sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga jika Allah ta’ala memanggil kita untuk menghadap-Nya, maka Ramadan tahun ini menjadi Ramadan terbaik dan terindah dalam hidup kita sehingga kita mendapat husnul khatimah. Kita tidak tahu kapan ajal atau kematian menjemput kita. Karena kematian itu datangnya tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan kepada kita. Maka manfaatkan momentum Ramadan tahun ini dengan maksimal.

Selanjutnya Tgk Yusran Hadi yang juga dosen Fiqh dan Ushul Fiqh pada UIN Ar-Raniry menjelaskan kewajiban bersyukur kepada Allah ta’ala.

Bersyukur itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Karena Allah ta’ala dan Rasulnya memerintahkannya. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang menyebutkan perintah ini.

Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita agar senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah ta’ala berikan kepada kita dan tidak melalaikannya serta tidak kufur nikmat.

“Allah ta’ala berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrahim: 7).”

“Allah ta’ala juga berfirman, “Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Al-Baqarah: 152).”

Tgk Yusran yang juga Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University University (IIUM) menjelaskan berbagai keutamaan bulan Ramadhan sesuai dengan Sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.

“Ketika bulan Ramadan datang, kita dianjurkan menyambutnya dengan memberi kabar gembira kepada umat Islam mengenai keutamaannya. Agar umat Islam termotivasi untuk memperbanyak ibadah pada bulan ini. Hal ini sesuai dengan sunnah Rasul shallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memberi kabar gembira kedatangan bulan Ramadan kepada para sahabat dengan menjelaskan berbagai keutamaannya.

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika bulan Ramadhan datang, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepada kalian syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Padanya juga terdapat suatu malam (yang ibadah padanya) lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang kebaikan pada malam tersebut, maka ia telah terhalang dari kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).”

Dalam hadits ini, Rasulullah menjelaskan beberapa keutamaan bulan Ramadhan yaitu: Pertama, bulan Ramadan metipakan bulan keberkahan. Keberkahan ini mencakup keberkahan dunia dan akhirat berupa keberkahan pahala yaitu dilipatgandakan pahala amal shalih padanya dan keberkahan dunia yaitu ditambah rezki.”

Coba perhatikan, betapa banyak orang yang rezkinya bertambah di bulan Ramadan seperti para penjual bukaan puasa di mana-mana. Fenomena ini hanya ada di bulan Ramadan. Begitu pula pegawai negeri atau swasta mendapat daging meugang, gula dan sirup setiap kedatangan dan berakhir bulan Ramadan. Selain itu, anak yatim, fakir dan miskin mendapat banyak santunan di bulan Ramadan karena bulan ini sangat dianjurkan kepada umat Islam untuk bersedekah sesuai dengan Sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua; Pada bulan Ramadan dibuka pintu-pintu surga. Maksudnya, kita diberi peluang untuk masuk surga dengan cara melakukan ibadah pada bulan ini yaitu puasa, shalat tarawih, shalat tahajjuj, shalat Witir, tadarus Al-Qur’an (yakni membaca Al-Qur’an, memahaminya, mengkhatamkannya, menghafalnya, dan mempelajarinya). Sekarang pilihan ada pada kita. Jika ingin masuk surga, maka lakukanlah ibadah dan perbanyaklah. Bila tidak, maka kita tidak bisa masuk surga. Berarti kita sendiri yang tidak mau masuk surga.”

Ketiga, ditutup pintu-pintu neraka. Maksudnya kita tidak diberi kesempatan untuk berbuat maksiat. Karena bulan Ramadan itu bulan ibadah dan ketakwaan. Terlebih lagi ibadah puasa dapat mencegah maksiat sebagaimana ditegaskan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.

“Maka jika seseorang tetap melakukan maksiat di bulan Ramadan berarti ia tidak melakukan puasa atau melakukan puasa tapi tidak benar melakukanya karena tidak sesuai petunjuk Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam. Bisa jadi, karena sudah terbiasa melakukan maksiat sebelum Ramadan sehingga menjadi tabiat dan tidak mau bertaubat atau hawa nafsu telah menguasai dirinya selama ini. Inilah murid atau pengikut syaitan yang telah dididik sebelum datang bulan Ramadan.”

Keempat; Pada bulan Ramadan ini terdapat satu malam yang bernama Lailatul Qadar. Keutamaan malam ini yaitu ibadah yang dilakukan padanya lebih baik dari ibadah yang dilakukan selama seribu bulan atau delapan puluh tiga tahun sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Qadar ayat 3 dan hadits ini.

“Untuk mendapatkan keutamaan ini, maka kita dianjurkan untuk mencari malam Qadar dengan bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan atau i’tikaf. Karena malam Lailatul Qadar ini hanya ada pada sepuluh malam ini sesuai dengan hadits-hadits yang shahih.

Keutamaan lainnya, kelima yaitu bulan Ramadan merupakan bulan penghapus dosa-dosa. Dosa seorang hamba dihapus oleh Allah ta’ala dengan ibadah yang dilakukan yaitu puasa Ramadan, shalat Tarawih, shalat Tahajjuj, shalat Witir, dan tadarus Al-Qur’an.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadan ke Ramadan menjadi penghapus dosa di antara waktu tersebut jika dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim).”

“Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dan mengetahui batasan (hukum)nya, dan menjaga dari hal-hal yang sepatutnya dijaga, maka niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).”

“Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mencari ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

“Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang melakukan qiyam Ramadan dengan penuh keimanan dan mencari ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Makna qiyam Ramadan adalah menghidupkan malam-malam bulan Ramadan dengan ibadah yaitu shalat Tarawih, shalat Tahajjuj, shalat Witir dan tadarus Al-Qur’an,” pungkas Wakil Ketua Majelis Pakar PW Parmusi Aceh ini.(b02)

  • Bagikan