Keliling Eropa, Monolog Regina Art Ajak Perempuan Korban Kekerasan Berani Bicara

  • Bagikan
Keliling Eropa, Monolog Regina Art Ajak Perempuan Korban Kekerasan Berani Bicara

JAKARTA( Waspada): Bergaun hitam dengan rambut terurai, Joana Win memainkan monolog tentang perempuan yang jadi korban pemerkosaan. Matanya nanar, suaranya bergetar, tatkala menggambarkan rasa sakit yang diderita perempuan muda itu. Teriakan kemarahan membuat bulu kuduk berdiri, tapi di ujungnya tergambar keputusasaan.

Joana Win, sang pemain monolog  berjudul Cotton Candy, dengan apik menyudahi pertunjukkannya dengan sejumlah pertanyaan tentang keadilan yang sulit didapat para korban kekerasan seksual.

Monolog atau swacakap adalah istilah keilmuan yang diambil dari kata mono yang artinya satu dan log dari kata logos yang artinya ilmu. Secara harfiah, monolog adalah suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran di mana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog bisu untuk melakukan adegan atau sketsanya.

“Saya berharap perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual untuk berani bicara. Dare to speak!” ujar Joana, yang ditemui di Namarina Dance, Jakarta, Rabu (4/10/2023).

Joane Win dan pemain monolog lainnya, Wawan  Sofwan, memperkenan sejumlah media menyaksikan latihan terakhir terkait pementasan monolog berjudul Cotton Candy dan Besok atau Tidak Sama Sekali di 5 negara Eropa, yakni Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda dan Perancis.  Pementasan di 5 negara di Eropa itu direncanakan berlangsung sejak 13 Oktober sampai 7 November 2023.

Sebelumnya, monolog Regina Art telah sukses menyapa penggemar teater monolog di sejumlah wilayah di Indonesia, lantas bergerak ke Kota Meksiko dan sejumlah wilayah di Amerika Serikat. Baik Cotton Candy maupun Besok atau Tidak Sama Sekali, mendapat sambutan luar biasa dari para diaspora dan masyarakat setempat.

“Regina Art Monologue Project dipentaskan di berbagai kota di luar negeri itu sebagai misi budaya dan sejarah dari Regina Art. Bagi saya ini langkah yang luar biasa ya, dan semoga  dua monolog ini bisa dipentaskan ke Negara lainnya, yang ingin mengenal sejarah Indonesia secara lebih lengkap,” imbuh Wawan.

Menjawab pertanyaan terkait pemilihan dua tema yakni soal kekerasan seksual dan sejarah bangsa, Wawan mengaku tertarik menampilkan sisi lain sebuah peristiwa. Menurutnya, banyak kisah dibalik peristiwa yang perlu untuk diungkap.

Baik Joana Win maupun Wawan mengaku untuk tur keliling Eropa kali ini lebih baik dari sisi persiapan. Sejumlah perlengkapan terkait pementasan pun dengan seksama disiapkan. Persiapan tempat dan perijinan di negara yang akan didatangipun sudah matang.

“Kami mohon doa untuk kesuksean pementasan kami,” ujar Joana dan Wawan sambil memotong tumpeng. (J02)

  • Bagikan