Secara Gradual Inflasi Dunia Mulai Melandai 

  • Bagikan
Secara Gradual Inflasi Dunia Mulai Melandai 
Anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono (ist)

JAKARTA (Waspada): Secara gradual inflasi dunia, kini trennya mulai melandai meski pertumbuha ekonomi dunia masih melambat. 

Seperti Amerika Serikat (AS) semula 9 persen turun ke 6,4 persen, termasuk di Kawasan Euro yang sempat menyentuh double-digit kini juga mulai mengalami penurunan. 

“Meskipun inflasi telah mengalami penurunan, kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh bank sentral global masih belum berakhir,” ujar anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Didik Madiyono dalam diskusi series “Momentum Pertumbuhan di Jakarta, kemarin. 

Contohnya The Fed (Bank Sentral AS), sambungnya, masih terus melanjutkan kenaikan suku bunga acuan dengan level terakhir berada di 4,75 persen. 

“Stance Gubernur The Fed masih cukup hawkish dan diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga untuk menurunkan inflasi,” terang Didik. 

Demikian pula dengan European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) yang juga diperkirakan masih melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga. 

Dijelaskan, bahwa di tahun 2023, ekonomi global diperkirakan akan melambat meskipun tidak separah yang diperkirakan sebelumnya. 

“Kita bisa melihat bahwa ekonomi global di tahun 2023 ini masih akan tumbuh positif berdasarkan prediksi berbagai lembaga internasional,” tutur Didik. 

Menurutnya, secara tren aktivitas ekonomi global memang diperkirakan mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 sesuai laporan IMF diperkirakan sebesar 3,4 persen. 

“Di tahun 2023 ini, ekonomi global diprediksi akan mengalami pelemahan dengan tumbuh pada kisaran 1,7 persen sampai dengan 2,9 persen,” jelas Didik. 

Pelemahan tersebut dipicu oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara besar yang mengalami perlambatan. 

Sebagai contoh, lanjut Didik, ekonomi AS pada 2022 mampu tumbuh 2,1 persen, namun sesuai prediksi berbagai lembaga internasional, di tahun 2023 hanya akan tumbuh pada kisaran 0,5 persen sampai dengan 1,4 persen. 

“Begitu pula dengan beberapa negara di kawasan Eropa, China, dan Jepang pertumbuhannya akan melambat,” tukasnya.

Melihat berbagai ketidakpastian yang masih tinggi di tingkat global, satu kabar baiknya, 

Namun ekonomi Indonesia diyakini Didik cukup resilien dalam menghadapi berbagai ketidakpastian tersebut. Terbukti tahun 2022 ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,31 persen. 

“Pencapaian ini merupakan salah satu yang terbaik di antara negara-negara anggota G20. Di tahun ini momentum pemulihan ekonomi kita diperkirakan juga masih akan berlanjut diprediksi tumbuh di kisaran 5 persen,” tegas Didik 

   Perekonomian Membaik 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Group Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Herman Saherudin mengatakan, momentum perekonomian Indonesia saat ini mulai membaik. 

“Namun guna menjaganya, perlu sinergi semua pihak terutama dalam menjaga dan meningkatkan konsumsi domestik yang menjadi pemacu utama,” imbuhnya.

Herman mengungkapkan, dari lima faktor pendorong pertumbuhan ekonomi, komponen yang paling besar prosentasinya adalah konsumsi domestik.

Upaya menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tahun penuh tantangan ini adalah dengan meningkatkan konsumsi masyarakat.

“Artinya, kita bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi jika konsumsinya cukup,” ujar Herman. 

Dia mengatakan, saat ini konsumsi masyarakat pasca PPKM sudah pulih, terlihat dari keseharian masyarakat dimana saat inipendemi bisa dikatakan sudah jadi endemi, meski belum ada pengumuman resmi WHO.

“Aktivitas ekonomi sudah pulih, mall, bioskop, traveling, artinya konsumsi masyarakat telah pulih. Simpanan masyarakat perseorangan growthnya sudah mulai ternomalisasi, dimana porsi konsumsi dan porsi simpanan atau tabungan masyaakat itu balance,” jelas Herman.

Dia menyebut selain konsumsi domestik yang menyumbang 50 persen dari pertumbuhan ekonomi, tapi harus didukung juga oleh dunia usaha dengan meningkatkan investasi. 

Sementara pengamat ekonomi dari Segara Reseach Institute, Piter Abdullah mengatakan bahwa masyarakat Indonesia termasuk didalamnya dunia usaha tidak perlu khawatir akan ancaman resesi. 

“Kita nggak perlu khawatir di tahun 2023 ini. Artinya, Indonesia tidak akan masuk resesi ditahun ini,” ujar Piter. 

Ia mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 4,8 persen sampai 5,25 persen. 

Artinya, kata Piter tahun 2023 ini perekonomian Indonesia akan tumbuh baik, karena ekonomi Indonesia tidak tergantung kepada global. 

“Global boleh saja resesi, tapi Indonesia tidak akan resesi,kenapa karena pertumbuhan kita lebih ditentukan oleh domestic demand,” tegasnya. (J03)

  • Bagikan