Libya Ikut Alami Gangguan Layanan Saat Puncak Haji

  • Bagikan
Libya Ikut Alami Gangguan Layanan Saat Puncak Haji
BERBAGI PENDAPAT: Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah Libya, Ali M.A Hammuda, berdiskusi dan saling berbagi pengalaman saat berkunjung ke Kantor Urusan Haji KJRI Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (8/7). Waspada/Ist

Laporan Haji: Muhammad Ishak

ARAB SAUDI (Waspada): Selain Indonesia dan Malaysia, ternyata jemaah haji dari Negara Libya ikut mengalami gangguan layanan ketika puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) sejak 9-13 Dzulhijjah 1444 hijriyah.

“Saat puncak haji di Armina, kami juga mengalami masalah yang sama dengan jemaah haji dari Indonesia dan jemaah haji dari beberapa negara lainnya ketika pelaksanaan layanan di tahun ini,” Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah Libya, Ali M.A Hammuda, ketika berkunjung ke Kantor Urusan Haji KJRI Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (8/7).

Dia mengaku sengaja datang dan bertemu dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, untuk bersilaturahmi sekaligus belajar dan saling berbagai atau sharing pendapat dengan misi haji Indonesia terkait pelayanan jemaah haji ketika puncak haji di Armina.

“Syarikah atau perusahaan yang bertanggung jawab menyediakan layanan untuk jemaah haji Libya adalah Duwal al-‘Arabiyah,” tegas Ali M.A Hammuda.

Selama musim haji, jemaah haji Libya mendapat layanan katering sebanyak dua kali sehari. Layanan itu diberikan dalam bentuk sarapan dan makan malam. Katering ini diberikan di luar layanan Masyair yang disiapkan Syarikah Duwal al-‘Arabiyah.

Dia juga menambahkan, jumlah jemaah haji Libya sebanyak 7.800 orang, tidak sebanding dengan Indonesia dengan jumlah jemaah haji mencapai 229.000 orang. Adapun biaya yang dikenakan untuk jemaah haji Libya sebesar U$6.800 atau sekitar 102 juta dengan kurs dollar sebesar Rp15.000.

“Untuk masa tinggal jemaah kami di Madinah hanya selama empat hari, tidak ada Arbain,” terang Ali MA Hammuda, seraya menambahkan, untuk penentuan jemaah haji yang berangkat dalam setiap tahunnya dilakukan dengan cara pengundian.

Delegasi Misi Haji Libya dipimpin Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah, Ali M.A Hammuda. Hadir mendampingi antara lain Konsul Jenderal Libya di Jeddah, Abdurrazaq Ibrahim, Kepala Biro Media, Hatim Al-Laafy, Kepala Biro Pembinaan, Muhammad As-Sakit, dan Kepala Biro Pelayanan, Abdullah al-‘Uqaily.

Kehadiran mereka disambut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Prof Dr Hilman Latief. Ikut hadir antara lain Ketua PPIH Arab Saudi 1444 H/2023M, Subhan Cholid, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri, Saiful Mujab, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Nur Arifin, serta Konsul Haji KJRI Jeddah, Nasrullah Jasam.

Berdasarkan sharing pendapat dengan Pemerintah Malaysia dan Libya, Pemerintah Indonesia menilai bahwa Pemerintah Arab Saudi perlu mendengar masukan dari berbagai negara pengirim jemaah terkait pentingnya peningkatan kualitas layanan haji.

“Pemerintah Arab Saudi juga diharapkan dapat melibatkan negara-negara pengirim jemaah haji dalam proses perbaikan layanan tersebut. Ini menjadi salah satu poin pembahasan bersama antara kita dengan Pemerintah Malaysia dan Libya,” ujar Dirjen PHU Kemenag RI, Hilman Latief.

Dia menambahkan, Indonesia dan Libya mempunyai perspektif yang sama tentang perlu adanya upaya perbaikan layanan yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi. “Kami juga sepakat bahwa Arab Saudi perlu menerima masukan dan melibatkan negara-negara pengirim jemaah dalam proses peningkatan kualitas layanan haji setiap musimnya,” pungkas Hilman Latief.

Sebelum kedatangan delegasi Misi Haji Libya, sejumlah delegasi Misi Haji Malaysia juga berkunjung ke Kantor Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Makkah. Hadir dari delegasi Misi Haji Malaysia antara lain Dato’ Sri Syed Saleh selaku Direktur Eksekutif Tabung Haji Malaysia. (b11)

  • Bagikan