Belajar Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, 16 Warga Seputar KCBN Muara Jambi Studi Banding ke Vietnam

  • Bagikan
Belajar Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, 16 Warga Seputar KCBN Muara Jambi Studi Banding ke Vietnam

JAKARTA (Waspada): Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), memfasilitasi 16 orang perwakilan dari 8 desa di sekitar Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muarajambi untuk mengunjungi warisan budaya di Vietnam dalam program co-learning visit (kunjungan belajar bersama). Tujuannya adalah memperluas wawasan dan praktik sukses pengelolaan warisan dan cagar budaya.

“Dalam konteks ini, Pemerintah melihat bahwa KCBN Candi Muarajambi memiliki kemiripan dengan peninggalan budaya di Vietnam, seperti kompleks peninggalan sejarah Kerajaan Champa, My Son dan bekas kota perdagangan kuno Hoi An yang terletak di sepanjang Sungai Thu Bon,” ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V sekaligus ketua delegasi Indonesia, Agus Widiatmoko dalam siaran pers diterima di Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Melalui kunjungan pembelajaran bersama ini, lanjut Agus, diharapkan bahwa Kepala Desa Muarajambi akan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang praktik konservasi warisan, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan situs budaya, pengelolaan warisan budaya yang berkelanjutan, dan aplikasi pengetahuan tersebut dalam konteks lokal mereka sendiri.

“Kami berharap dari kunjungan ini adalah memberikan pengalaman yang komprehensif dan mendalam kepada para kepala desa di Kawasan KCBN Muarajambi. Dengan interaksi dan diskusi dengan para ahli dan stakeholder, serta komunitas di sini,” ungkap Agus Widiatmoko.

Pemerintah melalui Sejak tahun 1982, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam pengamanan dan konservasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi. Fokus revitalisasi tidak hanya terbatas pada konservasi peninggalan sejarah, melainkan juga pada pengembangan masyarakat sekitar candi dan peningkatan pengelolaan kompleks candi itu sendiri.

Selain itu, Agus menambahkan, Pemerintah Indonesia juga terus berupaya untuk memperkuat kerja sama internasional dalam bidang pelestarian warisan budaya.

“Kolaborasi dengan negara lain, seperti Vietnam, menunjukkan komitmen untuk saling belajar dan bertukar pengalaman dalam upaya melestarikan dan mengelola warisan budaya secara berkelanjutan,” papar Agus.

Direktur Jenderal Kerja Sama Internasional, Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Vietnam, Nguyen Phuong Hoa, mengungkapkan bahwa Indonesia dan Vietnam memiliki peluang yang besar untuk bekerja sama secara lebih erat dalam pengelolaan situs warisan budaya dan pelibatan aktif komunitas-komunitas yang berada di sekitar cagar budaya. Secara khusus dia berharap kegiatan co-learning antara Muarajambi dengan My Son dan Hoi An ini merupakan salah satu upaya bersama dalam peningkatan kapasitas SDM pengelolaan situs warisan budaya di kedua negara.

Rangkaian kunjungan belajar bersama yang dilaksanakan mulai tanggal 25 Februari hingga 1 Maret 2024 ini memiliki beberapa agenda diantaranya observasi lapangan dan diskusi dengan pengelola Situs Warisan Budaya UNESCO My Son Sanctuary dan Kota Kuno Hoi An, Desa Tembikar Thanh Ha.

Salah satu delegasi, Dedi Rahmad, Kepala Desa Kemingking Luar Kab. Muaro Jambi berkomitmen untuk bersama-sama dalam pengelolaan KCBN Muarajambi, dari yang telah pelajari melalui kunjungan ini.

“Kami sudah menyusun rencana kerja dalam bentuk inventarisasi potensi desa kami masing-masing yang sekiranya dapat dikerjasamakan dengan pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Muarajambi, dan kami sudah menyusun langkah kerja, jadwal pelaksanaan yang disesuaikan dengan kegiatan di desa kami. Harapannya program tersebut dapat berjalan dengan baik,” jelas Dedi.

Dengan adanya partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat lokal dan pemerintah, diharapkan bahwa KCBN Muarajambi dapat terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan untuk dinikmati oleh generasi masa depan. Komitmen dari kepala desa, seperti yang diungkapkan oleh Dedi Rahmad, menunjukkan bahwa upaya ini didukung oleh partisipasi aktif dari tingkat lokal, yang merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan warisan budaya.

  • Bagikan