OJK Menilai Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Di Sumut Terjaga Stabil

  • Bagikan
OJK Menilai Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Di Sumut Terjaga Stabil

MEDAN (Waspada): Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara menilai stabilitas sektor jasa keuangan di Sumatera Utara tetap terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang kontributif, didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat.

Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara, Wan Nuzul Fachri dalam siaran persnya, Kamis (18/4) menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara secara spesifik terlihat dari peningkatan ekspor yang mencatat surplus 393,82 juta dolar AS pada Maret 2024, didorong oleh permintaan kuat dari negara-negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, India, dan Jepang.

Meskipun menghadapi tantangan dari ketidakpastian global yang berisiko terhadap sektor pertanian, ekonomi Sumatera Utara tetap menunjukkan ketahanan dengan dukungan dari sektor industri dan ekspor.

“Secara keseluruhan, ekonomi Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,01 persen di tahun 2023, meningkat dari tahun lalu (4,73 persen),” ujarnya.

Peningkatan ini didorong oleh investasi, konsumsi pemerintah, dan aktivitas ekspor-impor, bersamaan dengan percepatan pembangunan Proyek Strategis Nasional dan persiapan PON. Pembangunan infrastruktur, seperti Bandara A.H. Nasution dan revitalisasi fasilitas umum di Medan, juga mempengaruhi pertumbuhan ini.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga tetap kuat, meskipun pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan dan penumpang pesawat telah ternormalisasi.

“Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi yang positif serta stabilitas sektor keuangan yang terjaga memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan lebih lanjut dalam sektor ekonomi dan keuangan, serta memperkuat upaya menuju inklusi keuangan yang lebih luas dan berkelanjutan di Sumatera Utara,” sebutnya.

Perkembangan Sektor Perbankan

Sementara itu, sektor perbankan Sumatera Utara menunjukkan ketahanan dengan adanya peningkatan modal dan likuiditas hingga Februari 2024.

“Pertumbuhan kredit yang solid tercatat sebesar 2,96 persen year-on-year (yoy), menandai peningkatan dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 2,79 persen yoy. Ini mencerminkan kekuatan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus berlanjut,” katanya.

Penyaluran kredit didominasi oleh kredit produktif, mencapai Rp178,10 triliun atau 69,50 persen dari total kredit, mengalami pertumbuhan yang cenderung stagnan dan sedikit termoderasi sebesar negatif 0,17 persen yoy.

“Perlambatan kredit produktif turut dipengaruhi oleh distribusi kredit Investasi yang terkontraksi sebesar negatif 10,95 persen yoy, dipengaruhi oleh sektor perkebunan dan industri pengolahan komoditas kelapa sawit yang melambat seiring dengan masih lemahnya harga crude palm oil (CPO) di pasar global,” ujarnya.

Sementara itu, kredit Modal Kerja bertumbuh cukup baik sebesar 7,09 persen yoy sehinga kontraksi kredit secara total tidak terlalu dalam.

Meskipun demikian, kredit produktif menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama dalam sektor pengolahan minyak goreng dari sawit, yang tumbuh sebesar 17,09 persen yoy.

“Peningkatan ini didorong oleh permintaan domestik yang kuat, perbaikan kondisi pandemi, serta penerapan program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, termasuk program B35 dan B40 yang dijalankan pemerintah, yang semakin meningkatkan kinerja industri pengolahan,” jelasnya.

Dia menyebutkan, upaya untuk memperluas akses keuangan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berlanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Per Februari 2024, penyaluran kredit kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp78,69 triliun dengan pertumbuhan sebesar 12,46 persen yoy. Andil kredit UMKM terhadap total kredit juga telah melewati target yang dicanangkan oleh pemerintah sebesar 30 persen (Februari 2024: 30,71 persen, meningkat cukup substansial dibandingkan Februari 2023 yang tercatat 28,12 persen).

Pertumbuhan kredit UMKM yang cukup signifikan didorong oleh pertumbuhan kredit segmen usaha mikro yang memiliki share outstanding terhadap kredit UMKM total sebesar 50,51 persen, diikuti oleh segmen kecil 28,02 persen dan menengah 21,47 persen.

Pola penyaluran kredit mikro mulai mendominasi dibandingkan segmen kredit lainnya sejak akhir 2021, yang sebelumnya didominasi oleh kredit menengah. Pergeseran segmen kredit UMKM ini dipengaruhi oleh munculnya beragam jenis usaha perorangan dalam era new normal sehingga kredit yang disalurkan kepada kelompok mikro lebih besar dibandingkan kelompok lainnya.

Penyaluran kredit konsumtif yang semakin meningkat turut mendorong pemulihan pertumbuhan kredit provinsi secara keseluruhan. Kredit konsumtif secara stabil mengalami pertumbuhan selama setahun terakhir dan pada Februari 2024 mencapai Rp78,17 triliun atau bertumbuh 10,91 persen yoy.

Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan kepercayaan konsumen dan akses yang lebih baik ke layanan keuangan.

Pertumbuhan konsumtif utamanya ditopang oleh kredit rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 11,01 persen yoy, kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 9,39 persen yoy, dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 16,92 persen yoy.

Salah satu faktor yang mendorong konsumsi adalah peningkatan konsumsi pada saat libur sekolah dan Nataru.

Selain itu juga turut dipengaruhi oleh respons perbankan dalam menurunkan suku bunga kredit konsumsi dengan tujuan mendorong tingkat konsumsi masyarakat sejak pandemi. Rata-rata suku bunga perbankan sebelum pandemi yang tercatat diatas 11 persen terus menurun hingga 10,19 persen pada triwulan IV 2023.

Kualitas kredit perbankan tetap terjaga pada tingkat yang aman, dengan rasio non performing loan (NPL) net sebesar 0,82 persen (Desember 2023: 0,73 persen) dan NPL gross sebesar 1,96 persen (Desember 2023: 1,81 persen).

Sementara itu, loan at risk (LaR) atau kredit yang berisiko juga berhasil mengalami perbaikan hingga mencapai 8,17 persen, dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sempat stagnan selama 2023 mulai menunjukkan peningkatan. Hingga Ferbruari 2024, total DPK yang dihimpun mencapai Rp320,30 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 6,31 persen yoy.

Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan simpanan Deposito sebesar 9,08 persen yoy. Secara struktur, porsi jenis simpanan terbanyak terdapat dalam bentuk tabungan (42,67 persen), diikuti dengan deposito (39,62 persen), lalu giro (17,71 persen).

Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara pada Februari 2024 menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga.

Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) meningkat masing-masing menjadi 121,32 persen (Desember 2023: 120,45 persen) dan 27,55 persen (Desember 2023: 26,07 persen), jauh melampaui ambang batas yang ditentukan sebesar 50 persen dan 10 persen.

Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara.

Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat menjadi 31,01 persen (Desember 2023: 28,22 persen). Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial.

Ke depan, OJK dan industri perbankan akan terus memantau risiko pasar dan dampaknya pada risiko likuiditas terkait sentimen suku bunga global yang masih tetap tinggi, serta potensi peningkatan risiko kredit paska berakhirnya masa relaksasi kredit restrukturisasi terkait Covid-19 pada akhir Maret 2024.

Untuk itu, perbankan diminta meningkatkan daya tahannya melalui penguatan permodalan dan menjaga coverage CKPN secara memadai, serta secara rutin melakukan stress test untuk mengukur kemampuan permodalannya dalam menyerap potensi risiko. (m31)

  • Bagikan