Refleksi Akhir Tahun Sanggam Hutapea Tentang Pariwisata Danau Toba

  • Bagikan
Refleksi Akhir Tahun Sanggam Hutapea Tentang Pariwisata Danau Toba
Salah satu sisi keindahan alam Danau Toba yang diabadikan dari Parapat View Hotel,Jalan Sidaha Pitu, Kota Toris Parapat. ( ist)

JAKARTA (Waspada): Lebih kurang sembilan tahun Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menggencarkan pengembangan pariwisata Indonesia dengan fokus ke 10 destinasi wisata prioritas.

Salah satu dari destinasi wisata jadi super prioritas adalah Danau Toba yang merupakan danau hasil letusan supervulkanik dari Gunung Toba yang sangat dahsyat pada puluhan ribu tahun lalu .

Sejak penetapan Danau Toba sebagai destinasi prioritas oleh Presiden Jokowi, pembangunan infrasturktur digenjot, seperti membangun jalan tol guna memperpendek jarak tempuh ke Danau Toba. Demikian juga dengan pembangunan Bandar Udara Internasional Sisingamangaraja XII di Silangit, Siborong-borong Tapanuli Utara, yang makin mendekatkan wisatawan bisa langsung menikmati keindahan kawasan Danau Toba.

Transportasi di danau juga sudah membaik dan memadai, apa lagi dengan kehadiran beberapa kapal penyeberangan yang diluncurkan di beberapa lokasi, seperti kapal penyeberangan dari Tigaras Kebupaten Simalungun ke Samosir, penyeberangan dari Muara ke Samosir, penambahaan kapal penyeberangan dari Ajibata ke Ambarita, Samosir, serta ketersediaan kapal – kapal milik pengusaha lokal yang sudah memenuhi syarat laik berlayar.

Namun sayang, kawasan Danau Toba sebagai obyek yang diandalkan menjadi daya tarik mendatangkan wisatawan masih hanya monoton mengandalkan keindahan alamnya saja.

Sementara potensi lainnya yang ada di kawasan Danau Toba, seperti berbagai situs budaya dan agrowisata yang mengandalkan sektor pertanian belum dikemas.

“Menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia, tidak cukup hanya mengandalkan keindahan alam Danau Toba, tetapi berbagai potensi lainnya yang ada di kawasan Danau Toba, harus digali dan dikembangkan”, tegas pemerhati dan pelaku pariwisata Ir Sanggam Hutapea, MM, saat bincang-bincang dengan wartawan di akhir tahun 2023, Jumat (29/12/2023) di Jakarta.

Bila hanya menjual keindahan alam Danau Toba saja kepada wisatawan untuk datang berkunjung, menurut Sanggam Hutapea, tidak akan membuat wisatawan betah berlama-lama tinggal di kawasan Danau Toba.

“Paling dua atau tiga hari saja betah menikmati keindahan alam Danau Toba, ujar alumni pasca sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) yang selalu vokal menyuarakan pengembangan pariwisata Indonesia, khususnya Danau Toba.

Memang diakuinya, berbagai upaya dilakukan untuk memperomosikan kawasan Danau Toba, bahkan untuk pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah kejuaraan dunia balap perahu motor F1 Powerboat (F1H20) yang digelar di Danau Toba pada 25-26 Februari 2023 dan Aquabike Jetski World Championship 2023 di Danau Toba pada 22-26 November 2023. Namun usai kedua event itu, kawasan Danau Toba kembali sepi.

“Untuk menjadikan Danau Toba wisata kelas dunia tidak segampang membalikkan telapak tangan, karena masih banyak yang harus dibenahi dan hal itu butuh waktu lama,”tukasnya.

Sebagai tahapan menuju wisata kelas dunia, Sanggam Hutapea berharap agar Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan presiden (Pilpers) 2024 mendatang, lebih memfokuskan mendatangkan wisatawan nusantara ke Danau Toba, sembari melakukan pengembangan dan pembenahan kawasan Danau Toba.

Sanggam Hutapea lebih mendorong promosi diintensifkan untuk pasar domestik dengan melakukan rekayasa-rekayasa mendatangkan wisatawan ke Danau Toba.

Untuk itu, tujuh kabupaten yang bersentuhan langsung dengan kawasan Danau Toba yakni Kabupaten Samosir, Dairi, Tanah Karo, Simalungun, Toba Samosir, Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara harus menjalin kerjasama permanen untuk membangun destinasi wisata di kawasan Danau Toba.

Kesepakatan itu perlu agar ketujuh kabupaten itu tidak mengedepankan ego dan bersaing, tetapi ketujuh kabupaten harus saling melengkapi, sehingga setiap wisatawan yang berkunjung ke kawasan Danau Toba tidak hanya singgah di beberapa destinasi wisata saja. Artinya setiap daerah mampu menghadirkan destinasi-destinansi yang menjadi daya tarik dan punya khas daerah masing-masing dan tidak saling berkompetisi.

Misalnya, di Humbang Hasundutan terkenal dengan pertanian kemenyan harus dikembangkan sebagai agrowisata, apa lagi saat ini pemerintah juga telah menetapkan Humbang Hasundutan sebagai salah satu daerah lumbung pangan di Sumatera Utara.

Di Bakkara, disamping terletak di pinggiran pantai Danau Toba, juga memiliki nilai budaya sangat tinggi sebab di Bakkara ada istana Raja Sisingamangaraja, dan ini belum semua wisatawan yang datang ke Danau Toba mengetahuinya.

Di Pulau Samosir, selain budaya yang kuat, ada danau di atas danau yakni Danau Sidihoni terletak di atas Pulau Samosir, ada juga pemandian air panas di Pangururan dan di desa Rianiate.

Sementara di Parapat sebagai salah satu pintu gerbang wisata ke Danau Toba, ada Istana Presiden, tempat pengasingan Presiden pertama RI Soekarno dan Haji Agus Salim, yang terletak di semenanjung Marihat.

Ada tempat perkemahan yakni camping ground di kawasan Dolok Simarbalatuk dengan menawarkan keindahan alam Danau Toba, dan lokasi ini cocok sebagai wisata religi, dimana di lokasi ini berdiri kokoh dan mega Gereja Methodist Indonesia. Ada juga taman wisata kera di Sibaganding.

Karenanya kepala daerah di tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba itu harus bekerja keras menggali dan mengembangkan potensi- potensi yang dimiliki daerahnya masing masing, sehingga makin banyak tempat-tempat wisata yang akan membuat wisatawan betah tinggal berlama-lama di kawasan Danau Toba.

Produk Wisata Apa Yang Ditawarkan

Sanggam Hutapea juga mempertanyakan apa sebenarnya produk wisata yang ditawarkan di Danau Toba?. Sejak pemerintah menetapkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata, sampai sekarang belum ada kejelasan bentuk produk wisata yang ditawarkan . Apakah keindahan alam, kuliner, budaya, atau yang lain?

Kalau kita putuskan produk wisata Danau Toba adalah keindahan alam, maka di titik-titik mana wisatawan harus di bawa. Kalau produk wisata budaya, tentu budaya seperti apa yang akan kita tonjolkan.

Di kawasan Danau Toba tempat kuliner pun belum terpenuhi. Seperti di Bali, ada Jimbaran tempat wisatawan makan malam di tepi pantai, dan disuguhi tari-tarian tradisional dan alunan lagu-lagu.

Fasilitas yang begini belum ada di kawasan Danau Toba. Padahal, banyak lokasi di kawasan Danau Toba yang bisa dibenahi sebagai tempat kuliner.

Sanggam mengemukakan apa yang dia lihat dan nikmati di berbagai tempat wisata yang di kunjunginya di Eropah, hampir semua ada pengamen. Para pengamen itu dijadwalkan tampil di berbagai sudut kota.

“Nah, untuk ini Talenta masyarakat di kawasan Danau Toba yang rata-rata handal menyanyi bisa ditampilkan dan menjadi salah satu kearifan lokal. Jadi perumusan prodak wisata Danau Toba ini harus dikoordinasikan dan dibicarakan supaya semua ambil bagian dan merasa memiliki. Begitu kita bicara produk maka masyarakat pasti terlibat di semua wisata.” tukasnya.

Sanggam Hutapea mengakui belum melihat banyak peran Pemerintah daerah, khususnya Pemda di wilayah kawasan Danau Toba. Pada hal salah satu kunci keberhasilan pariwisata adalah kreativitas, termasuk bagaimana mengemas produk-produk lokal.

Salah satu contoh kreatif yang menurut Sanggam Hutapea menggemas narasi untuk mengisahkan keberadaan Tugu-Tugu yang ada di Tapanuli dan Samosir. Bukan tidak mungkin dengan narasi yang baik tugu-tugu itu menjadi salah satu obyek wisata menarik bagi wisatawan.

Jika Tugu-tugu itu dinarasikan dengan baik maka tugu tugu itu, khususnya tugu marga, tentu bisa menjadi salah satu obyek wisata .

“ Coba bayangkan jika tugu – tugu itu, khususnya tugu marga di narasikan dengan baik tentu bisa menjadi salah satu obyek wisata sebab melalui narasi dari tugu tugu itu, wisatawan akan mengetahui bagaimana suku Batak hingga sampai saat ini masih mempertahankan silsilahnya, sehingga mengetahui keturunan dari generasi ke generasi,” papar Sanggam Hutapea.

                    Sisi Promosi

Sanggam Hutapea mengingatkan Pemerintah sebelum Presiden Jokowi, Danau Toba hampir tidak pernah lagi diperhatikan, sehingga sudah sekitar puluhan tahun agenda pariwisata dunia melupakan Danau Toba.

“Misalnya, mereka-mereka yang dulu mengenal Danau Toba 20 tahun lalu tentu sudah tua. Karena sudah 20 tahun terputus. Untuk itu diperlukan terobosan guna mengenalkan pariwisata Danau Toba ke pasar potensial.”

Karena itu dari sisi promosi, apakah promosi pariwisata Danau Toba dilakukan di luar negeri atau di dalam negeri. Kalau promosi dilakukan ke luar negeri maka harus jelas sasarannya, apakah wisatawan Asia atau Eropa.

Kata kuncinya, tahun 2024, tujuh pemerintah kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba harus proaktif menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah di provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia, dan menawarkan kunjungan ke Danau Toba dengan memberikan berbagai kemudahan. Kemudian menggencarkan kegiatan-kegiatan bagi pelajar dan mahasiswa serta mengimbau diaspora orang Batak yang banyak di perantauan, guna datang berwisata ke Danau Toba. (J05)

  • Bagikan