Tafakur Musnad Ahmad Ibn Hanbal Karya Kolaborasi Ayah, Anak Dan Murid

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

  • Bagikan
Tafakur Musnad Ahmad Ibn Hanbal Karya Kolaborasi Ayah, Anak Dan Murid

Kitab Musnad Ahmad Ibn Hanbal (كتاب مسند الاءمام احمد ابن حنبل ) adalah kitab hadits yang unik di antara kitab induk hadits yang sembilan. Keunikan kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal terletak pada kolaborasi penulisan kitab tersebut. Kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal ditulis oleh imam Ahmad Ibn Hanbal kemudian diberikan tambahan oleh anaknya Abdullah Ibn Ahmad Ibn Hanbal dan juga diberi tambahan lagi oleh murid anaknya yaitu syekh al hafidz Abu Bakar Al Qathi’iy.

Selain itu, kitab Musnad Ahmad Ibn Hanbal berisi hadits-hadits riwayat imam Ahmad Ibn Hanbal, yang menurut pengakuan imam Ahmad Ibn Hanbal di dalam kitabnya al Minhaj, mulai ditulisnya di saat ia berusia 16 tahun, yaitu sekitar tahun 180 Hijriah. Kitab itu ditulisnya sejak ia berusia 16 tahun dan terus ditambah serta disempurnakannya sampai ia wafat.

Putra kandungnya yang bernama Abdullah Ibn Ahmad melengkapi karya ayahnya setelah imam Ahmad wafat dengan menambahkan bab-bab pembahasan dan juga memberikan tambahan tambahan hadits yang dia peroleh di luar jalur periwayatan ayahnya di dalam kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal tersebut.

Tambahan hadits-hadits dari Abdullah yang ada pada kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal tersebut, dikenal dengan istilah Zawaid Abdullah. Di samping Abdullah, syekh al hafidz Abu Bakar al Qathi’iy murid dari Abdullah Ibn Ahmad juga memberikan tambahan hadits dalam kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal tersebut yang kemudian dikenal dengan sebutan Zawaid Abu Bakar al Qathi’iy meskipun jumlahnya tidak banyak (Lihat Ahmad Amin , Dhuha al Islam, jilid 2, Kairo, 1974, halaman 235).

Dengan demikian, kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal tidak semuanya berisi hadits hadits riwayat imam Ahmad, tetapi juga memuat hadits-hadits yang diriwayatkan oleh putranya Abdullah Ibn Ahmad dan riwayat oleh Abu Bakar al Qathi’iy murid dari Abdullah Ibn Ahmad. Imam Ahmad Ibn Hanbal memiliki nama lengkap Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal Ibn Hilal Ibn Asad al Syaibaniy al Maruzi. Imam Ahmad lahir di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 Hijriah dari keluarga Arab.

Nasab imam Ahmad Ibn Hanbal bertemu dengan nasab Nabi Saw pada Nizar Ibn Adnan. Ayah imam Ahmad yang bernama Muhammad Ibn Hanbal terkenal sebagai pejuang Islam pada zamannya dan wafat pada saat imam Ahmad masih kecil, kemudian ia dibesarkan oleh ibunya. Imam Ahmad wafat pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 241 Hijriah di Baghdad dalam usia 75 tahun dengan meninggalkan dua orang anak, yang sulung bernama Shalih Ibn Ahmad (W 266 H) dan yang bungsu bernama Abdullah Ibn Ahmad(W 290 H).

Kitab-kitab yang ditulis imam Ahmad Ibn Hanbal di antaranya adalah kitab al ‘illal, al Zuhud, al Tafsir, Nasikh wa al Mansukh, Fadha’il al Shahabat, dan magnum opusnya adalah kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal. Kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal pertama kali dicetak dan diterbitkan di Mesir pada tahun 1313 Hijriah terdiri atas 6 jilid dengan tebal rata-rata perjilidnya 400 sampai dengan 500 halaman.

Kitab ini ditahqiq (dikoreksi dan dibenahi) oleh syekh Ahmad Muhammad Syakir menjadi 15 jilid. Kitab Musnad Imam Ahmad ini diberi hasyiyah (catatan tepi) oleh syekh ‘Ala al Din ‘Ali bin Hisam al Din yang masyhur dengan sebutan al Muttaqiy al Hindiy dengan kitabnya yang bernama kitab Muntakhab Kanz al Ummal fi Sunan al Aqwal wa al Af’al.

Kitab Musnad Imam Ahmad berisi 40.000 buah hadits yang disaring oleh Imam Ahmad dari 750.000 hadits, 27.000 hadits riwayat imam Ahmad Ibn Hanbal (10.000 hadits berulang penulisannya), 10.000 hadits diriwayatkan oleh putra bungsunya yaitu Abdullah Ibn Ahmad dan 3.000 hadits riwayat syekh al hafidz Abu Bakar al Qathi’iy murid dari Abdullah Ibn Ahmad.

Menurut syekh Muhammad Abu Zahwa bahwa berdasarkan sumbernya, hadits-hadits di dalam kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal dapat dibagi menjadi 7 bahagian, yaitu Pertama, hadits yang diriwayatkan secara langsung oleh imam Ahmad Ibn Hanbal sendiri. Kedua, hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Ahmad dari ayahnya yaitu imam Ahmad Ibn Hanbal dengan cara mendengar langsung.

Ketiga, hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Ahmad yang didengar langsung dari ayahnya dan orang lain. Keempat, hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibn Ahmad dari selain ayahnya (Zawaid Abdullah Ibn Ahmad). Kelima, hadits yang tidak didengar dan dibacakan Abdullah Ibn Ahmad kepada ayahnya, tetapi Abdullah menemukan hadits-hadits tersebut di dalam kitab catatan ayahnya (imam Ahmad Ibn Hanbal).

Selanjutnya, keenam, hadits yang tidak didengar Abdullah Ibn Ahmad dari ayahnya, tetapi dibacakan di depan ayahnya. Ketujuh, hadits yang diriwayatkan oleh syekh al hafidz Abu Bakar Al Qathi’iy murid dari Abdullah Ibn Ahmad Ibn Hanbal. (Lihat Muhammad Abu Zahwa, Al Hadits Wa Al Muhaditsun, Beirut: Dar Al Kitab Al ‘Arabiy, 1984, halaman 95).

Menurut imam Ibnu al Mulaqqin al Syafi’i (W 346 H) dan imam Al Sindi (W 1199 H), bahwa kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal tercatat sebagai masterpiece dalam khazanah literatur hadits dan dalam hal hadits dari sisi literatur dan sejarahnya. Hal itu dikarenakan banyaknya jumlah hadits dan jalur periwayatan hadits yang terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal tersebut.

Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal adalah kitab induk hadits termasyhur dan terbesar yang disusun pada periode kelima perkembangan hadits (Abad ketiga Hijriah). Di antara guru-guru imam Ahmad adalah imam Muhammad Bin Idris al Syafi’i. Imam Ahmad Ibn Hanbal belajar fikih dan ushul fikih kepada imam al Syafi’i selama dua tahun, terhitung sejak tahun 195 Hijriah sampai dengan tahun 197 Hijriah.

Salah satu contoh hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad di dalam kitab Musnad Imam Ahmad Ibnu Hanbal adalah hadits tentang laknat Allah atas prilaku suap atau rasywah (رشوة) sebagaimana hadits berikut ini: حدثنا عبد الله حدثنى ابى ثنا ابونعيم ثنابن ابى ذءب عن الحرث ابن عبد الرحمن عن ابى سلمة ثنا عبد الله ابن عمر و قال قال رسول الله ص لعنة الله على الراشى و المرتشى .

Artinya, telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepadaku ayahku telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami Abi Dza’bin dari Al Harats Ibn Abdirrahman dari Abi Salamah dari Abdullah Ibn Umar dan dia berkata telah bersabda Rasulullah Saw, Allah melaknat orang yang menyuap dan yang disuap (Lihat imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Al Imam Ahmad Ibn Hanbal Wa Bi Hamisyiihi Muntakhab Kanz Al ‘Ammaal Fi Sunan Al Aqwaal Wa Al ‘Af’aal, jilid 2, Beirut, Darul Fikri, t.t, halaman 313).

Kemudian, contoh lain adalah hadits tentang toleransi dan moderasi yang terdapat dalam kitab Musnad Al Imam Ahmad adalah sebagai berikut: حدثنا عبد الله حدثنى ابى ثنا نصر ابن باب عن الحجاج عن الحكم عن مقسم عن ابن عباس انه قال قال رسول الله ص اسمح يسمح لك .

Artinya, telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepadaku ayahku telah menceritakan kepada kami Nasrun Ibn Ba’abi dari Al Hajaaj dari Al Hakam dari Muqsim dari Ibnu Abbas, sesungguhnya dia berkata telah bersabda Rasulullah Saw permudahlah maka engkau akan dipermudahkan (Lihat Imam Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Al Imam Ahmad Ibn Hanbal Wa Bi Haamisyiihi Muntakhab Kanz Al ‘Ammaal Fi Sunan Al Aqwaal Wa Al ‘Af’aal, jilid 1, Beirut, Dar Al Fikri, t.t., halaman 348).

Demikian luas kandungan ilmu dalam kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal dengan 40.000 hadits yang tertulis di dalamnya, semoga menginspirasi dan menjadi penyemangat kita, agar kita tidak pernah letih menggeluti dunia ilmu. Wallahu’alam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadits Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

  • Bagikan