SKKAT Medan Berbagi Takjil, Santuni Anak Yatim Dan Buka Puasa Bersama

  • Bagikan
SKKAT Medan Berbagi Takjil, Santuni Anak Yatim Dan Buka Puasa Bersama
Ketua SKKAT Jumadi Selian Ketua harian Datuk Pantan Sekretaris Sahri.

MEDAN (Waspada): Paguyuban Sepakat Segenap Keluarga Kutacane, Aceh Tenggara (SKKAT) Medan menggelar acara buka puasa bersama, berbagi takjil dan santunan anak yatim di salah satu kafe Jalan Gatot Subroto Medan, Jumat 29 Maret 2024.

Kegiatan rutin tahunan ini dihadiri Dewan Pembina SKKAT Amen Desky, mantan Bupati Aceh Tenggara dan Ali Basrah, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Aceh, Ketua SKKAT Jumadi Selian, Profesor Ahyar Zein, Smsul Bahri, ustaz Habidin Selian, Datuk Pantan, dan puluhan anggota keluarga besar lainnya.

Sekretaris SKKAT Medan, Sahri Amri Edi Selian, ketika membuka acara bukber sekaligus menjalin silaturrahmi sesama keluarga anggota SKKAT mengatakan kegiatan ini terlaksana berkat dukungan dari para pembina dan segenap unsur pengurus serta partisipasi para anggota. “Semoga kegiatan seperti ini bisa terus berkesinambungan untuk menjalin dan meningkatkan ukhuah di antara sesama anggota dan pengurus,” ujar Sahri.

Sebelum waktu berbuka tiba, dalam pidato singkatnya, Dewan Pembina SKKAT Armen Desky berharap agar kegiatan-kegiatan positif seperti berbuka puasa bersama, pembagian takjil, santunan anak yatim, atau kegiatan sosial lainnya harus terus dipertahankan. “Kita para pembina siap mendukungnya,” ujat Armen Desky, tokoh senior dan penggagas berdirinya Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA).

SKKAT Medan Berbagi Takjil, Santuni Anak Yatim Dan Buka Puasa Bersama
Dewan Pembina, pengurus dan anggota SKKAT foto bersama usai acara berbuka.

Usai Armen berpidato, acara dilanjutkan ceramah singkat menjelang berbuka oleh Profesor Ahyar Zein dengan tema hakikat puasa yang memiliki derajat tertinggi.

Puasa, kata Ahyar, bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkannya, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. “Tapi, ada puasa yang hakikatnya lebih tinggi yaitu puasa menahan bicara dari hal-hal buruk seperti gibah, fitnah, dan segala macamnya,” ujar Ahyar.

Lalu, Ahyar mengutip kisah puasa Siti Maryam dalam Surat Maryam di Alquran. Dalam kitab suci Alquran, katanya, puasa disebutkan dengan dua istilah, yakni shiyam dan shaum. Meskipun keduanya berasal dari akar kata yang sama, terdapat perbedaan artinya.

Istilah pertama, sebut Ahyar, merujuk pada menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri demi karena Allah Swt sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Sedangkan shaum bermakna menahan diri tidak mengucapkan sesuatu sebagaimana Siti Maryam berpuasa bicara.

Kisah Maryam berpuasa bicara itu, lanjut Ahyar, diceritakan oleh Allah Swt dalam surah Maryam [19] ayat 26 yang berbunyi:

“Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam [19] ayat 26).

Perintah puasa Maryam ini turun di tengah carut-marut persoalan kehamilannya yang dipertanyakan oleh bangsa Israil. Ia diperintahkan untuk tidak berbicara sepatah kata apa pun terkait permasalahan tersebut dan dengan sabar menanti datangnya kebenaran.

SKKAT Medan Berbagi Takjil, Santuni Anak Yatim Dan Buka Puasa Bersama
Keluarga besar SKKAT.

Usai ceramah singkat dari Profesor Ahyar, acara dilanjutkan doa menjelang berbuka yang dipimpin KH Rasidin Bina, Pimpinan Pondok Pesantren Al Raudoh Medan. Setelah berbuka, acara dilanjutkan dengan salat magrib bersama dan tarawih.(rel)

  • Bagikan