Trauma, Warga Malaysia Langsung Berkemas Saat Hujan

  • Bagikan

     KUALA LUMPUR, Malaysia (Waspada): Banyak warga Malaysia mengaku trauma akibat banjir yang terus berulang sejak Desember lalu. Begitu trauma, seorang warga sampai-sampai refleks menyuruh keluarganya berkemas ketika hujan turun.

     Mohd Rosli Adzruan, salah satu warga di Kampung Bukit Changgang, Selangor, mengaku sempat panik ketika mendengar kabar dari tetangganya yang mengatakan bahwa tanggul jebol.

     “Saya terus mengomeli keluarga saya untuk mengemasi pakaian mereka karena takut air akan kembali naik. Insya Allah sejauh ini tidak ada tanda-tanda (air naik),” tutur Rosli kepada kantor berita Malaysia, Bernama, dikutip Selasa (4/1/2021).

     Rosli, yang berprofesi sebagai buruh, mengatakan bahwa saat ini saja, mereka sendiri masih belum sempat membersihkan rumah usai banjir pada pekan lalu. Sementara itu, tanggul jebol dan air pasang membuat warga lain, Adilah Matsapar, tak bisa tidur.

     “Saya sangat trauma. Kala itu, air naik sangat cepat dari selutut menjadi sedagu, jadi saya benar-benar trauma. [Trauma] lebih parah ketika hujan melanda,” cerita Matsapar.

     Di wilayah Selangor lain, Dengkil, beberapa warga di Taman Baiduri juga merasakan trauma dan ketakutan kala menatap hujan deras tak berhenti dari pekan lalu hingga Minggu.

     Ketakutan mereka terbukti. Banjir melanda wilayah itu pada Minggu pukul 1.00 dini hari waktu setempat. Air meluap dan tingginya mencapai satu kaki (0,3 meter).

     Salah satu warga, Tyat Wah Wah, menuturkan bahwa meski banjir yang terjadi baru-baru ini tak separah 18 Desember, mereka masih tak bertenaga karena masih trauma dan kelelahan.

     “Sebelumnya (banjir 18 Desember), air naik hingga delapan kaki (2,4 meter), dan kami harus bergegas ke lantai atas rumah. Kali ini tidak seburuk itu, tetapi kami lelah membersihkan lagi semuanya,” tutur Tyat.

     Warga lain, Supianto Ibrahim, menyampaikan, ia dan keluarganya baru saja selesai mencuci dan mengeringkan barang akibat banjir 18 Desember lalu. Namun, banjir yang kembali terjadi membuatnya berpikir ulang apakah ia harus membersihkan barang lagi kali ini.

     “Rumah saya berlokasi di ujung taman perumahan ini, dan merupakan area terendah yang mudah terkena banjir. Biasanya, akan ada banjir dalam dua atau tiga kali setahun,” tutur Supianto yang berasal dari Sumbawa.

     “Namun, banjir 18 Desember merupakan yang terburuk. Seluruh barang elektronik saya rusak dan tak bisa diperbaiki. Kini, air yang naik setinggi paha sudah mulai surut. Saya harap tidak hujan lagi.”

     Taman Baiduri merupakan salah satu wilayah yang sering terkena banjir karena berada di dekat sungai. Di sisi lain, seorang warga yang diketahui sebagai ‘Awang,’ mengungkapkan kekecewaan atas alarm peringatan banjir yang berada di dekat wilayah itu. Alarm itu sudah lama tak berfungsi.

     “Meski saat banjir hari itu (18 Desember), alarm itu tidak berfungsi. Jika kami mengetahui di awal, mungkin kami bisa bersiap lebih baik meski kami terbiasa dengan situasi banjir di sini. Saya berharap otoritas dapat memperbaikinya secepat mungkin,” ujar Awang. (bernama/m11)

  • Bagikan