KONI Sumut Bagi 4 Kategori Atlet Pelatda PON

  • Bagikan
<strong>KONI Sumut Bagi 4 Kategori Atlet Pelatda PON</strong>
KETUA Umum KONI Sumut John Ismadi Lubis (tengah), memimpin rapat pleno pengurus didampingi Waketum I Prof Dr Agung Sunarno MPd, Waketum II H Sakiruddin, Waketum III Yanto Pasaribu dan Sekum Muchrid Nasution, Kamis (12/1). Waspada/Johny Ramadhan Silalahi

MEDAN (Waspada): Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumatera Utara membagi atlet yang masuk program Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) PON XXI Aceh-Sumut 2024 dalam empat kategori dari sebelumnya dua kategori.

Rencana penambahan kategori itu dengan rincian Super Prioritas, Prioritas, Madya dan Pratama, terungkap dalam rapat pleno pengurus KONI Sumut di Sekretariat Jalan Willem Iskandar II Medan, Kamis (12/1).

Rapat pleno pertama pada tahun 2023 itu dipimpin Ketua Umum KONI Sumut John Ismadi Lubis dengan didampingi Waketum I Prof Dr Agung Sunarno MPd, Waketum II H Sakiruddin SE MM, Waketum III Yanto Pasaribu dan Sekum Muchrid Nasution. Turut hadir Wasekum Dr Mesnan MKes, Bendahara Agung Santoso dan Wakil Bendahara TP Sihombing.

“Persiapan yang paling penting dan menonjol tahun ini adalah Pelatda PON 2024 yang bisa menyedot anggaran hingga 60 persen. Kita juga menyadari tahapan Pelatda masih banyak kekurangannya,” jelas John Lubis.

“Kita sudah sampaikan syarat atlet pesertanya adalah juara Porprovsu, Kejurda dan Selekda. Mereka nantinya kita bagi dalam empat kategori, tentu dengan tetap memakai sistem promosi dan degradasi,” tambahnya.

Terkait hasil tes fisik atlet yang masih kurang memuaskan, John Lubis menyarankan supaya ke depan pelaksanaannya didahului dengan arahan dari pelatih fisik, supaya si atlet dan pelatih tekniknya memahami apa yang perlu disiapkan.

“Program tes fisik hasilnya secara akademik hanya 60 persen dan 40 persen lagi masih kurang, mungkin dengan dua masalah. Pertama karena betul-betul tidak disiplin, kedua ada pula yang kurang paham,” ujar mantan Ketua Harian IMI Sumut tersebut.

Dia pun mencontohkan ada atlet yang hasil tes fisiknya kurang, tetapi bisa lolos seleksi nasional. “Jadi banyak pertimbangan lain dari hasil tes fisik kemarin, termasuk dari sisi prestasi. Tapi memang ada juga yang degradasi,” tegas John Lubis.

Menurut Prof Dr Agung Sunarno, KONI Sumut segera melakukan komunikasi dan klarifikasi dengan masing-masing Pengprov Cabor mengenai hasil tes fisik dimaksud.

“Sebelum tanggal 25 Januari 2023 sudah ada Keputusan Pelatda PON 2024 dan 28 Januari peresmiannya. Pemantaunya juga akan mutasi, supaya lebih banyak memahami cabang olahraga,” papar Prof Agung.

Sedangkan Sakiruddin meminta penjelasan dominan otot yang dibutuhkan masing-masing cabor, supaya tidak miss hasil tes fisiknya. “Jangan sampai hasil tes fisiknya jelek, tapi malah mendapat medali emas kejurnas,” tuturnya.

“Kemudian dari hasil tes fisik yang telah dilakukan, mestinya kita dapat menentukan program latihan yang dibutuhkan masing-masing atlet beserta jenis suplemennya,” papar Sakir.

Kabid Binpres KONI Sumut Dr Budi Valianto MPd sebelumnya mengatakan, pihaknya sudah melakukan dua kali tes fisik pada akhir Desember 2022 dan awal Januari 2023. Hasilnya dari 780 atlet yang tes, tidak ada yang baik sekali dan hanya tujuh yang Baik.

“Atlet yang sudah setahun Pelatda, tidak ada kenaikan signifikan dari kategori Sedang menjadi Baik. Itu nanti kita minta klarifikasinya dari pelatih dan pengprov masing-masing,” klaim Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Unimed tersebut.

Budi menambahkan, saat ini KONI Sumut sudah punya 62 Atlet Super Prioritas, 125 Atlet Prioritas, sedangkan yang lainnya masuk kategori Madya dan Pratama.

“Program Pelatda PON nantinya disesuaikan dengan beberapa indikator. Pertama kemampuan anggaran, kedua hasil tes fisik, ketiga data prestasi level nasional, keempat kesungguhan dan perencanaan Pengprov Cabor untuk meraih prestasi,” katanya lagi.

Kabid Diktar KONI Sumut Dr Basyaruddin Daulay Mkes optimis proses klarifikasi dengan Pengprov Cabor bakal selesai dalam waktu seminggu demi memenuhi deadline 25 Januari 2023.

“Saran saya, berikan perlakuan khusus buat atlet Super Prioritas dan Prioritas berupa uang saku dan kuota try-out dalam negeri maupun luar negeri. Jika matangnya mereka harus ke luar negeri, maka itu harus kita berikan,” pinta Baday.

“Tahun pertama Pembinaan Intensif Tahap 1 sudah kita lewati, kini Pembinaan Intensif Tahap 2. Perlakuan kita harus khusus terhadap orang-orang yang punya kemampuan khusus,” pungkas mantan Dekan FIK Unimed dua periode itu. (m08)

  • Bagikan