Implementasi Kurikulum Merdeka di Provinsi Babel Temui Tantangan Luar Biasa

Dari 2015 Sekolah, Baru 892 yang Mendaftar

  • Bagikan
Implementasi Kurikulum Merdeka di Provinsi Babel Temui Tantangan Luar Biasa

PANGKALPINANG (Waspada): Dari 2015 satuan pendidikan atau sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), baru ada 892 sekolah yang mendaftar sebagai pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).

Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Guritno Wahyu mengatakan, pihaknya tetap optimistis pada 2024 nanti jumlah sekolah yang ikut sebagai pelaksana IKM akan bertambah, bahkan bisa seluruhnya ikut serta.

“Kami optimistis akan semakin banyak sekolah di Provinsi Kepulauan Babel yang mendaftar dalam program IKM,” kata Guritno di hadapan rombongan press tour Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang hadir di Kantor BPMP Kepulauan Babel, Rabu (29/3/2023).

Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Babel, Edward mengatakan, ada dua tantangan utama untuk mendongkrak angka partisipasi sekolah di Babel untuk ikut IKM. Karena program IKM dimotori guru, maka tantangan utama adalah mengubah mindset  atau pola pikir para guru.

Seperti diketahui, kurikulum merdeka diluncurkan Kemendikbudristek sebagai upaya memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Dan yang paling memahami kebutuhan peserta didik adalah para guru. Membuat guru mampu menganalisis kebutuhan peserta belajar, membutuhkan kemauan yang tinggi lewat perubahan pola pikir.

“Mengubah pola pikir guru untuk mau berubah itu sama juga dengan mengajak guru keluar dari zona nyaman. Nah, mengajak guru keluar dari zona nyaman itu ternyata tantangan yang luar biasa,” ujar Edward.

Tantangan kedua adalah terbasnya sarana dan prasarana pembelajaran. Dalam pelaksanaanya, IKM punya 6 strategi kesuksesan, yakni flat form Merdeka Mengajar, Komunitas Belajar, Seri Webinar, Narasumber Berbagi Praktik Baik, Pusat Layanan Bantuan, dan Bekerja Sama dengan Mitra.

Keenam hal itu sebagian besar memerlukan jaringan internet. Sementara persoalan klasik tapi mendasar di wilayah kepulauan seperti Babel adalah lemahnya jaringan internet. Para guru pun, dikatakan Guritno, kewalahan.

“Tuntutan kemandirian dalam pembelajaran dalam IKM ini memang sesuatu yang baru. Ini memang tidak mudah, tapi BPMP tetap berupaya untuk menyosialisasikan manfaat IKM yang luar biasa bagi pembinaan karakter peserta didik,” imbuh Edward.

Yang kini dilakukan pihaknya, lanjut Edward, adalah memperkuat keberadaan komunitas belajar yang ada di lingkungan sekolah. Dari 6 strategi kesuksesan IKM, Balai Guru Penggerak sangat konsen di komunitas belajar dan narasumber berbagi kebaikan.

“Lebih dari 800 satuan pendidikan yang sudah menjalankan IKM, para guru atau kepala sekolahnya kami minta menjadi narasumber bagi pertemuan komunitas  belajar. Dengan itu, motivasi para guru untuk keluar dari zona nyaman, pelan tapi pasti dapat terlaksana,” pungkas Edward.

Kurikulum Merdeka adalah tema episode belajar ke-15 yang diluncurkan Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim pada 11 Februari 2022. Pada masa pandemi Covid-19, krisis pembelajaran yang ada menjadikan pendidikan semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi.

Untuk memulihkan pembelajaran pascapandemi itulah Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. (J02)

  • Bagikan