Jaga Ekosistem Pesisir, USU Bersama Komunitas Internasional Tanam Mangrove

  • Bagikan
USU berkolaborasi dengan komunitas internasional menanam bakau di kawasan hutan mangrove yang dikelola KTH Peduli Pesisir di Beras Basah. Wasapda/Asrirrais
USU berkolaborasi dengan komunitas internasional menanam bakau di kawasan hutan mangrove yang dikelola KTH Peduli Pesisir di Beras Basah. Wasapda/Asrirrais

PANGKALANSUSU (Waspada): Universitas Sumatera Utara (USU) berkolaborasi dengan PUI Mangrove USU, komunitas internasional dan Kelompok Tani Peduli Pesisir, melakukan penanaman mangrove di pesisir Kel. Beras Basah, Kec. Pangkalansusu, Minggu (3/9).

Aksi penanaman dengan thema “Pengabdian Masyarakat” yang digagas oleh USU diikuti sejumlah akademisi, mahasiswa dari berbagai negara, antaralain Thailand, Filipina, Tiongkok, Malaysia, dan Amerika Serikat.

Prof M. Basyuni S.Hut, M.Si, Phd ditemui Waspada.id di sela kegiatan mengatakan, hari ini mereka melakukan penanaman bibit bakau dan sehari sebelumnya para peserta diajak untuk melihat secara langsung para nelayan menangkap udang, ikan dan kepiting.

“Kita turun melakukan edukasi dan sekaligus mensosialisasikan bagaimana pentingnya keberadaan hutan mangrove untuk menjaga keseimbangan ekosiatem,” kata akademisi dari universitas terkemuka di Sumatera Utara itu.

Jaga Ekosistem Pesisir, USU Bersama Komunitas Internasional Tanam Mangrove
SARANG kelulut budidayakan Kelompok Tani Hutan (KTH) Peduli Pesisir dibangun artistik menyerupai rumah adat. Waspada/Asrirrais

Prof M. Basyuni, dengan nada prihatin mengemukakan, daerah pesisir Desa Lubuk Kertang, Kec. Brandan Barat, dulunya sempat terkenal dengan keberhasilan restorasi dan ternyata dalambkurun waktu setahun terakhir terjadi penurunan stok karbon yang cukup signifikan akibat aksi penebangan liar.

Menurutnya, luas kerusakan kawasan hutan mangrove di Lubuk Kertang leboh 700 ha dan ini tentunya perlu menjadi perhatian bersama semua pihak. “Lubuk Kertang yang dulunya terkenal dengan potensi mangrovenya, tapi sekarang terkenal dengan kerusakannya,” kata Basyuni.

Untuk upaya penyelamatakan kawasan hutan mangrove di Indonesia, khususnya di Langkat dari kerusakan, pihaknya mencoba menarik perhatian internasional guna menekan atau mem-pressure pemerintah bahwa aksi ilegal tidak bisa dibiarkan.

“Kita mencoba lebih masif lagi agar kita bisa menyelamatkan kawasan hutan mangrove di daerah lainnya,” ujar Prof Basyuni sembari menambahkan, untuk memulihkann hutan mangrove dari kerusakan memerlukan dana yang lebih besar lagi.

Ditanya penilainya tentang peran KPH, ia melihat peran KPH selama ini belum nampak untuk mencegah meluasnya kerusakan hutan. “Harusnya mereka (KPH) berada di garda terdepan. Mereka harus lebih aktif,” tandasnya.

Menurut dia, luas kerusakan hutan mangrove di Langkat cukup besar. Kerusakan hutan ini akibat aksi penebangan liar, termasuk aksi deforestasi, yakni mengubah fungsi hutan secara permanen untuk dijadikan areal kelapa sawit.

Prof Basyuni menegaskan, permasalahan ini sudah pernah ia laporkan ke KPH, bahkan hingga sampai ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatanan. Untuk mencegah agar aksi ilegal ini tidak semakin meluas, ia berharap peran aktif dari aparat penegakan hukum.

Pada saat yang sama, Ketua KTH Peduli Pesisir Yenti Sim menyampaikan apresiasinya atas kepedulian pihak PUI Mangrove USU dan komunitas internasional yang telah berperan menyelamatkan kawasan hutan mangrove.

Ia menyatakan, cukup banyak potensi hutan mangrove yang dapat dikembangkan untuk menambahkan prekonomian keluarga, tanpa harus merusak hutan. Potensi tersebut antaralain, budidaya kelulut (meliponini), kelapa pandan, pengolahan ikan, udang, kepiting, dan lainnya.

Di areal mangrove yang dikelola KTH Peduli Pesisir, lanjutnya, kini telah dikembangkan budidaya kelulut sejenis lebah tanpa sengat. “Kami kini memiliki 90 sarang kelulut dengan hasil produksi perbulannya 10 liter madu,” kata Yenti.(a10)

  • Bagikan