Sudahi Mengeluh

Oleh Muhammad Iqbal

  • Bagikan
<strong>Sudahi Mengeluh</strong><strong></strong>

“Sesungguhnya manusia diciptakan sukanya berkeluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan, apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat” (QS. al-Ma’arij: 19-22)

Ayat di atas menunjukkan, sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah, manusia tidak bisa terlepas dari sifat mengeluh. Apalagi, dengan begitu banyak masalah yang dihadapi. Ditambah lagi, diri ini tidak mampu menanggapinya dengan bijak. Sehingga, membuat pelbagai masalah tersebut, menumpuk dan menjadi gunung keluhan. Lihatlah, orang-orang disekitar kita, hampir semuanya pasti pernah mengeluh, termasuklah penulis sendiri.

Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat 19 dan 20 dalam surat Al Ma’arij, Allah SWT menceritakan ihwal manusia dan watak buruk yang menjadi pembawaannya. Salah satunya adalah berkeluh kesah. Yaitu, apabila mereka tertimpa kesusahan, mereka kaget dan berkeluh kesah serta hatinya seakan copot karena sangat ketakutan, dan putus asa dari mendapat kebaikan sesudah musibah yang menimpanya. Begitu pun, dalam Tafsir Al Mishbah ditulis Quraish Shihab, ayat tersebut, menyatakan Sesungguhnya manusia itu bersifat hala’: sangat gelisah dan marah bila ditimpa kesusahan.

Padahal, Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai Khalifah di muka bumi. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Baqarah: 30).

Al-Qurtubi menukil dari Zaid ibnu Ali, yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini bukanlah Nabi Adam a.s. saja seperti yang diungkap oleh sejumlah ahli tafsir. Al-Qurtubi menisbatkan pendapat ini kepada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan semua ahli takwil. Akan tetapi, pendapat Al-Qurtubi ini masih perlu dipertimbangkan. Bahkan perselisihan dalam masalah ini banyak, menurut riwayat Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, juga oleh yang lainnya.

Meski demikian, peran Khalifah di muka bumi merupakan keniscayaan bagi setiap manusia. Mengutip Mulia (2021). Dalam konteks sosial, tugas khalifah adalah amar ma’ruf nahy munkar (melakukan perbaikan moral masyarakat dengan upaya-upaya transformasi dan humanisasi). Upaya transformasi dan humanisasi maksudnya adalah upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas diri manusia ke arah yang lebih baik, lebih positif dan konstruktif. Sungguh peran yang tidak ringan, yang tidak akan terwujud, jika sang pelaku peran terus-terusan mengeluh.

Lihatlah, Rasulullah SAW dan generasi sahabat tangguh yang hidup bersamanya. Saat awal-awal menyebarkan cahaya Islam, mereka kerap mendapat tekanan dari para musuh. Tidak hanya tekanan dalam bentuk ucapan saja, melainkan juga, tekanan yang melukai fisik. Tetapi, pernahkah mereka mengeluh?. Bukannya mengeluh, mereka justru lebih semangat menyebarkan Islam ke seluruh negeri. Sehingga, berkat usaha mereka , sekarang, kita bisa merasakan indahnya keberislaman.

Dalam mewujudkan harapan tersebut, di dalam Al Qur’an surat Al Ma’arij ayat 23-28, Allah telah memberikan kuncinya, agar manusia terhindar dari sifat suka mengeluh. Diantaranya, yaitu,  pertama,  senantiasa menjaga shalat. Menurut Tafsir Al Mishbah,  orang-orang yang senantiasa mengerjakan salat dan tetap melakukannya tanpa meninggalkan satu waktu pun. Mereka mendapat perlindungan dan bimbingan dari Allah ke arah kebaikan.

Kedua, menunaikan zakat. Dalam tafsir lengkap Kemenag RI, dijelaskan, dengan zakat, seseorang dapat menyucikan hartanya dari milik orang lain serta menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa harta yang dikaruniakan Allah itu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk jalan yang diridai-Nya. Harta itu hanya sebagai alat untuk mencari keridaan-Nya, bukan sebagai tujuan hidup. Untuk itu, berdasarkan penjelasan sebelumnya, agar seseorang tidak mudah mengeluh, maka ia mesti menjaga shalat dan senantiasa menunaikan zakat.

Selain itu, Allah SWT juga telah menguatkan kita dengan menjamin bahwa setiap beban atau masalah yang dihadapi seseorang, sesuai dengan kesanggupannya masing-masing. Firman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah: 286, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya….“. Begitu pun dengan jalan keluarnya, Allah SWT telah menjamin hal tersebut, firman Allah SWT dalam QS. Al Thalaq : 3, “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”.  dengan syarat, harus senantiasa mengerjakan perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Begitu banyak masalah yang dihadapi, tidak akan selesai, jika kita terus mengeluh. Bahkan, bisa jadi menambah masalah baru, jika, mengeluh terus menjadi kebiasaan. Percayalah akan pertolongan Allah SWT, Ia tidak akan lupa dengan hambanya, selagi diri ini senantiasa menjaga kedekatan denganNya, lewat menjaga shalat, zakat, dan pelbagai ibadah lainnya. Maka Allah akan selalu menolong kita untuk keluar dari pelbagai persoalan. Untuk itu, sudahi mengeluh, yakinkan diri kuat menghadapi setiap masalah yang terjadi.

(Pendidik di Pondok Pesantren Al Kahfi Pasaman Barat)

  • Bagikan