Dibawa Ke RS, Sering Meninggal Di Jalan Hancur Banuatonga

  • Bagikan
Dibawa Ke RS, Sering Meninggal Di Jalan Hancur Banuatonga

MADINA (Waspada): Jalan hancur lebur di kawasan Banuatonga, Kec. Muara Batanggadis, Kab. Madina, sebabkan warga menderita bertahun-tahun.

Bahkan, sering warga sakit dibawa ke rumah sakit, justru tidak sampai ke RS, tapi meninggal dunia di jalan rusak parah.

Dibawa Ke RS, Sering Meninggal Di Jalan Hancur Banuatonga
Warga menderita sakit hendak dibawa ke rumah sakit, harus ditempuh dengan susah payah melewati kawasan Banuatonga. Waspada/ist

“Benar, sudah sering terjadi warga sakit dibawa ke rumah sakit justru meninggal di jalan hancur kawasan Banuatonga. Tak bisa saya hitung berapa jumlah warga mengalami hal menyedihkan ini,” ujar Samtoni (Toni), warga Dusun Km 16, Desa Tabuyung.

Dia mengungkapkan, kawasan Banuatonga meliputi Dusun Km 16 (Desa Tabuyung), Desa Manuncang, Desa Panunggulan, Desa Tagilangjulu, Desa Sukamakmur dan Desa Salebaru.

Saat waspada.id melihat kawasan jalan Banua Tonga beberapa waktu lalu, kondisi jalan ini benar-benar meresahkan. Tidak saja mengganggu aktivitas warga, juga menghambat kelancaran perekonomian warga sekitar.

“Kami sudah berkali-kali berupaya memperbaiki jalan rusak ini dengan upaya swadaya. Tolonglah kami, Pak Bupati,” ujar tokoh pemuda akrab disapa Toni.

Tokoh masyarakat Musholli Rangkuti mengungkapkan, fasilitas umum di dusun ini memiliki SD negeri, masjid. Tapi samasekali tak memiliki fasilitas kesehatan. Anaknya melanjutkan pendidikan setamat SD harus bergerak ke pusat pemerintahan.

Dibawa Ke RS, Sering Meninggal Di Jalan Hancur Banuatonga
Pengendara sepedamotor berjibaku melewati jalan hancur lebur kawasan Banuatonga. Waspada/Irham Hagabean Nasution

Sedangkan tokoh masyarakat lainnya, Muslim Batubara, menceritakan penderitaan masyarakat di Dusun Kilometer 16 yang sama sekali tidak memiliki fasilitas kesehatan.

“Ya Allah, untuk ke pusat pemerintahan desa, warga harus mengeluarkan biaya transportasi Rp120 ribu satu kali menggunakan ojek. Butuh satu jam lebih untuk sampai ke pusat pemerintahan desa melewati jalan rusak parah itu,” ujar Muslim Batubara, orang pertama bermukim di dusun ini pada 2000.

Muslim menceritakan, masyarakat sudah berkali-kali menginginkan agar Dusun Kilometer 16 dimekarkan agar memperpendek jarak ke pusat pemerintahan desa, tapi upaya ini belum berhasil. (irh)

  • Bagikan