Sejarah Perang Uhud (Bagian 2)

  • Bagikan
Sejarah Perang Uhud (Bagian 2)
MASJID JABAL UHUD: Selain berziarah ke makam para syuhada di Jabal Uhud, kaum muslimin dari berbagai negara juga bisa beri'tikaf di dalam Masjid Uhud di Kota Madinah, Arab Saudi. Foto diambil, Minggu 11/6). Waspada/Muhammad Ishak

RASULULLAH SAW hanya terluka dalam perang di Jabal Uhud melawan kafir Quraisy. Bahkan, ketika melihat wajahnya berlumuran darah lalu para sahabatnya membawa ke sudut Jabal Uhud.

Sebagaimana diketahui, bahwa peperangan yang terjadi di Uhud merupakan pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy yang terjadi, 22 Maret 625 M atau bertepatan 7 Syawal 3 H. ketika itu, pasukan umat Islam berjumlah 700 tentara dan kafir Quraisy berjumlah 3.000 pasukan.

Pasukan kaum muslimin dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW. Sedangkan tentara kafir Quraisy dipimpin Abu Sufyan. Penyebutan perang Uhud dilatarbelakangi perang tersebut pecah di Jabal (bukit) Uhud yang letaknya 4 mil dari Masjid Nabawi.

Dalam Sejarah Kebudayaan Islam, perang Uhud dikenal dengan perang besar yang mengakibatkan umat Islam kalah telak. Diakuinya, jumlah pasukan muslimin lebih sedikit, namun kuantitas pasukan bukan penyebab kekalahan umat Islam saat itu. Bahkan perang Badar yang terjadi setahun sebelumnya jumlah kekuatan umat Islam juga lebih sedikit, namun mampu dimenangkan kaum muslimin.

Kekalahan kaum muslim membuat Nabi Muhammad SAW terluka, sedih dan menangis. Hal itu bukan semata-mata kekalahan yang diterimanya, melain lebih 70 sahabat juga syahid dalam perang itu, termasuk pamannya sendiri yakni Hamzah Bin Abdul Muthalib. Bahkan Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk menguburkan para syuhada di lokasi peperangan yakni di Uhud.

Sejarah menyebutkan, bahwa kekalahan kaum muslimin itu akibat sebagian pasukan muslim terutama regu pemanah yang berada di atas bukit kurang sabar dan tidak disiplin. Mereka lupa dan mengabaikan perintah Nabi Muhammad SAW sebagai Panglima Perang di Jabal Uhud.

Adapun perintah Rasulullah SAW sebelum peperangan dimulai antara lain, pasukan pemanah agar tidak meninggalkan tempat masing-masing sebelum peperangan benar-benar berakhir. Tetapi diantara mereka melanggarnya, bahkan mereka berselisih paham saat menghendaki harta rampasan perang.

Ketika pasukan kaum muslimin sedang berebut harta rampasan, maka pasukan kafir Quraisy datang dari berbagai penjuru mengepung pasukan kaum muslimin. Musuh umat Islam saat itu menjadi lebih kuat, karena berhasil merebut tempat-tempat strategis yang sebelumnya ditempati pasukan kaum muslimin.

Disaat kaum muslimin benar-benar dalam posisi terkepung, pasukan kafir Quraisy menyatukan kekuatan mengepung hingga membuat kaum muslimin kalah. Bahkan harta rampasan yang sebelumnya hendak diambil kaum muslimin juga kembali dirampas kembali oleh pasukan kafir Quraisy.

Nah, dari perang di negeri yang kini di bawah kepemimpinan Raja Salman Bin Abdul Aziz Al Saud dapat diambil pelajaran bahwa perang di Jabal Uhud merupakan hasil terburuk yang didapatkan pasukan kaum muslimin. Hal tersebut didasari akibat ketidaktaatan pasukan Nabi Muhammad SAW terhadap perintah Rasul-Nya.

Muhammad Ishak—

  • Bagikan