Benesse Indonesia Kembangkan Kurikulum Merdeka Belajar

  • Bagikan
Benesse Indonesia Kembangkan Kurikulum Merdeka Belajar

JAKARTA (Waspada):Perubahan belajar tatap muka menjadi pembelajaran daring selama pandemi secara signifikan sangat mempengaruhi pendidikan dan perkembangan karakter siswa. Seiring berakhirnya pandemi, dampak Learning Loss semakin tinggi dan besar dampaknya pada pembelajaran.

Di sisi lain, pendekatan konvensional yang mengajar semua siswa secara serentak tidak lagi efektif dan cenderung menghambat proses pengembangan sikap belajar proaktif dalam diri siswa. Disinilah peran Merdeka Belajar sangat diperlukan.

“Merdeka Belajar sebagai gaya belajar baru, memungkinkan siswa mengambil inisiatif dan memberikan ruang bagi guru untuk memahami kebutuhan setiap siswa,” ujar Presiden Direktur PT Benesse Indonesia, Mr Tatsunosuke Suzuki dalam keterangannya, Rabu (31/5/2023)

PT Benesse Indonesia dibawah naungan Benesse Corp, Jepang, sebagai perusahaan yang berfokus pada perkembangan pendidikan anak melalui mata pelajaran Matematika, menyediakan solusi terhadap permasalahan tersebut melalui program Shinkenjuku School Reformation. Program ini menitikberatkan pada pemahaman konsep dasar Matematika dan pengembangan sikap belajar dengan mengadopsi Self Progress Learning (SPL) dan esensi dari Kurikulum Merdeka Belajar.

“Matematika itu terkenal dengan menghitung, namun sebenarnya dalam matematika juga sangat penting memahami konsep dan kemampuan logika, termasuk soal cerita. Perusahaan kami memiliki materi dan metode yang mengajarkan secara mendalam tentang konsep matematika selama sekitar 70 tahun di Jepang,” ujar Suzuki.

Materi Shinkenjuku sudah sesuai dengan kurikulum Indonesia sehingga memudahkan guru dalam mengajar konsep matematika. Kami berharap Shinkenjuku dapat bekerjasama dengan sekolah membantu anak-anak Indonesia lebih menyukai matematika dan percaya diri mengerjakan soal yang sulit.”

Melalui program Self-progress Learning, sekolah dapat menjamin hak pembelajaran setiap siswa. Semua siswa di sekolah diberikan ruang untuk belajar secara mandiri dan kolaboratif, yang mana hal ini dapat membantu memecahkan masalah Learning Loss dan Learning Gap. Jiwa pendidik guru juga ditingkatkan melalui dukungan pelatihan khusus dan praktik.

“Dengan begitu kualitas pelajaran akan berubah, kepemilikan pembelajaran (Learning Ownership) bisa dikembalikan ke siswa sehingga mereka menjadi pembelajar yang otentik. Program ini dapat menjadi program unggulan sekolah dan bentuk School Reformation,” tandasnya. (J02)

  • Bagikan