Kawasan Danau Toba Tumbuh Menjadi Kekuatan Ekonomi Baru Di Sumatera Utara

  • Bagikan
Ramsiana Gultom Wartawan Waspada.id yang bertugas di Kabupaten Toba. Waspada/Dok
Ramsiana Gultom Wartawan Waspada.id yang bertugas di Kabupaten Toba. Waspada/Dok

Kawasan Danau Toba dulunya ibarat putri yang terbuang, tak terurus, tertinggal, dan tak diperhitungkan, padahal kawasan Danau Toba memiliki potensi besar yang belum digali. Danau Toba sebagai danau vulkanik terbesar di dunia semakin terbelakang dan terkesan ditinggalkan. Di masa orde baru, nyaris tidak ada pembangunan berarti yang digulirkan pemerintah ke kawasan Danau Toba. Itu terlihat dari minimnya pembangunan fasilitas umum seperti infrastruktur jalan, fasilitas pendukung pengembangan pariwisata, amenitas lainnya pun tidak ada, bahkan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) sebagai akses utama menuju Danau Toba hampir 70 persen dalam kondisi rusak. Bayangkan saja, perjalanan darat dari Balige menuju Medan harus ditempuh dalam kurun waktu 7 jam.

Pada tahun 70an hingga awal 80an, Danau Toba pernah berada di puncak kejayaannya. Ribuan wisatawan mancanegara berbondong-bondong datang ke Danau Toba, waktu itu Kota Parapat masih menjadi kota turis yang paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Penulis ketika masih kanak-kanak, pernah dibawa orang tua berwisata ke Parapat. Penulis sempat menyaksikan ribuan turis asing melancong sembari berjalan di sepanjang jalan dari pintu masuk Kota Parapat hingga Pelabuhan Tiga
Raja. Warna rambut dan kulit putih kemerahan tidak lagi tampak mencolok karena jalanan itu lebih didominasi oleh turis luar. Usai masa jayanya, kondisi Danau Toba semakin terpuruk, kunjungan wisatawan
baik lokal, nasional, maupun mancanegara semakin tahun kian menurun.

Kawasan Danau Toba terdiri dari delapan Kabupaten yakni, Simalungun, Toba, Tapanuli Utara, Samosir, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Dairi dan Karo. Kawasan Danau Toba sangat jauh tertinggal jika
dibandingkan dengan daerah lain yang selama ini menjadi pusat perhatian pariwisata pemerintah seperti Bali, Jogjakarta, dan Jawa Barat, meskipun kawasan Danau Toba sebenarnya memiliki keindahan,
kekayaan alam, kearifan lokal dan budaya yang tidak kalah menariknya dengan daerah lainnya.

Di era pemerintahan Joko Widodo, Danau Toba mulai dilirik sebagai salah satu destinasi prioritas pariwisata dikembangkan di Indonesia. “Bali Baru” sebutan bagi Danau Toba bersama 9 daerah lainnya yang akan dikembangkan secara bersamaan di sektor pariwisata. Dari 10 destinasi prioritas pariwisata Indonesia tersebut, pada tahun 2019 pemerintah memilih dan menetapkan menjadi 5 destinasi super prioritas Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KSPN). Kawasan Danau Toba beruntung terpilih menjadi salah satu dari lima destinasi KSPN. Selain Danau Toba juga ada Borobudur, Manado-Likupang-Bitung, Mandalika, dan Labuan Bajo. Secara serentak pemerintah melakukan pengembangan pariwisata di
kelima destinasi ini secara berkesinambungan.

Kembali ke Danau Toba, tak tanggung-tanggung pemerintah pusat mengucurkan dana APBN puluhan triliun yang akan digunakan untuk pembangunan kawasan ini. Infrastruktur jalan, seperti jalan tol dari
Medan hingga Danau Toba diperkirakan akan rampung dalam beberapa tahun lagi. Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) juga mengalami kemajuan. Kini hampir semua ruas jalan menuju Danau Toba terbilang mulus, sangat berbeda dengan sebelumnya. Pemerintah juga membangun 8 pelabuhan dan 3 kapal ferry guna mempermudah penyeberangan ke Pulau Samosir. Bandara Silangit dikembangkan menjadi Bandara Internasional dan membangun bandara baru di Sibisa yang dinamai Bandara Sibisa. Tak hanya sampai
di situ, pemerintah juga melakukan pengembangan obyek-obyek wisata lokal, dan hampir semua jalan menuju obyek wisata dalam kondisi mulus.

Dari sisi humanitas, pemerintah juga memberikan pengembangan pemahaman kepariwisataan kepada masyarakat lokal. Lewat berbagai program pelatihan pembinaan sapta pesona, pengembangan produk lokal dan UMKM serta pengembangan budaya dan kearifan lokal, secara utuh semuanya itu
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kepariwisataan yang akan berdampak pada pendapatan masyarakat Kawasan Danau Toba itu sendiri. Soft skill dan hard skill masyarakatnya pun turut
dikembangkan. Pemerintah mengedukasi masyarakat agar mengambil peranan dalam pengembangan pariwisata ini, sehingga kelak tidak hanya menjadi penonton tapi harus menjadi pelaku.

Semakin terbukanya akses menuju kawasan Danau Toba tentu memudahkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk datang berkunjung. Sejalan dengan itu, investasi di kawasan Danau Toba juga semakin bertumbuh. Hanya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, kini telah berdiri beberapa hotel berbintang, restoran-restoran semakin menjamur dan obyek wisata baru semakin banyak dikembangkan. Melihat keseriusan pemerintah membangun kawasan Danau Toba telah meyakinkan para investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata dan perhotelan. Sejalan dengan berkembangnya pariwisata ini tentu akan membuka lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar dan akan mengurangi angka pengangguran.

Salah satu bukti keseriusan pemerintah adalah dengan menghadirkan wisata berkelas di kawasan Danau Toba. Pemerintah lewat Kementerian Pariwisata telah mendirikan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) pada tahun 2016 silam. BPODT merupakan lembaga yang berkordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves). Pemerintah memberikan pengelolaan lahan berkisar 500 Hektar untuk dijadikan sebagai obyek wisata baru bertaraf internasional yang berlokasi di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba. Lokasi ini dinamai Kaldera Toba. Saat ini, di lokasi Kaldera Toba ini tengah berjalan pembangunan hotel bintang lima lengkap dengan water fun (Wahana air) bernilai investasi ratusan miliar. Selain itu, beberapa wahana lainnya pun akan dikembangkan di lokasi BPODT ini.

Meski BPODT telah terbentuk, menjual Danau Toba tak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah terus bekerja keras untuk menaikkan tingkat kunjungan wisatawan ke Kawasan Danau Toba, salah satunya dengan mengadakan event-event bertaraf internasional di kawasan Danau Toba. Kabupaten Toba sebagai salah satu kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba menjadi salah satu kabupaten paling beruntung, selain BPODT berada di kabupaten ini pemerintah juga menetapkan Kabupaten Toba sebagai tuan rumah olahraga air paling berkelas di dunia yakni Formula One Power Boat (F1H2O).

F1H2O telah digelar sebanyak 2 kali di Danau Toba tepatnya di venue utama F1H2O di Lapangan Sisingamangaraja Balige . F1H2O pertama kali digelar pada tanggal 24-26 Februari 2023 lalu dan kedua kalinya digelar baru-baru ini, pada 1-3 Maret 2024. Tak hanya itu, pemerintah juga menyelenggarakan event internasional lainnya yakni, Aquabike Jetski Internasional Championship yang digelar di empat kabupaten Kawasan Danau Toba yakni, Karo, Dairi, Samosir dan Kabupaten Toba. Kedua event internasional ini berjalan dengan sukses dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun nasional. Pemerintah juga berharap, lewat event ini kunjungan wisatawan mancanegara juga akan semakin meningkat.

Bupati Toba, Poltak Sitorus mengatakan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Toba pada tahun 2019 hanya berkisar 800 ribu orang, tahun 2022 meningkat menjadi 1 juta dan pada tahun 2023 meningkat dua kali
lipat menjadi 2 juta jiwa. Lonjakan wisatawan ke Kabupaten Toba meningkat 100 persen di tahun 2023 setelah digelar F1H2O pertama. Bupati Toba optimis kunjungan wisatawan akan terus bertumbuh jika
seluruh masyarakat turut mendukung program pemerintah tersebut. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan tentu akan berdampak pada pendapat masyarakat sekitar.

Pemerintah juga baru-baru ini sedang berupaya menurunkan harga tiket pesawat hingga 20 persen menuju tiga obyek wisata KSPN, yakni Danau Toba, Mandalika dan Labuan Bajo. Hal ini dilakukan guna meningkatkan kunjungan wisatawan nasional ke tiga obyek wisata tersebut. Realisasi penurunan harga tiket ini tentu menjadi angin segar bagi pariwisata Danau Toba. Rencana penurunan harga tiket ini disampaikan langsung, Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinasi dan Investasi (Kemenko Marves), Rustam Efendi saat menggelar Konferensi Pers usai F1H2O kedua digelar di Danau Toba pada hari Minggu bulan Maret tahun 2024 lalu.

Secara ekonomi, Kawasan Danau Toba akan terus bertumbuh. Obyek wisata Danau Toba dengan keindahan alam yang dikombinasikan dengan kekayaan budaya dan pertaniannya telah memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan asli daerah Sumatera Utara. Pembangunan jalan tol menuju Danau Toba juga akan semakin memudahkan jangkauan wisatawan. Jika tol Medan-Danau Toba rampung, hanya butuh 1,5 jam saja dari Medan ke Danau Toba. Sangat singkat bukan? Jika itu terjadi, Anda bisa bayangkan begitu cepatnya perputaran uang di Kawasan Danau Toba. Pengusaha yang selama ini sibuk dan tidak memiliki banyak waktu luang tentu enggan datang ke Danau Toba karena akses jalan yang sulit. Kini siapa pun akan lebih mudah datang ke Toba. Ibarat kata, pagi Anda belanja di Pasar Medan, siang hari berjemur di Danau Toba, malamnya ada bisa tidur nyenyak di rumah.

Kembali lagi ke perumpamaan awal, memang tidak semudah membalikkan tangan meningkatkan ekonomi lewat pariwisata di kawasan Danau Toba ini, namun tidak menutup kemungkinan dalam waktu beberapa tahun ke depan, saat seluruh pembangunan rampung maka kawasan Danau Toba akan
bangkit menjadi satu kekuatan ekonomi baru di Sumatera Utara. Investor akan semakin banyak datang ke Danau Toba. Lahan tidur masih terbilang luas dan hasil bumi berlimpah akan menjadi incaran investor untuk dikembangkan nantinya. Beberapa hal baru pun akan turut terjadi seiring dengan berkembangnya kawasan ini.

Sebelum masa itu tiba, masyarakat kembali diingatkan untuk mengambil peranan mulai sekarang, jika tidak, maka hanya akan menjadi penonton saja. Sekeras apa pun pemerintah berupaya, jika masyarakat tidak mau mengambil peluang maka hanya akan berakhir sia-sia. WASPADA.id

Penulis: Ramsiana Gultom Wartawan Waspada.id yang bertugas di Kabupaten Toba.

  • Bagikan