Banjir, Jembatan Rangka Baja 100 Meter Terancam Roboh

  • Bagikan
JEMBATAN MIRING: Polisi melakukan patroli melintasi jembatan penghubung Peunaron Baru – Ranto Panjang Bedari dan Sri Mulya, Kec. Peunaron, Aceh Timur, terlihat miring dan terancam roboh ke sungai. Foto diambil baru-baru ini. Waspada//M Ishak
JEMBATAN MIRING: Polisi melakukan patroli melintasi jembatan penghubung Peunaron Baru – Ranto Panjang Bedari dan Sri Mulya, Kec. Peunaron, Aceh Timur, terlihat miring dan terancam roboh ke sungai. Foto diambil baru-baru ini. Waspada//M Ishak

IDI (Waspada): Banjir dalam beberapa kali yang melanda kawasan pedalaman berdampak serius terhadap kerusakan jembatan rangka baja yang menghubungkan Peunaron Baru – Ranto Panjang Bedari dan Sri Mulya, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur.

Kondisi jembatan terlihat miring dan semakin terancam roboh. Padahal jembatan sepanjang hampir 100 meter itu menjadi satu-satunya akses transportasi ratusan kepala keluarga (KK) di sejumlah desa dalam kecamatan itu. “Pondasi jembatan amblas dan turun mencapai 60 centimeter,” ujar Agus Kiswanto, tokoh pemuda Peunaron, Selasa (31/1).

Menurut Agus, kondisi jembatan tersebut kini telah hilang keseimbangan. Bahkan besi penyangga jembatan mulai melengkung. Begitu juga dengan lantai jembatan yang terbuat dari kayu satu persatu jatuh ke sungai, sehingga tak sedikit petani dan pekebun yang terperosok kendaraannya.

“Saat ini berbagai jenis mobil tidak diizinkan melintas, kecuali hanya kendaraan roda dua. Hal tersebut dikhawatirkan jembatan rubuh,” kata Agus, seraya menambahkan, berbagai hasil pertanian warga harus dilansir dengan menggunakan roda dua.

Melihat kondisi jembatan tersebut, Agus mengaku prihatin, sehingga diharapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Timur mengusulkannya ke Pemerintah Aceh, karena membangun kembali jembatan tersebut membutuhkan dana lebih Rp1 miliar. “Kita juga berharap anggota DPR Aceh dari Dapil Aceh Timur, memperjuangkan jembatan tersebut agar terbangun di tahun ini,” timpa Agus Kiswanto.

Camat Peunaron, Darkasyi, dikonfirmasi terpisah mengaku telah mengunjungi jembatan tersebut akhir tahun lalu. Pihaknya mengakui jembatan penghubung sejumlah desa dengan Pusat Ibukota Peunaron itu kondisinya miring dan terancam roboh. “Usia jembatan ini di atas 33 tahun sejak dibangun era 1990 saat Trans Swakarsa Mandiri (TSM) Rawa Pakis,” katanya.

Diakuinya, jembatan tersebut saat ini mengalami kemiringan akibat pengaruh alam, seperti diterjang banjir dan kerap terjadi luapan di sungai tersebut, sehingga pangkal jembatan tergerus banjir hingga mengalami kemiringan. “Kondisi jembatan telah usang, bahkan lantainya juga telah lapuk dimakan rayab, sehingga layak dibangun kembali agar aktivitas petani dan pekebun kembali normal,” demikian Darkasyi. (b11).

  • Bagikan