Pemuda Terpenjara Dalam Kapitalisme, Islam Kaffah Solusi Kunci

  • Bagikan
Pemuda Terpenjara Dalam Kapitalisme, Islam Kaffah Solusi Kunci
Pemuda Terpenjara Dalam Kapitalisme, Islam Kaffah Solusi Kunci

“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia.” Pernyataan Bung Soekarno.tersebut menjadi sebuah pengingat bahwa seorang pemuda adalah dia yang memiliki peran besar dalam perubahan suatu bangsa. Ditambah lagi, dimasa-masa mudanya inilah kesempatan dalam memanfaatkan potensi yang ia memiliki begitu berharga

Setelah vakum selama dua tahun audisi Indonesia Idol kembali digelar di Kota Medan. Audisi ini sudah berlangsung selama dua hari yakni sejak Sabtu (22/10/2022) di Medan Internasional Convention Center (MICC). Diikuti oleh ribuan peserta, audisi kali ini diikuti berbagai kalangan usia mulai 17 hingga 27 tahun dengan total peserta 2.223 orang.

Di negeri ini ajang pencarian bakat memang bukan hal baru bagi siapapun yang ingin mencari wadah untuk mengasah minat dan bakatnya. Akan tetapi fakta ini seolah menunjukkan bahwasanya kecenderungan orang-orang lebih kepada kenikmatan dan kesenangan duniawi yang bersifat sementara. Panggung-panggung tersebut mereka jadikan sebagai perpanjangan tangan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Popularitas, followers, limpahan harta bahkan hanya kepuasan diri semata

Padahal jika dilihat, akan sangat berbahaya selama para pemuda disokong dengan adanya ruang yang semakin membuat mereka merdeka atas nama kebebasan berekspresi. Tentu hal ini bertolak belakang dengan upaya pemerintah dalam cita-citanya memperbaiki kualitas para generasi. Sungguh ironis memang, cita-cita ini justru tenggelam dengan potret buram para pemudanya yang jauh dari harapan sebagai agen perubahan.

Di sisi lain pemerintah justru berupaya memperbaiki kondisi ini dengan moderasi beragama. Moderasi beragama merupakan salah satu wujud perang pemikiran yang saat ini digulirkan kepada kaum muslimin, khususnya para pemuda. Ini diciptakan sebagai wujud saling toleransi serta bentuk kontribusi melawan radikalisme dan terorisme. Sehingga begitu masif agenda ini disebarkan dengan prinsip kebebasan dan pemisahan agama dari pengaturan kehidupan. Prinsip ini akan melahirkan nilai-nilai yang rusak lagi merusak, sebagaiman ide ini lahir dari rahim kapitalisme liberal.

Moderasi beragama ternyata justru menjauhkan masalah dari solusi Islam yang sebenarnya. Alih-alih ingin memperbaiki kerusakan, namun ternyata ide kufur kapitalisme telah menggerus idealisme para pemuda dewasa ini dengan moderasi beragama yang mereka lahirkan. Inilah realita pemuda dalam sistem kapitalisme. Orientasi mereka cenderung pada manfaat serta untung-rugi semata.

Namun sampai kapanpun kehidupan idealis takkan pernah terwujud selama negeri ini masih terpenjara oleh sistem kapitalisme liberal. Maka sudah seharusnya kita merujuk kepada sistem terbaik yang mampu memperbaiki kondisi generasi muda sebagai agen perubahan seperti yang didambakan. Adalah sistem Islam yang saat ini kita butuhkan untuk memperbaiki kehidupan para pemuda agar terbebas dari segala bentuk penjajahan baik fisik maupun non fisik. Dalam sejarah peradaban Islam, satu-satunya pembentukan generasi emas yang cerdas serta menguasai banyak bidang ilmu tentu lahir dari sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam menjadikan aqidah Islam sebagai dasar kurikulumnya. Sehingga output yang dihasilkan dapat membangun para generasi dengan kepribadian Islam yang mereka miliki, yakni polar pikir Islam (aqliyah) dan pola sikap Islam (nafsiyah).

Maka tidak heran, dari sistem pendidikan Islam generasi muda yang terwujud adalah sosok individu-individu yang shalih/shaliha. Tentu dari kekayaan intelektual yang juga mereka miliki, mereka akan mendedikasikan keilmuannya demi kemashlahatan ummat. Idealisme yang mereka miliki dimanfaatkan sebagai sosok agen perubahan demi terwujudnya sebuah peradaban yang gemilang. Profil inilah semestinya menjadi role model bagi generasi muda dewasa ini, yang dapat membawa perubahan kearah peradaban gemilang. Dengan demikian tidak ada jalan lain bagi negeri ini untuk mewujudkannya, kecuali dengan menerapkan syari’at Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan dan memperjuangkan tegaknya kembali daulah Islamiyyah. Wallahua’lam.

Bazlina Adani

Alumni Mahasiswi UMN AW Medan

  • Bagikan