Kegiatan Kampus Merdeka Warnai Universitas Muhammadiyah Bengkulu

  • Bagikan
Kegiatan Kampus Merdeka Warnai Universitas Muhammadiyah Bengkulu

BENGKULU (Waspada): Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) telah memberi manfaat yang sangat besar dan memberi warna tersendiri dalam kegiatan belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB). Animo mahasiswa untuk mengikuti berbagai program yang ditawarkan juga sangat tinggi.

Wakil Rektor I UM Bengkulu,  Kasmiruddin mengatakan,  ada tiga program Kampus Merdeka yang dilaksanakan di UMB sejak 2020 lalu. Ketiganya adalah  kampus mengajar, pertukaran mahasiswa merdeka dan magang bersertifikat.

“Semua program sangat diminati mahasiswa. Tapi seleksi dan kuota, kan ditentukan Kemendikbudristek,” ujar Kasmiruddin, saat menerima rombongan press tour tahap kedua yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) dan Forum Wartawan Pendidikan, Selasa (29/11/2022).

Untuk program kampus mengajar, saat ini sudah memasuki tahap ke-5. Awalnya diikuti oleh 9 mahasiswa dan 10 dosen, kini sudah berkembang dan bertambah peminatnya. Jika ditotal, sejak 2020 sudah ada 195 mahasiswa dan 93 dosen yang ikut dalam program kampus mengajar.

“Jadi peminatnya  terus bertambah tiap tahunnya,” imbuh Kasmiruddin.

Minat yang tinggi juga hadir untuk program pertukaran mahasiswa. Dalam program ini, UMB bertindak sebagai kampus pengirim dan penerima. Artinya, UMB mengirim mahasiswa untuk belajar di kampus lain, juga menerima mahasiswa dari kampus lain.

Pada tahap pertama, ada 39 mahasiswa UMB yang dikirim ke kampus lain. Sementara mahasiswa kampus lain yang masuk ke UMB berjumlah 32 orang.

Untuk tahap kedua yang saat ini masih berjalan, pesertanya bertambah menjadi 54 orang dari UMB dan 19 orang dari kampus lain.

Untuk magang bersertifikat,  dijelaskan penanggung jawab program, Septina Lisdayanti, telah berhasil diikuti 5 mahasiswa UMB. Meski yang mendaftar sangat banyak dan telah dilakukan sejak 2020, tapi yang lolos baru 5 mahasiswa dan baru terjadi pada 2022 ini.

“Mahasiswa sangat berminat pada program magang bersertifikat ini. Jadi meski baru berhasil diikuti lima mahasiswa, tapi kami tetap bersemangat mendaftarkan mahasiswa kami,” ujar Septina.

Menurut  Wakil Rektor UMB, Kasmiruddin, berbagai program Kampus Merdeka sangat memberi warna pada kegiatan mengajar di kampusnya. Untuk itu dia berharap agar program yang dijalankan sejak kepemimpinan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim ini, dapat terus berjalan dan ditingkatkan terus.

Program pertukaran mahasiswa misalnya. Memungkinkan mahasiswa UMB untuk menimba ilmu di kampus dan di daerah lain. Demikian sebaliknya, UMB juga punya kesempatan mengenal dan membimbing mahasiswa dari daerah lain. Akhirnya, proses pertukaran mahasiswa berdampak pada pertukaran budaya dan penguatan jaringan antar mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia.

Paulinus Paul, mahasiswa asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat ini kuliah di Jawa Timur, mengaku sangat senang memilih UMB sebagai kampus pilihannya pada program pertukaran mahasiswa. Mahasiswa program studi pendidikan biologi ini mengaku sangat mengagumi bunga raflesia dan juga keramahtamahan masyarakat di Bengkulu.

“Saya juga suka kuliah di UMB karena mau belajar toleransi beragama. Saya beragama Nasrani dan saya sangat nyaman menimba ilmu di UMB yang sebagian besar mahasiswanya adalah muslim,” ujar Paulinus.

Mahasiswa UMB semester 5 prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Aresti Polinda juga bahagia bisa merasakan kuliah satu semester di IKIP Budi Utomo, Malang, Jawa Timur. Jauh dari kampung halamannya di Bengkulu, Aresti memanfaatkannya dengan belajar sungguh-sungguh dan rajin mengikuti berbagai kegiatan pertukaran mahasiswa dalam modul nusantara yang dijalankan IKIP Budi Utomo.

“Paling berkesan itu waktu saya ikut kegiatan sosial bersih-bersih sampah dan sungai di sekitar kampus di Malang. Hal itu memberi saya inspirasi untuk menggiatkan kegiatan serupa di kampus saya, UMB,” ujar Aresti.

Kini, Aresti sudah kembali ke UMB dan menghidupkan kegiatan mahasiswa yang dinamai Gerakan Rumah Sampah (Gempa) yang diakuinya terinspirasi dari kegiatan serupa di Malang. (J02)

  • Bagikan